Ini fanfic HitsuHina pertama saya, maaf kalau bahasanya terlalu baku. Hehehe… Maaf juga kalau ceritanya aneh. -_-"

Thanks to :

Cynthia – udah memotivasi sy buat bikin fanfic (dengan bahasa Indonesia).

Azumi Uchiha (FFN User) – udah bikin sy makin pengen bikin fanfic HitsuHina.

And semuanya yang bikin saya suka bikin fanfiction! Tolong di review ya, fanfic HitsuHina saya yg pertama ini. Arigatou gozaimasu! ^_^

DISCLAIMER: BLEACH beserta tokoh-tokohnya bukan punya saya, tapi punyanya Kubo Tite-sama. Tapi saya jujur, ini fanfic ASLI buatan saya. Terima kasih atas perhatian Anda, bersedia membaca Disclaimer ini yang hampir ada di seluruh FanFic. XD

Enjoy! ^^ (and review! XD)

CHAPTER 1

Hinamori berjalan keluar dari kamarnya dan bermaksud duduk di taman belakang rumahnya. Ia berjalan pelan, karena hari sudah malam. Setelah berjalan beberapa saat, ia duduk di ayunan yang sudah ada sejak ia kecil; sejak orang tuanya masih ada di dunia ini.

Hinamori mendesah dan menengadah ke langit yang malam ini kosong. "Rasanya sudah seminggu tidak ada bintang di langit. Aku rindu bintang…" Katanya. Ia bersandar dan menutup matanya perlahan.

"Sepi sekali di sini. Aku benci suasana begini…" Katanya lagi dengan wajah sedih. "Andai saja… Waktu terulang lagi… Aku rindu saat-saat aku masih bersama papa dan mama, juga bersama Shiro-chan." Menyebut nama Hitsugaya, ia pun teringat kenangannya waktu kecil menghabiskan waktu bersama Hitsugaya.

-flashback-

Setiap musim panas tiba, kedua orang tua Hinamori selalu mengajak Hinamori dan Hitsugaya pergi ke pantai bersama. Terkadang Hitsugaya menolak, karena ia benci panas.

"Untuk apa ke sana? Bukannya musim panas di rumah juga cukup menyenangkan?" Katanya dingin saat Hinamori mengajaknya.

"Ayolah, Shiro-chan! Aku sudah lama tidak ke pantai!" Hinamori membujuknya, dan mereka bertengkar seperti biasa.

"Tapi aku benci panas! Lebih baik aku santai-santai saja di rumah selama musim panas." Hitsugaya melawan.

"Tidakkah kau bosan? Di pantai pun kita bisa kok santai-santai!" Hinamori membalas sambil tersenyum. Dan lagi-lagi Hitsugaya dikalahkan oleh senyum Hinamori yang manis dan tulus.

"Baiklah, apa katamu. Tapi kalau aku bosan atau kulitku terbakar, saat itu juga aku pulang!" Katanya sambil berlalu.

"Ah, tunggu!" Hinamori mengejarnya dan berjalan di sampingnya. "Memangnya Shiro-chan bisa pulang sendiri? Pantainya jauh lho…!" Hinamori menggodanya, berbicara padanya sambil menengok ke bawah—karena Hitsugaya lebih pendek darinya.

"Enak saja, aku bisa pulang sendiri!" Katanya dingin.

"Kalau begitu, kenapa waktu kita pergi ke mall bersama baru-baru ini, Shiro-chan minta diantar pulang?? Bukannya jarak mall itu ke rumah kita dekat? Yang pasti lebih dekat dari jarak pantai ke rumah kita kan?" Hinamori menatap heran Hitsugaya, yang ditatap merona wajahnya karena malu.

"I-Itu sih… Karena aku sudah capek! Habis kau cari barang ga ketemu-ketemu sih!" Hitsugaya melawan dengan gugup. Hinamori tertawa kecil.

"Kalau waktu itu Shiro-chan mau bantu cari, pasti sudah ketemu. Habis Shiro-chan cuma diam saja sih!" Katanya sambil tetap tertawa.

"Sudah kubilang, aku capek dan bosan di sana!" Balasnya.

"Lalu kau paling senang ke mana?" Hinamori bertanya, mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di lantai teras yang agak tinggi.

"Lebih baik aku ke perpustakaan saja, aku sudah baca semua buku di seperempat bagian perpustakaan besar itu." Jawabnya.

"Hah?? Yang benar? Wah, aku kalah dong! Aku baru baca satu rak!" Hinamori terkejut mendegar kemauan Hitsugaya untuk membaca.

"Kau sih, jarang ke sana. Tiap hari aku ke sana! Buku di sana kan bagus-bagus…" Katanya.

Hinamori tersenyum. "Memang, makanya aku suka. Lagipula… tiap hari Shiro-chan ada di situ, makanya aku senang ke sana!" Katanya.

Hitsugaya diam karena malu, dari dulu mereka sangat dekat, tapi Hitsugaya selalu dan tetap merasa gugup dan malu setiap kali Hinamori memuji atau mengatakan ia senang berada di dekat Hitsugaya.

"Kalau begitu, datanglah tiap hari ke sana. Kalau kau mau, aku bisa mengajarimu apa pun." Hitsugaya menyombongkan diri.

Hinamori mencibir dan mengacak-acak rambut Hitsugaya. "Huu… Sekarang Shiro-chan sombong yaaa… Mentang-mentang menang dariku!" Katanya.

Hitsugaya melepaskan tangan Hinamori dari kepalanya dan mendongak untuk menatapnya. "Aku kan memang lebih pintar darimu." Katanya lagi, lalu ia berlari meninggalkan Hinamori.

"Enak saja!! Awas ya, tunggu!!" Hinamori berteriak kecil sambil mengejar Hitsugaya yang tetap berlari.

Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Di perpustakaan, di rumah, di taman, di mall, dan di mana saja. Hitsugaya merasa nyaman berada di dekat Hinamori, dan Hinamori merasa senang dan aman berada di dekat Hitsugaya. Mereka tidak menyadari bahwa rasa sayang mereka satu sama lain seperti rasa sayang adik dan kakak telah berubah menjadi rasa sayang antara laki-laki dan perempuan.

Sampai suatu saat mereka harus berpisah…

Orang tua Hitsugaya dipindahtugaskan keluar kota, yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal semula mereka. Hinamori sungguh terkejut mendengar kabar itu, begitu pula dengan Hisugaya. Malam hari sebelum Hitsugaya akan pergi, Hinamori meminta mereka bertemu di taman kota tempat mereka sering bermain.

"Shiro-chan…" Panggil Hinamori lembut, sekaligus terdengar putus asa. Hitsugaya tidak menjawab, ia memandang ke kejauhan dengan raut wajah sedih.

"Tidak bisakah kau tinggal di sini?" Hinamori bertanya.

Hitsugaya mendesah, lalu ia menatap Hinamori. "Tidak bisa, orang tuaku sudah menyuruhku untuk pindah. Kalau itu mau mereka, aku tidak bisa menolak." Katanya.

"Tapi… Tapi kalau Shiro-chan pergi, aku harus pergi ke perpustakaan bersama siapa? Apakah aku harus pergi ke sekolah sendirian juga?" Kata Hinamori memprotes. Air mata mulai menggenang di kedua matanya yang indah.

"Maafkan aku, Hinamori. Tapi aku tidak bisa menolak keinginan mereka berdua…" Kata Hitsugaya sedih.

Hinamori tidak menjawab, ia menunduk dan air matanya jatuh ke atas tangannya. "Aku tidak mau… Aku bakal kesepian kalau Shiro-chan pergi…!" Katanya sambil menangis.

"Jangan nangis, kita pasti bertemu lagi…" Hitsugaya sedih melihat Hinamori menangis karenanya.

"Kapan? Apa Shiro-chan bisa tahu kapan kita akan bertemu lagi??" Hinamori mulai merasa marah, tapi ia tetap menangis.

"Aku memang tidak tahu kapan, tapi aku berjanji kita pasti bertemu lagi… Suatu saat nanti…" Jawabnya sambil memegang pundak Hinamori.

Hinamori memeluk Hitsugaya lembut, membuat Hitsugaya sedikit terkejut. "Aku akan merindukanmu…" Kata Hinamori, masih memeluk Hitsugaya.

"Aku juga…" Balas Hitsugaya.

Esok paginya mereka berpisah, tak sanggup mengatakan apa pun. Hinamori mengusap air matanya ketika Hitsugaya berjalan ke mobilnya, Hitsugaya pun menggigit bibirnya supaya tidak menangis.

"Maafkan aku, Hinamori… Sampai jumpa…" Pikirnya sambil naik ke mobil dan menengok ke arah Hinamori dari dalam mobil.

-End of flashback-

Hinamori kembali ke kenyataan bahwa Hitsugaya telah pergi meninggalkannya selama enam tahun lebih. Dirinya yang dulu sewaktu bermain bersama Hitsugaya masih berumur Sembilan tahun, kini telah berusia lima belas tahun. Hinamori menangis dalam keheningan malam, di mana hanya terdengar decitan besi ayunan yang sudah mulai berkarat.

"Ke mana kau pergi? Bukankah kau berjanji kita akan bertemu lagi?" Hinamori berbisik sambil menangis.

"Aku merindukanmu…" Bisiknya lagi.

--

Pagi hari, seperti yang biasa ia lakukan di hari libur, Hitsugaya pergi ke perpustakaan di dekat rumah barunya. Ia menelusuri rak buku untuk mencari buku yang dibutuhkannya. Tiba-tiba Hitsugaya melihat sebuah buku cerita, buku cerita yang dulu dibacanya bersama Hinamori; atau lebih tepatnya, dibacakan oleh Hinamori.

Hitsugaya mengambil buku itu dan berjalan menuju meja tempat ia biasa duduk dan membaca. Ia memandangi buku cerita itu—Watermelon and Peach, ia membaca judulnya. Hitsugaya membuka buku itu dan membacanya perlahan-lahan, saat itu juga ia seperti melihat kenangan-kenangannya bersama Hinamori enam tahun yang lalu.

"Hinamori… sedang apa kau sekarang? Apa kau masih ingat padaku?" Pikirnya sambil membaca-baca buku cerita itu dengan asal. Lalu ia menutup buku itu dan menggesernya ke samping. "Kudengar kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan…" Katanya sambil menumpukan kepalanya di telapak tangan kanan.

"Aku merindukannya…" Bisiknya pada dirinya sendiri.

--

Hinamori melamun di kelas pagi itu, dan ia sedikit mengantuk. Kemarin malam ia tidak bisa berhenti menangis sehingga tidak bisa tidur. Sampai bel masuk berbunyi pun ia masih melamun. Melihat itu, teman sebangkunya, Nemu, menepuk pundaknya.

"Hey, Hinamori-chan. Kau kenapa? Kok melamun?" Tanya Nemu.

Hinamori tersadar dari lamunannya dan menatap Nemu kaget. "Oh, sudah bel masuk ya? Wah, aku melamun lama sekali ya." Jawabnya.

"Memangnya kau memikirkan apa sampai tidak mendengar bel masuk berbunyi?" Tanya Nemu lagi. Ketika itu pintu kelas terbuka dan guru Biologi mereka masuk.

"Tidak, bukan hal yang penting." Hinamori berbohong. Tentu saja Hitsugaya hal yang sangat penting bagi Hinamori, tetapi ia tidak ingin ada seorang pun yang mengetahuinya.

"Hmm… Ya sudah lah, pelajaran sudah mulai!" Kata Nemu. Hinamori tersenyum dan mengangguk.

"Mungkin sebaiknya aku tidak memikirkan dia sekarang…" Pikirnya sambil mendesah pelan, supaya Nemu tidak menyadarinya.

Pulang sekolah, Hinamori dan Nemu melihat pengumuman ditempel di papan pengumuman. Mereka berdua berhenti untuk membacanya, dan wajah mereka menunjukkan keheranan.

"Pesta dansa??" Kata Nemu kaget.

"Tumben sekali ada pesta dansa, selama aku sekolah di sini, baru sekarang ada pesta dansa." Balas Hinamori.

"Benar. Mungkin karena sekolah ini ganti pengurus?" Kata Nemu.

"Mungkin juga ya, entahlah. Rasanya aku tidak begitu berminat…" Hinamori menunjukkan wajah jijik saat mendengar ada pesta dansa. Ia tidak begitu suka menari.

"Hmm… Kalau soal dansa aku juga tidak berminat. Tapi suaramu kan bagus, Hinamori-chan. Kenapa kau tidak nyanyi saja?" Tawar Nemu.

"Eh? Aku tidak biasa nyanyi di depan teman-teman, lagipula suaraku tidak sebagus itu kok!" Balas Hinamori.

"Jangan terlalu merendahkan diri, aku pernah dengar suaramu yang indah." Nemu tersenyum, Hinamori juga tersenyum tapi ia menggelengkan kepala. Suara Hinamori memang bagus, banyak orang-orang menyukai suaranya. Tapi ia merasa tidak percaya diri jika disuruh menyanyi di depan teman-temannya. Kemudian Nemu kembali menatap pengumuman itu. "Tapi katanya cowok-cowok harus punya pasangan lho. Memangnya jumlah cowok dan cewek di sini seimbang ya?" Kata Nemu.

Hinamori mengangkat pundaknya. "Kurasa tidak mungkin seimbang. Jumlah cowok di sini lebih banyak dari jumlah cewek. Entah bagaimana caranya, mungkin beberapa pengurus cowok mengalah dan tidak punya pasangan…" Kata Hinamori sambil tertawa.

"Yang benar saja, kasihan mereka dong!" Nemu memprotes sambil tertawa juga.

"Ah, sudah lah. Toh, acaranya masih lama kan?" Kata Hinamori.

"Iya, masih sebulan lagi. Lho, acaranya pas Valentine. Wah, ternyata mereka ada maunya nih!" Balas Nemu.

"Sepertinya bakalan rame ya, tapi rasanya aku cukup menonton saja. Hehe…" Kata Hinamori, tertawa pelan. Nemu memasang tampang heran ke arah Hinamori. "Sudah ah, kita pulang yuk! Aku ingin ke toko buku, Nemu-chan mau ikut?" Ajak Hinamori.

"Boleh, hari ini aku tidak ada acara!" Kata Nemu menyetujui ajakan Hinamori.

Mereka pergi ke toko buku bersama dan melihat-lihat seisi toko buku sambil bercanda tawa, sampai Hinamori melihat seseorang yang tampak familiar baginya.

Mereka berdua sedang berdiri di depan rak buku novel, Hinamori berjalan sedikit ke kiri dan dari kejauhan ia melihat seseorang yang mirip… dengan Hitsugaya yang ia rindukan.

"Hinamori-chan, sepertinya yang ini bagus ya! Hey…" Kata Nemu. Ia menoleh ke kiri, tapi Hinamori sudah tidak ada di sana. "Hinamori-chan? Kau di mana?" Nemu berjalan sambil mencari-cari. Akhirnya ia menemukan Hinamori di depan rak buku pelajaran SMA.

"Hinamori-chan…! Sedang apa kau di sini? Aku mencarimu dari tadi!" Kata Nemu sambil menepuk pundak Hinamori.

"Shiro-chan…?" Bisik Hinamori, menghiraukan pertanyaan Nemu.

"Eh? Kau bilang apa? Shiro-chan? Siapa itu?" Ternyata Nemu masih dapat mendengar bisikan Hinamori barusan.

Hinamori terkejut melihat Nemu sudah di sampingnya. Ia baru sadar bahwa sosok Hitsugaya yang ia lihat sudah menghilang. "Oh, Nemu-chan… Tidak, bukan siapa-siapa. Tapi rasanya tadi aku melihat temanku, dia sudah pergi. Sepertinya salah orang. Hehe…" Balas Hinamori. Tetapi Nemu tidak akan percaya begitu saja, ia mencoba cara lain.

"Dia bukan anak sekolah kita ya? Siapa nama aslinya?" Tanya Nemu. Ia tahu Shiro-chan hanyalah nama panggilan.

"Ya, dia bukan anak sekolah kita. Namanya Hitsugaya Toushiro." Entah kenapa Hinamori mau menceritakannya pada Nemu.

"Dia… siapanya Hinamori-chan?" Nemu memancing Hinamori untuk menjawab.

"Eh? Bukan siapa-siapa, hanya teman." Jawab Hinamori berbohong, sambil tersenyum. Nemu tahu Hinamori berbohong, tapi ia tidak mau memaksa Hinamori untuk menjawab.

"Baiklah kalau begitu! Kau jadi beli novel?" Tanya Nemu. Mereka berjalan ke arah rak novel lagi. Sepertinya Nemu masih ingin melihat-lihat novel-novel itu.

Hinamori berpikir sebentar. "Jadi deh, aku sedang tidak ada buku bacaan di rumah!" Jawab Hinamori sambil tersenyum. Mereka kembali menyusuri rak itu.

"Bukannya di dekat rumahmu ada perpustakaan?" Tanya Nemu lagi.

"Perpustakaan itu sedang direnovasi, jadi berisik. Lagipula aku jarang pinjam buku di situ, kebanyakan aku baca langsung." Jawab Hinamori. Ia mengambil sebuah novel dengan background cover biru muda dan menunjukkannya pada Nemu. "Aku mau beli yang ini. Nemu-chan mau beli yang mana?" Tanyanya.

Nemu membaca judul novel yang dipegang Hinamori; "Watermelon Love". Sampulnya bergambar pantai dan sebagian lagi langit malam. "Kau suka sekali semangka ya?" Tanya Nemu menggoda.

Hinamori sedikit malu-malu. "Ah, tidak juga. Tapi aku punya kenangan khusus soal semangka!" Jawab Hinamori.

Nemu mengangguk beberapa kali, lalu ia menarik keluar novel dengan background cover coklat. "Kalau begitu, aku beli yang ini. Nanti kalau sama-sama sudah selesai baca, kita tukaran ya!" Pinta Nemu.

Hinamori mengangguk sambil tersenyum, lalu mereka berjalan ke arah kasir untuk membayar buku yang mereka beli. Sekali lagi ia memandangi novel yang ia beli.

"Semangka… Ini satu-satunya cara untuk mengingatmu, Shiro-chan. Karena kau suka sekali semangka…!" Pikir Hinamori.

"Sudah kan? Ayo kita pulang!" Ajak Nemu. Hinamori mengangguk lagi dan mereka berjalan ke pintu keluar, dan pulang ke rumah masing-masing.

"Novel ini akan kubaca sampai habis, karena sepertinya nasib tokoh utamanya sama denganku." Pikir Hinamori lagi. Lalu ia melihat matahari sudah mulai terbenam, dan mewarnai langit dengan warna orange yang menyakitkan bagi Hinamori.

"Sedang apa kau di sana?"

CHAPTER 1 END

Yosh! Chapter 1 selesai! Maaf ya kalau ceritanya menurut Anda sekalian aneh, karena ini fanfic dengan bahasa Indonesia pertama yang saya bikin. -_-"

Sekali lagi, saya request reviewnya… *bow*

Hehehe… n_n makasih! ^^