Hello! Butler?

Cast: Jeon Jungkook, Kim Taehyung and Others

Romance And Friendship

Rated T

Yaoi, Typo, Alur ga jelas

By: Park Chan Gyu

Cast milik Tuhan, Agensi dan orang tua mereka

Hanya cerita dari seorang butler yang bekerja di kediaman keluarga Kim yang terkenal kekejamannya.

*Happy Reading*

.

.

.

.

.

DUGH

''Akh!'' Teriakan penuh rintihan dan kesakitan itu memenuhi gang sempit yang gelap dan sempit.

BUGH!

''Ugh'' Pekikan tertahan saat kaki itu menendang uluh hatinya dengan telak. Kerah bajunya di tarik sehingga tubuh penuh lebam itu berdiri, lalu layangan pukulan kembali menyentuh rahangnya dan membuatnya terpental.

BUGH!

Tendangan terakhir membuat punggung itu menghantam kerasnya tembok kasar. Tubuh itu membungkuk, mencoba mengurangi rasa sakit yang mendera tubuhnya. Pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan, sepertinya orang di depannya mencoba membunuhnya secara perlahan.

Matanya memperhatikan kaki yang terbalut celana bahan denim berwarna coklat tua, semakin keatas, ia dapat melihat tubuh yang tak terlalu besar terbungkus kaus bertuliskan 'I'll kill you now' lalu tepat mata itu memandang wajah seseorang yang menghajarnya dengan tanpa perasaan. Wajah yang tertutupi masker hitam, rambut yang tertutupi topi. Selanjutnya, mata itu tertutup dan sosok yang menghajarnya menghilang entah kemana.

.

.

.

.

Pagi ini, Bangtan High School kembali di hebohkan tentang kejadian malam yang menimpa salah seorang anak yang keluarganya memiliki kekuasaan yang cukup mempengaruhi sekolah bergengsi ini.

''Apa kau yakin?'' Bisik seorang gadis meyakinkan diriya tentang gosip yang tengah beredar luas di area sekolah.

''Tentu.'' Jawab gadis lain yang tengah di kerubungi siswi-siswi yang sibuk mendengarkan ceritanya.

''Ku dengar, Dongho di hajar habis-habisan sampai tulang rusuknya retak dan luka lebam di mana-mana.'' Tambah gadis berambut pirang yang kita ketahui bernama 'Sana'

''Siapa yang berani melakukan itu?'' Tanya gadis bernama 'Namjoo'

''Ck, Siapa lagi kalau bukan Blood Hair?''

''Dia sangat bringas.''

''Mengerikan.''

Di saat seisi kelas sibuk membicarakan tentang kejadian semalam, lelaki bersurai oranye yang tengah menelungkupkan kepalanya dalam kedua lengannya yang terlipat nampak acuh dengan apa yang teman-temannya bicarakan, dirinya malah sibuk tertidur meski bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi.

.

.

.

.

''Dan yang terakhir adalah... Jeon Jungkook. Dia seumuran dengan Tuan muda, pemegang sabuk hitam Taekwondo dan ahli beberapa bela diri-''

''Adikku juga ahli bela diri.'' Sela seorang wanita memandang dingin butler setia keluarganya. Sang butler yang sudah berumur tersebut berdeham, mencoba menghilangkan rasa gugup yang hinggap. Padahal ia sudah lama mengabdi pada keluarga Kim dan mengenal baik keturunan Kim yang terkenal akan sikap otoriter dan dingin, namun butler bernama Leeteuk itu masih belum terbiasa akan sikap anak tertua keluarga Kim ini.

''Hm. Dia juga sangat pintar, kepribadian tenang dan dia mendapat pujian saat pelatihan.'' Jelas sang Butler membungkuk dan menempatkan diri kembali di samping nona mudanya yang kini tengah berjalan menuju ketiga lelaki dengan tinggi sama untuk di jadikannya butler sang adik.

Wanita itu menatap tajam satu persatu mata calon butler sang adik. Dan pandangannya terhenti saat bola mata sewarna mahoni itu memandang mata onyx itu. Mencoba menyelami apa yang ada di dalam mata onyx itu, hanya ada kegelapan, kesepian, kepedihan, seperti ada luka dalam yang sulit untuk di sembuhkan. Tubuh wanita cantik itu mundur beberapa langkah.

''Kau..'' Panggil sang wanita berwajah angkuh dengan jari telunjuk kanan menunjuk tepat pada wajah dengan bola mata sekelam malam tanpa bulan. Semua mata tertuju pada lelaki yang tengah di tunjuk. Mengira-ngira apa yang akan di lakukan dengan wanita di depan mereka.

''Selamat, kau di terima, Jungkook-ah.'' Ucap wanita tersebut membuat helaan lega keluar dari belahan bibir kedua lelaki yang tak di pilih. Sorot mata itu membuka lebar ketika dirinya terpilih untuk menjadi butler pribadi seseorang yang akan menjadi pewaris tahta Shinan Grup. Dan juga, dirinya cukup tau tentang desas-desus keluarga Kim yang terkenal akan sikap otoriter, dingin dan kejam, jadi tidak salah ketika kedua lelaki yang berdiri seperti mengapitnya ini menghela napas lega.

''Jungkook, kau ikut denganku.'' Ujar wanita berambut perak di kuncir kuda dengan tubuh atas berbalut kemeja berwarna biru dan bagian tubuh bawahnya terlapisi celana berbahan kain sewarna dengan rambutnya, kaki jenjang itu melangkah menuju sebuah pintu berwarna hijau daun. Namun langkah itu terhenti dan berbalik.

''Kalian juga ikut denganku.'' Titahnya pada dua sosok yang hanya diam, kini mereka sedikit berlari dan menyamai langkah dengan Jungkook. Mereka mewanti-wanti saat tangan yang terlihat seringan ranting pohon itu sudah menyentuh knop dan membuka. Menyuruh mereka untuk masuk ke dalam ruangan dengan bahasa tubuh.

Pertama kali masuk, yang mereka rasakan adalah ketegangan. Bagaimana tidak? Banyak sekali alat medis dan obat-obatan di ruangan yang luasnya menyamai ruang tamu rumah ini. Dalam pikiran, mereka bertanya-tanya dengan apa yang akan di lakukan oleh wanita di depan mereka. Konon, wanita yang kini sibuk menggunakan masker dan sarung tangan adalah sosok yang terkenal sadis dan senang menbedah anatomi manusia.

Setiap langkah dari kaki sang wanita membuat detak jantung ketiga lelaki itu berdegup kencang. Akan tetapi salah satu dari ketiga lelaki itu memasang wajah datar, seolah tak takut dengan apa yang ada di depannya. Saat langkah kaki itu terhenti tepat di depan mereka, sontak membuat ketiganya menahan napas mencoba menenangkan diri.

Dan hal yang mengejutkan adalah, ketika kepalan tangan itu meninju telak uluh hati salah seorang bersurai merah. Lelaki bersurai merah itu terbatuk dan mengeluarkan darah, membuat teman-temannya terkejut dan memandanginya khawatir. Dan helaan keluar dari balik masker yang di kenakan wanita bermarga Kim tersebut.

''Lukamu cukup berat Cha, kau mau mati karna menahan sakit?'' Tanya wanita itu memberi sapu tangan yang tadi diambilnya di dalam saku celananya. Lalu tangannya mengambil gagang telepon yang berada di nakas dekat ranjang pasien.

''Panggil dokter Kang dan dokter Park keruanganku.'' Ucapnya pada orang di sebrang lalu menutupnya. Ia segera memakai kacamata kerjanya dan memandangi seseorang bersurai merah yang masih terbatuk, lalu mengalihkan pandangan pada sosok bersurai hitam.

''Jungkook.'' Panggilnya, orang yang di panggil itu mengangguk patuh dan menghampiri seseorang yang memanggilnya. Tubuhnya di paksa duduk pada salah satu ranjang dan stetoskop yang di pakai wanita itu mulai menyentuh bagian-bagian tubuhnya.

Pintu hijau itu terbuka, menampakkan dua orang berbeda gender dengan jas putih khas dokter memasuki ruangan.

''Dokter Kim, siapa orang yang harus kami periksa?'' Tanya salah satu dokter itu yang bergender wanita. Dengan gerakan dagu, wanita yang di panggil dokter Kim itu menunjuk kedua lelaki yang masih terdiam dengan salah satunya mencoba meredakan sakit yang dialami temannya.

''Mereka mengalami kekerasan yang cukup parah.'' Ujar dokter Kim masih sibuk mengobati tubuh Jungkook. Kedua dokter yang baru datang itu mendesah dan mulai menghampiri kedua lelaki itu. Memaksa keduanya berpisah dan mendudukkan masing-masing ke ranjang yang tersedia disana lalu mengobati mereka dengan serius.

''Beruntung sekali kau melamar kerja di kediaman dokter Kim.'' Suara milik salah satu dokter berkacamata kuda yang tengah fokus mengobati bagian perut lelaki bersurai biru tua itu memecahkan keheningan.

''Lihatlah, kau mendapatkan pengobatan gratis darinya.'' Tambah dokter dengan name tag 'Kang Sora' tersenyum senang setelah menyelesaikan acara pengobatannya pada si surai biru tua.

Namun senyumnya luntur ketika mendapati rintihan penuh kesakitan dari si surai merah yang tengah di obati oleh partnernya.

''Ada apa Bogum?'' Tanya Sora pada dokter bersurai darkbrown.

''Luka dalamnya sangat parah.'' Jawab sang dokter yang kita ketahui bernama lengkap Park Bogum. Membuat tangan yang sedang merapihkan pakaian butler barunya itu terhenti. Wanita bermarga Kim itu memberi isyarat pada Jungkook untuk merapihkan pakaiannya sendiri.

''Dimana terakhir kali kau bekerja?'' Tanya Dokter Kim beraut wajah serius. Ia berjongkok agar bisa menatap langsung mata itu. Si surai merah hanya diam dan meringis ketika luka berada di uluh hatinya kembali kambuh, terlebih pukulan tadi yang membuatnya batuk darah.

''Ku tanya, dimana terakhir kali kau bekerja?'' Desak Dokter Kim membuat dokter lain dan dua lelaki berstatus butler itu memandang ngeri.

''Ke..kediaman ke-keluarga Lee.'' Jawab si surai merah dengan tertatih. Wanita Kim itu mendesah keras, terlihat tengah menahan sesuatu.

''Bawa dia kerumah sakit, rujuk untuk operasi dan pastikan dia pulang dengan keadaan sembuh total.'' Final, Sebuah perintah telah terluncur dari bibir dokter yang juga seorang petinggi di rumah sakit besar di Korea Selatan. Tanpa buang waktu, kedua dokter itu segera membawa lelaki bersurai biru tua dan merah itu keluar ruangan. Menyisakan wanita berkulit pucat dan lelaki yang masih terduduk di ranjang pasien.

''Kau diam di sini. Aku harus ke rumah sakit. Jika kau melepas infus dan keluar, aku akan benar-benar membedahmu.'' Ucap wanita itu sembari melepas masker dan sarung tangannya, lalu keluar ruangan meninggalkan Jungkook sendiri dengan infus di pergelangan kirinya. Lelaki Jeon menidurkan dirinya pada ranjang dan memandang langit-langit atap yang tak berhiaskan apapun dan akhirnya tertidur.

.

.

.

.

.

Dengan tidak sabar, kedua tangan itu mendorong pintu rumah yang besar dan megah. Langkahnya begitu riang dan melongok kekanan dan kiri untuk mencari sosok yang ingin di temuinya.

''Noona! Aku pulang!'' teriak sosok lelaki bersurai karamel yang sepertinya baru saja pulang dari sekolah, karena seragam khas sekolah ternama masih melekat di tubuh kurusnya. Mata kucingnya masih sibuk mengitari seluruh ruangan. Dan langkahnya terhenti saat menemukan sosok pria berumur berseragam layaknya seorang butler berjalan menghampirinya dan membungkuk memberi hormat.

''Ah! Ahjussi, kau melihat noonaku tidak? Dia bilang ingin mengajakku makan malam.'' Tanya lelaki bersurai karamel itu penuh semangat, Leeteuk tersenyum kecil menanggapi tingkah hyper sang majikan.

''Nona muda sedang ke rumah sakit, ada pasien yang harus di operasinya.'' Ujar Leeteuk, sang Tuan muda memberengut dan mengecek jam tangannya.

''Lagipula, jam makan malam masih 2 jam lagi Tuan muda.'' Tambah sang butler membuat Tuan muda Kim mendengus kesal. Ia sudah menahan laparnya agar bisa makan malam bersama kakaknya.

''Apa yang harus aku lakukan selama 2 jam ini ahjussi? Kau tau aku benci menunggu.'' Rajuknya dengan mencebik bibir bawahnya, kelakuan yang selalu membuat butler setia keluarga Kim itu tak kuasa menahan tawa.

''Anda bisa membersihkan tubuh dan bersiap-siap. Anda juga tahukan kalau Nona muda selalu mengajak anda secara mendadak?'' Ujar Leeteuk yang di angguki lelaki Kim tersebut.

Akhirnya dengan lemas, ia memaksakan tubuhnya berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua dan mulai mempersiapkan segalanya, di mulai dari mandi dan merapihkan segalanya untuk membunuh waktu yang ada.

.

O

.

Lelaki berambut mangkuk itu menuruni tangga dengan semangat yang sudah di ujung tanduk, waktu masih menunjukkan pukul 5 sore, dan kakaknya masih belum menunjukkan batang hidungnya. Ketika langkah itu melewati pintu berwarna hijau, matanya melirik dan terhenti sejenak. Telapak tangannya sudah menyentuh knop dan memutar.

Klek!

Wajah itu menatap kagum pintu yang ternyata tak terkunci.

'Apakah Noona sudah pulang? Tapi kenapa langsung ke ruangannya?' Batinnya bertanya-tanya, sebab pintu ruangan ini selalu terkunci bila sang pemilik tengah bepergian kemanapun, dan sang adik tau kalau kakaknya paling benci jika ruangan berharganya di masuki oleh orang lain, meski itu adalah adik kandungnya sendiri.

Kepala itu menyembul dan retinanya mencoba mencari sang kakak yang kemungkinan sedang berkutat dengan buku-buku yang entah apa itu Taehyung tak mau tau. Namun yang di temukannya adaah sosok dengan pakaian serba hitam tengah berbaring nyaman di ranjang tempat sang kakak biasanya merawat pasien dadakan.

Matanya berkedip dan tanpa sadar tubuh itu telah masuk kedalam ruangan dan menuntunnya menuju sosok itu. Matanya menyusuri lekuk wajah sosok yang tengah terbaring dengan mata tertutup, lalu beralih ke pergelangan kiri yang tertancap jarum infus. Mata seindah langit senja itu terus memperhatikan sosok itu, merasa pernah melihat sebelumnya tapi entah dimana.

Sampai akhirnya kelopak mata sosok itu terbuka secara perlahan membuat Taehyung yang tak siap segera berjongkok, takut ketahuan tengah memperhatikan pahatan Tuhan yang nampak sempurna. Akan tetapi, erangan dari bibir sosok itu membuatnya berdiri perlahan dan memandang wajah yang tengah menahan sakit itu.

"Kau... baik-baik saja?'' Tanya Taehyung dengan wajah yang nampak sangat polos. Sosok yang ternyata adalah Jungkook nampak terkejut dengan apa yang di lihatnya. Seseorang bersurai karamel dengan gaya mangkuk, mengenakan hoodie sepanjang setengah paha dan celana berbahan jeans yang tak terlalu ketat. Kesan pertama saat Jungkook melihat seseorang di hadapannya adalah manis, ya lelaki di depannya sangat manis.

''Hei!'' Panggil seseorang itu melambaikan tangan tepat di wajah tampan Jungkook, membuat lelaki Jeon itu tersadar akan lamunannya.

''Y-ya, aku baik-baik saja.'' Sedikit tergagap ketika menjawab, si surai karamel itu mengangguk.

''Ah, apa kita pernah bertemu?'' Tanya Taehyung memecah keheningan, Jungkook yang tengah menggigit bibirnya menahan sakit yang tiba-tiba menyerang, perasaannya tadi rasa sakit ini sudah mereda.

''Y-ya, kita satu sekolah.'' Jawab Jungkook menunduk hormat, dalam pikirannya pasti sosok di depannya ini adalah adik dari wanita yang berprofesi sebagai dokter tersebut, yang artinya menjadi majikannya.

''Oh ya? Kenapa aku jarang melihatmu ya. Namaku Kim Taehyung, salam kenal.'' Ujar lelaki Tan memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya. Tangan kanan Jungkook menyambut uluran itu dan tersenyum tipis.

''Jeon Jungkook.'' Balasnya. Ketika Taehyung sudah akan membuka mulut bermaksud berbicara, pintu hijau itu terbuka lebar menampakkan sosok berseragam butler berdiri di sana sambil membungkuk.

''Tuan muda, Nona Kim sudah datang dan menyuruh anda untuk melepas infus di pergelangan Jungkook serta mengajaknya untuk makan malam bersama.'' Beritahu sang butler, Taehyung hanya mengangguk membuat Leeteuk bergegas untuk pergi dari sana karna masih ada pekerjaan yang harus di selesaikannya.

''Kau dengar itu? Setelah ini berganti baju lah, noonaku mengajak kita makan malam.'' Ujar Taehyung dengan penuh perhatian melepas jarum infus di pergelangan tangan pemuda Jeon itu. Tetapi yang di dapati si surai karamel ialah wajah terkejut dengan bola mata melebar tak percaya dan mulut yang terbuka sedikit. Taehyung menghela napas dan melirik jam tangannya. Kakaknya sangat benci menunggu, dan itu tidak baik karna Taehyung sangat jarang makan malam bersama sang kakak karna kesibukan kakaknya sebagai seorang dokter ahli bedah.

Dengan mengerahkan tenaganya, Taehyung menarik paksa lengan lelaki di hadapanny sampai berdiri.

''Cepatlah, Noona sangat benci menunggu. Dan jangan sampai ia mendapati telepon untuk operasi dadakan.'' Gerutu Taehyung terus menarik lengan Jungkook keluar ruangan, ia tak peduli tentang pakaianlelaki bersurai hitam itu. Tidak, asalkan masih terlihat rapih dan wangi.

.

.

.

.

.

Sesampainya mereka di restoran bintang lima, ketiga orang tersebut berjalan santai memasuki restoran. Salah seorang dari mereka hanya menunduk, tak biasa memasuki tempat berkelas seperti ini.

Ketika kedua orang telah duduk manis di kursi yang sudah mereka pesan sejak pagi. Mata setajam elang milik wanita bersurai menukik tak senang mendapati sosok yang masih setia berdiri di samping adiknya.

''Apa yang kau lakukan?'' Tanya Taehyung yang juga merasa terganggu dengan apa yang di lakukan oleh lelaki berpakaian serba hitam ini. Yang di tanya hanya memasang wajah bodoh dan membuat Taehyung sedikit gemas dengan kelakuan aneh lelaki Jeon di sampingnya. Dengan segera ia berdiri dari acara duduknya dan menarik tubuh yang sedikit lebih besar darinya untuk duduk di sebelahnya.

Tubuh itu duduk dengan kaku, tak pernah sekalipun majikannya yang lalu-lalu memperlakukannya seperti ini. Bahkan berkesempatan untuk makan sambil duduk di kursi saja tidak, jadi wajar jika ia sangat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh majikan barunya.

Pelayan datang dengan membawa beberapa buku menu. Masing masing memegang buku menu tersebut dan membaca menu. Taehyung maupun sang kakak sudah memesan, dan kini menunggu pesanan Jungkook, akan tetapi lelaki itu hanya terdiam dan seperti tak berniat untuk memesan apapun.

''Hei.'' Panggil Taehyung saat lelaki di sampingnya hanya diam, sedangkan pelayan masih setia menunggu. Lelaki yang di panggil hanya menoleh kearahnya dengan tatapan bertanya.

''Apa kau tak mau memakan apapun?'' Tanya Taehyung menunjuk-nunjuk menu makanan yang berada di depan lelaki bersurai hitam tersebut.

''Atau mau ku pesankan?'' Aju Taehyung yang di beri tatapan tak senang dari sang kakak.

''Tae, biarkan dia memesan sendiri.'' Ujar Taeri masih membaca buku menu yang berada di tangannya.

''A-apa aku harus membayarnya sendiri? Ji-jika iya, aku tak sanggup membayarnya.'' Jawab Jungkook bernada polos dan gugup. Lagi-lagi pandangan dingin tertuju pada lelaki bersurai karamel.

''Taehyung.'' Panggil sang kakak dengan nada menuntut. Raut wajah lelaki di hadapan wanita itu terlihat tidak terima.

''Apa? Astaga noona, apa yang kau pikirkan? Aku hanya mengikuti perintah noona untuk mengajaknya makan malam an tak mengatakan apapun.'' Bela sang adik, tentu ia tak ingin mendapat masalah dengan sang kakak yang terkenal dingin melebihi sang ayah.

Mata seindah senja itu melirik Jungkook dan menyuruhnya untuk memesan apa saja yang dia mau. Akhirnya Jungkook mau memesan makanan yang membuat kedua orang bersaudara mengernyit.

Makanan telah datang, banyak makanan berharga mahal dan menggugah selera tersaji di meja bernomor 5 yang di tempati saudara Kim dan Jungkook. Mereka bertiga makan dengan hikmat. Potongan daging di taru ke dalam mangkuk sup milik Jungkook.

''Apa kau selalu di sajikan soup oleh majikanmu terdahulu sampai disuruh memesan saja kau pesan sup jagung. Ck.'' Eluh pemuda bersurai karamel ketika melihat Jungkook hanya memesan soup jagung yang bahkan porsinya sangat sedikit.

Taeri tersenyum tipis melihat kelakuan sang adik. Lalu terlihat tangan adiknya mengangkat mangkuk sup milik Jungkook dan menggantinya dengan pasta yang Taehyung pesan.

''Makanlah, jangan sampai di rumah nanti kau menggerutu kelaparan.'' Titah Taehyung melanjutkan acara memotong daging dan memakannya. Wanita berumur 25 tahun itu tersenyum tipis sembari mengunyah makanannya. Sedangkan Jungkook, dengan ragu memulai memakan pasta yang di berikan majikan barunya untuknya.

.

.

.

.

Setelahnya mereka menyelesaikan makan malam, mendadak Taeri mendapat panggilan tentang pengoperasian dan segera pergi meninggalkan kedua orang itu di dalam mobil.

Di dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka. Taehyung mulai jenuh, pandangannya ke luar jendela mobil memandangi pemandangan yang tersaji saat malam hari. Dan pandangannya teralih ke sosok yang duduk di sampingnya.

''Jadi, kau adalah butler baruku?'' Tanya Taehyung memandang antusias pada sosok yang kini mengalihkan pandangannya dari luar jendela ke lelaki bersurai karamel dengan pandangan datar dan mengangguk.

''Ck, Taeri noona selalu saja begitu.'' Eluh lelaki berwajah manis itu. Ketika ingin berucap, mobil sudah memasuki gerbang utama rumah kediaman keluarga Kim. Bibir lelaki Tan itu mengatup lagi setelah pintu mobil terbuka dan ia segera keluar.

Mereka berdua berjalan berdampingan tanpa ada yang mencoba mengajak berbincang. Taehyung mendesah pelan, ia benci kesunyian, ini seperti dirinya bersama sang kakak. Akhirnya mereka memasuki rumah megah tersebut dan menaiki tangga bersama. Langkah kaki Taehyung terhenti.

''Ini kamarmu, tepat berada di samping kamarku.'' Beritahu Taehyung menunjuk pintu berwarna jingga yang memiliki ukiran indah. Jungkook memandang tak percaya, tidak mungkin, tidak mungkin dirinya memiliki kamar yang bahkan pintunya terlihat sangat indah. Dirinya terlalu biasa tertidur ruang bawah tanah di tempatnya bekerja sebagai seorang butler.

''Kenapa? Cepat masuk, kau membawa barang-barangmu kan? Pindahkan di kamar barumu. Besok kita harus kesekolah.'' Ujar Taehyung segera masuk kekamarnya yang bersebelahan dengan kamar Jungkook.

Setelah masuk kedalam kamar, onyx itu semakin melebar tatkala melihat sekelilingnya. Bahkan dia tak pernah bermimpi akan memiliki kamar seperti ini. Ruangan ini sangat luas, dindingnya di cat berwarna peach, dengan ranjang berukuran king size, lemari baju berbahan kayu mahoni, satu set meja belajar serta lampunya, satu lemari yang fungsinya untuk menyimpan buku, nakas setinggi ranjang, lampu tidur dan langit atap yang di hiasi lukisan bunga indah. Matanya tak henti memandang seisi kamar barunya. Tangannya gemetar, ia tak tau harus bersyukur atau apa tetapi, bolehkah ia memiliki harapan baru pada majikan barunya? Yang bahkan terkenal akan kekejamannya?

.

.

.

.

.

TBC.

A/N; hehehehehehhehehehe aku dateng bawa cerita baru. Hehehehhehhe piss aku juga lagi nyelesain ff kookvku, ini Cuma selingan kok/?