FLIRTATIONS

Saya menyarankan untuk mendengarkan lagu 'Aku Tergoda – Five Minutes' untuk menambah feel-nya.

Semua manusia pastikan kecewa

Bila kekasih yang selalu dihatinya

Tak pernah lagi menyebut namanya..

"Sei-kun, hari ini-"

"Aku ada rapat."

"Tapi-"

"Mengertilah dan jangan manja!"

Disclaimer :

Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

Aku Tergoda milik Five Minutes

Original Story milik Gigi

Main cast :

Akashi Seijuro

Kuroko Tetsuya

Momoi Satsuki

Warn :

T

Shounen Ai – Shoujo

Akakuro slight Akamomo

Romance. Hurt. Angst.

OOC.

Typo.

Tetsuya menunduk lesu. Sudah hampir 2 bulan, hubungan mereka merenggang. Dia sendiri tidak tahu apa yang salah. Seingatnya semua baik-baik saja. Tapi kekasihnya seakan menjauhinya. Saat dia bangun, kadang Akashi sudah berangkat, dan saat kekasihnya pulang, Tetsuya sudah terlelap dalam mimpinya.

Bukan maksudku lukai hatimu

Maafkan aku, membuat hancurnya hatimu

Akashi memandang Tetsuya yang tertidur terkelungkup diatas meja makan yang sedianya akan dipakai untuk makan malam merayakan anniversary mereka yang ketiga. Tangan putih itu membelai kening kekasih birunya, membisikan maaf atas kesalahan yang berulang kali dilakukannya.

Aku tergoda oleh wanita..

Akashi melihat ponselnya yang berdering dan tertulis nama kekasihnya di layar ponsel selebar 5 inch miliknya.

"Siapa?" Tanya Momoi, wanita yang berada dalam pelukannya.

"Bukan siapa-siapa." Akashi segera mematikan panggilan sekaligus ponselnya dan mengusir rasa bersalah dengan kembali bercumbu dengan kekasih simpanannya.

Brakk! Suara pintu dibuka kasar hingga mengalihkan perhatian keduaa insan yang sedang bercumbu mesra.

"Sei-kun," Mata biru itu berair tatkala melihat kekasihnya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain di dalam ruang kerja pribadinya.

Akashi menelan ludah dengan sulitnya saat mata mereka bertemu pandang, "Tetsuya.."

Mata biru yang disukainya memancarkan luka, bibir yang begitu menjadi candunya bergetar tak sanggup berbicara. Kaki jenjang yang selalu menggodanya memilih melangkah pergi, terlihat tidak kuat melihat kenyataan yang terjadi.

"Tetsuya!"

Akashi segera berlari menyusul Tetsuya, menghiraukan pertanyaan dari simpanannya yang terlihat kesal karena diabaikan begitu saja.

Aku takut kehilanganmu bila aku jujur padamu

Aku benci bila harus jalani hidup tanpa dirimu

Akashi merasakan ketakutan yang nyata. Rasa bersalah yang kemarin-kemarin bisa ditepisnya kini kembali datang dengan membawa kekuatan yang membuat dirinya merasa ketakutan. Tidak! Tidak akan dia biarkan Tetsuya menghilang dari hidupnya. Dia tidak sanggup! Dia tidak bisa! Tetsuya miliknya, Tetsuya hanya milik pribadinya. Orang yang menjadi langit dan udara baginya.

Kaki berbalut celana kain berwarna hitam itu terus berlari. Kembali berjalan, menyusuri setiap arah untuk mengejar kekasih hatinya.

Akhirnya setelah berkeliling hampir 3 jam, Akashi mendapati Tetsuya tengah duduk di salah satu sudut taman. Mata biru itu memerah, tak menangis tapi cukup berbicara atas dalamnya luka yang mendera. Surai baby blue terlihat berantakan.

"Tetsuya.." Akashi mencoba memanggil pelan dan perlahan mendekati kekasihnya yang tengah kacau akibat kelakuannya.

"Jangan mendekat!"

Langkah Akashi otomatis berhenti saat perkataan penuh nada dingin itu menyapa indera pendengarannya. Namun, setelahnya, dirinya kembali mencoba mendekat.

"Ku mohon, jangan mendekat!"

Rasanya, penolakan itu seakan tegas menyuarakan betapa bajingannya seorang Akashi.

"Tetsuya-"

"Cukup!"

"Tetsu-"

"Aku bilang cukup, brengsek!"

Akashi memang mengajari Tetsuya untuk menolak secara kasar bila ada yang mengganggunya, dan tak disangka, dirinyalah yang pertama kali ditolak secara kasar oleh kekasihnya sendiri. Iya, kan? Mereka masih sepasang kekasih kalau dirinya boleh berharap.

"Aku pikir, ketika kau mengajakku berkencan, kau sudah tahu konsekuensinya." Meski suaranya tak lantang, tapi sudah cukup menyakitkan pendengaran Akashi.

"Saat kau bilang sibuk, aku mencoba mengerti," Suara Tetsuya benar-benar menyayat hati Akashi.

"Saat kau ingkar janji, aku mencoba memahami." Sungguh, Akashi tak sanggup melihat bagaimana mata itu memancarkan kecewa serta luka yang menganga.

"Kalau memang ingin putus, kenapa tidak bilang saja?" Pertanyaan itu hanya bernada lirih, tapi cukup memberi vonis yang mengerikan bagi Akashi.

Aku takut kau meninggalkanku..

"Tetsuya, dengar dulu," Akashi mencoba menghibur diri saat kekasihnya tak mau menyebut namanya, "Aku tidak ingin berpisah denganmu, aku-"

"Jangan mengorbankan dirimu. Aku senang kalau kau kembali di jalan yang benar."

"Aku mencintaimu, dan hubungan kita tidak salah!" Akashi bisa merasakan suaranya tergetar, "Dengar penjelasanku dulu ,Tet-"

"Tidak perlu. Aku mengerti."

"Kau tidak mengerti!" Aku begitu mencintaimu, Tetsuya. Lanjut Akashi namun suaranya tak mampu keluar.

"Tentu saja aku tak mengerti, aku hanya makhluk menjijikan. Akulah yang salah, seharusnya aku yang mengikuti jejakmu."

Tak bisa, dirinya tak sanggup membayangkan kalau pemuda didepannya harus memadu kasih dengan orang selain dirinya.

"Hubungan kita tidak salah, aku yang salah, Tetsuya." Akashi mencoba memegang tangan Tetsuya yang ditepis kasar oleh si empunya.

"Katakan, kebohongan terbesar yang pernah kau katakan kepadaku."

"Aku.." Akashi tertunduk. Suaranya seakan hilang kemana.

"Jadi, semua hanya bohong ya? Betapa bodohnya aku mengharapkanmu." Tetsuya tersenyum, senyuman yang membuat Akashi memalingkan muka.

"Bukan begitu!" Seakan tersadar, Akashi segera menolak dengan lantang. "Aku mencintaimu, Kau segalanya-"

"Segalanya? Jangan membuat lelucon disini, Akashi-san."

Panggilan itu, panggilan saat Tetsuya hanya tahu dirinya sekedar nama. Tanpa ada ikatan apapun didalamnya.

"Wanita itu dulunya mantan kekasihku. Kami dekat akhir-akhir ini-"

"Apa hubungan kalian sekarang?" Tanya Tetsuya memotong penjelasan Akashi.

Jeda agak lama, hingga mulut Akashi kembali membuka, "Maaf, dia kekasihku juga. Tapi Tetsuya-"

"Aku mengerti."

"Aku akan memutuskannya! Aku hanya butuh Tetsuya."

"…"

"Aku hanya mencintai Tetsuya. Hanya kau yang ingin ku bawa ke altar! Aku ingin mengatakannya padamu, ingin berkata jujur dan mengakhiri semua tentang hubungan kami, tapi aku takut kau meninggalkanku, Tetsuya."

"Perkiraanmu benar."

Dia tidak bodoh, Akashi tahu makna perkataan Tetsuya.

"Tidak! Aku tidak mau!"

"…"

Tak ada tanggapan. Akashi tahu ini selesai, tapi dia tidak mau. Tepatnya, dia tidak mampu.

End.

Author's Note :

Ada yang butuh tisu? Sudah cukup hurt belum ya? Ya kalau belum, maklumi saja yaa, saya memang gak begitu bakat bikin genre menyedihkan. Apa ini termasuk song fict? Saya kurang mengerti untuk kategori ini, jadi banyak kurangnya, maafkan yaa :)

Well, terimakasih sudah membaca. Ada yang mau review?

Sign,

Gigi.