Disclaimer : Masashi Kishimto
.
.
.
Warning : Out of Character here. Many. Mistakes. Story from me.
Pair : NaruSaku always
Rate : T\+M
Song by Evanescence - Missing
Naruto - 29 year
Sakura - 27 year
Hanami - 5 year
.
.
.
Missing
.
.
.
.
Hidup sebatang kara tanpa tahu di mana kedua orang tua berada terasa begitu menyakitkan, namun ketika cinta hadir pada diri yang haus akan kasih sayang dan cinta semua penderitaan akan lenyap seketika sama seperti yang dialami oleh gadis bernama Sakura Haruno. Dia adalah gadis cantik dengan manik hijau bening kristal dan surai merah muda sebahu.
Dulu sewaktu masih kecil Sakura tinggal di panti asuhan selama beberapa tahun, setelah cukup dewasa ia pergi dari tempat penampungan anak-anak tersebut. Sakura tinggal seorang diri di apartemen yang tidak terlalu mewah dan bekerja di sebuah kedai ramen untuk mencukupi biaya hidupnya.
Di tempat itu lah Sakura mengenal lelaki tampan yang bernama Naruto Namikaze. Naruto kerap menghabiskan waktu di tempat Sakura bekerja untuk berbincang dengan wanita itu. Awalnya mereka hanya berteman namun seiring berjalannya waktu Sakura mulai mencintai lelaki pirang itu.
Sakura mengungkapkan perasaannya saat Naruto datang mengunjungi aprtemennya. Pada saat itu Sakura telah membulatkan tekat, ia akan terima jika Naruto menolak dan menjauhinya jika hal itu bisa membuat perasannya lega.
Flashback
Sakura duduk gelisah di sebelah Naruto. Sesekali gadis itu meremas ujung rok mini yang ia kenakan. Pemuda pirang di sebelahnya menyeringit dengan tatapan heran mengarah ke Sakura.
"Sakura?!" Yang di panggil mendongak melihat ke samping, wajah gugup terlukis jelas dari ekspresinya.
"Na–naruto" Lelaki itu menatap bingung Sakura. Sejak beberapa menit Naruto datang gadis itu hanya diam sambil memainkan ujung roknya.
"Ada apa?" Naruto mengamit jemari lentik Sakura guna menyalurkan rasa hangat membuat sang empu menatap langsung Shappire indah yang terdapat disana.
"Aku me–mencintaimu, Na–naruto..." Lelaki itu tertegun dengan tangan Sakura yang masih ia genggam. Sakura merasa was-was takut akan penolakan yang akan di dapatnya.
Naruto menatap lekat Emerald gadis itu, ia semakin mengeratkan pegangannya terhadap tangan Sakura dan kemudian Naruto menariknya ke dalam dekapan hangatnya.
"Aku juga mencintaimu, Sakura" Bisik Naruto sambil membelai rambut Sakura dengan perasaan yang mendalam. Gadis itu diam seribu bahasa. Sungguh, ia benar-benar tidak percaya Naruto membalas perasaannya. Perlahan tangan Sakura terangkat meraih punggung kekar Naruto dan tak lama kemudian ia balas memeluk lelaki itu dengan sangat erat di sertai tetesan liquid bening bahagia.
.
.
.
.
Naruto mengamati wajah berpeluh gadis di bawah tindihannya. Ia terpesona akan kecantikan Sakura yang tengah memejamkan mata sambil melenguhkan penuh nikmat namanya. Dengan garakan perlahan Naruto menyatukan kening mereka membuat Sakura menampakan kembali manik zambrut yang sempat terkatup rapat tadi.
Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat sebelum Sakura memalingkan wajah merahnya kearah samping. Naruto terkekeh geli melihat tingkah Sakura yang malu terhadapnya.
"Sakura?!" Panggilan lembut dari lelaki di atasnya menarik kembali perhatian Sakura. Ia menatap sendu Naruto dari bawah membuat pemuda itu menyentuh pipi mulusnya di iringi senyum manis di bibir tipis yang bekas memanjakan barang miliknya tadi.
"Menikahlah denganku!" Hati Sakura berdesir mendengar perkataan manis dari Naruto. Ia mengeratkan rangkulan di leher lelaki itu dan kemudian menariknya kembali dalam ciuman panjang dan dalam.
"Bagaimana?" Naruto berbisik pelan disela kegitan mereka. Sakura mengangguk sebagai jawaban dan kemudian kaki jenjangnya melingkar di pinggang pemuda itu meminta untuk bergerak. Naruto mengerti, ia kembali menggerakan pinggulnya di bawah sana hingga menghasilkan bunyi derit ranjang yang terdengar begitu merdu dengan bercampur desahan lembut Sakura sebagai melodi perpaduan cinta mereka pada malam itu.
Flashback end
.
.
.
.
"Ibu!" Seruan polos dari seorang bocah menyadarkan Sakura dari alam lamunnya. Ia menolah ke ambang pintu dan mendapati seorang gadis cilik dengan rupa yang sama persis dengannya hanya mata mereka yang berbeda. Sakura memiliki manik hujau Emerald sedang anak tersebut memiliki manik biru Shappire kepucatan yang tidak kalah indah seperti milik Sakura.
"Hanami sayang, kau sudah pulang?" Bocah jelita disana datang menghampiri Sakura di sofa lalu ia duduk di pangkuan wanita cantik itu setelah tiba.
"Ibu melamun lagi" Ujar bocah yang di panggil Hanami tadi seraya menyentuh pipi sang Ibu dengan tangan mungilnya.
"Bagaimana dengan sekolahmu tadi?" Sakura bertanya hal lain untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Seperti biasa, mereka semua sangat baik terhadapku" Balas gadis cilik itu dengan senyum bahagia. Sakura hanya tersenyum sambil membelai surai pink sang putri.
"Ibu...?!"
"Ya"
"Aku ingin bertemu Ayah" Wanita itu tersenyum getir, ia jadi teringat saat dulu Naruto hendak datang menjemputnya untuk menemui kedua orang tua lelaki tersebut.
Flashback
Terlihat seorang gadis pink tengah sibuk merias diri di depan cermin besar dengan mengenakan dress merah pucat di atas lutut. Ia memoleskan lipsik merah jambu mengkilap di bibir kemudian sedikit menyapukan blush di kedua pipinya agar tidak terlihat pucat.
Setelah usai berdandan Sakura menatap dirinya dari pantulan cermin untuk menilai seformal apa dia. Merasa sempurna, ia meraih tas kecil hitam yang tergelatak di meja rias dan menyampirnya di pergelangan lalu pergi dari kamar kecil terbut dengan senyum yang merekah manis di bibir peachnya.
.
.
Dari sore hingga malam Sakura menunggu Naruto di depan apartemen namun pemuda itu tak kunjung datang. Sakura mulai gelisah, dengan perasaan berkecamuk ia merogoh tas untuk mencari ponsel. Setelah dapat gadis langsung menghubungi nomor telepon Naruto.
Berkali-kali ia mengulangi panggilan tetap tidak ada jawaban dari seberang sana. Sakura mulai putus asa, pada saat gadis itu hendak kembali masuk tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda ada panggilan masuk. Tanpa membuang waktu ia langsung menerima panggilan tersebut.
"Hallo"
"Maaf, ini dengan siapa?" Alis Sakura bertekuk tanda tidak mengenali suara orang dari seberang ponsel.
"Ini dengan Sakura"
"Anda siapa tuan Naruto?" Gadis itu berfikir sejenak sebelum membalas.
"Saya kekasihnya"
"Maaf Nona, tuan Naruto masuk rumah sakit akibat kecelakaan saat berkendara" Sakura membola sempurna dengan liquid yang siap menetes kapan saja. Ia membekap mulutnya yang hendak menjerit histeris mendengar kabar buruk itu. Dengan tergesa gadis tersebut berlari meninggalkan apartement untuk pergi ke rumah sakit tempat dimana Naruto di larikan.
.
.
.
.
Sakura mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kamar Naruto saat ia melihat keluarga besar Namikaze tengah berkumpul disana. Gadis itu hanya memperhatikan Naruto dari luar melalui kaca transparan yang terdapat di pintu. Air mata tak henti menetes sejak ia meninggalkan apartement.
Sakura bersembunyi di balik tembok saat melihat seorang dokter berjalan menuju pintu. Setelah memastikan dokter berambut pirang itu telah menjauh dari tempat Naruto di rawat, Sakura segera mengejarnya.
"Dokter, tunggu!" Tsunade mengentikan langkah mendengar seseorang berseru dari belakang. Wanita itu memutar tubuh dan mendapati gadis merah jambu tengah berlari tergesa menghampirinya.
"Ada apa Nona?" Sakura berhenti di hadapan sang dokter sambil menatapnya sedih dengan air mata yang menggenang di pelupuk.
"Bagaimana keadaan Naruto?" Tsunade mengerutkan alis seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Maaf, anda siapa?"
"Saya kekas—..." Sakura mengentikan kalimatnya, entah kenapa ia merasa tidak yakin untuk mengatakan yang sesunggunya. Dokter cantik disana semakin heran akan tingkah gadis di hadapannya yang mendadak diam dengan ekspresi wajah bingung.
"Sa–saya teman Naruto..." Tsunade memperhatikan Sakura dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan sesekali membenarkan kembali letak kacamatanya.
"Bagaimana keadaan teman saya dokter!" Pertanyaan ulang dari Sakura menyadarkan sang dokter, dengan sekali helaan nafas pendek Tsunade membuka suara.
"Dia tidak apa-apa dan akan segera sadar secepat mungkin tetapi benturan di kepalanya cukup keras hingga menyebabkan dia hilang ingatan..." Awalnya Sakura merasa senang akan jawaban dari Tsunade namun ia kembali terpuruk mendengar Naruto hilang ingatan.
"Ap–apa ingatannya masih bisa pulih?" Tsunade dapat menangkap nada lirih dari ucapan gadis pink tersebut.
"Jika ada ada yang menyangkut tentang masa lalunya, kemungkinan besar dia akan ingat sedikit demi sedikit" Sakura menghapus linangan air mata di pipinya kemudian ia sedikit membungkukan badan terhadap dokter baya tersebut.
"Terimakasih..." Wanita pirang disana balas bungkuk sambil tersenyum lalu kemudian ia pergi saat merasa tidak ada lagi yang ingin di tanyakan oleh Sakura.
.
.
Sakura terus mengamati Naruto dari luar ruangan. Ia merasa amat senang melihat lelaki yang ia cintai telah sadar namun kesenangannya tidak bertahan lama ketika melihat seorang wanita bersurai indigo sepunggung meluk Naruto. Gadis pink itu masih bisa menangkap pembicaraan mereka di dalam sana.
"Maaf, kau siapa?" Tanya Naruto yang berhasil menjauhkan gadis indigo tersebut darinya. Minato dan Kushina mendekati Naruto, ekspresi sedih tergambar jelas di wajah mereka.
"Naruto ini aku, Ibumu !" Kushina mengamit jemari besar sang putra kemudian ia letakan di pipinya membuat sang empu semakin bingung dengan alis bertekuk tebal.
"Lalu siapa wanita itu?" Sepasang suami istri tersebut melihat kearah Hinata, ketika mereka hendak mengatakan gadis itu terlebih dulu menjawab.
"Aku calon istrimu Naruto-kun..." Hinata kembali menghambur Naruto membuat Kushina terheran mendengar kata 'calon istri' yang Hinata lontarkan tadi.
Sakura yang mendengar perkataan Hinata tersentak dan kemudian ia segera berlari menjauh dari tempat tersebut dengan tetesan air mata yang mengalir. Sambil menangis, Sakura terus berjalan di koridor hingga tiba-tiba kepalanya terasa berputar dan tak lama kemudian pandangannya menggelap dan setelahnya tubuh Sakura ambruk di lantai semen.
Naruto terlonjak membuat pelukan Hinata terlepas, ia menyentuh dadanya yang entah kenapa mendadak terasa ada yang hilang dari dalam hatinya.
"Tidak kah ada yang telah hilang dari sisiku...?" Gumamnya pelan yang tidak terdengar oleh orang disana.
"Naruto!" Pemuda itu mendongak melihat lelaki pirang yang berupa sama dengannya tengah menyentuh pundaknya dengan raut khawatir.
"Aku tidak apa-apa !"
"Naruto-kun" Ketika Hinata ingin kembali memeluk Naruto, ia terhalang oleh tangan kekar lelaki itu yang tengah menatapnya tidak suka.
"Aku tidak mengenalmu... Tadi kau bilang bahwa kau calon istriku, sebaiknya kita putuskan hubungan itu !" Hinata membola mendengar penuturan dingin dari Naruto sedang Kushina hanya diam tanpa mengeluarkan suara barang sepatah kata pun. Tangan Minato beralih menyentuh pundak kecil Hinata yang tengah menunduk dalam diam.
"Sudah dari dulu dia hanya menganggapmu tidak lebih dari teman..." Bisik lelaki baya pirang itu pelan agar sang putra tidak mendengarnya. Hinata masih diam dengan pikiran berkecamuk. Harusnya ia sadar dari dulu bahwa Naruto tidak pernah mencintainya, pemuda tersebut hanya menganggapnya teman dan tidak lebih dari itu.
"Aku mengerti..."
.
.
.
.
Kelopak putih milik seorang gadis perlahan terbuka memperlihatkan iris hijau bening kristal. Sang empu menyentuh kepalanya yang masih terasa pusing sambil melihat sekitar ruangan yang di penuhi oleh kain putih khas rumah sakit dan di sebelah ranjangnya terdapat beberapa obat serta segelas air mineral di atas meja.
"Kau sudah sadar !" Suara tegas dari seseorang menarik perhatian Sakura kearah pintu.
"Dokter !" Wanita di ambang pintu tersebut datang menghampiri gadis di sana hingga menimbulkan bunyi derap langkah kaki di malam yang sunyi.
"Apa masih pusing?" Tanyanya setelah tiba di pinggir ranjang Sakura.
"Hanya sedikit" Balas gadis itu seraya menyingkap selimut kemudian hendak bangkit namun di tahan oleh Tsunade.
"Sebaiknya kau menginap dulu di sini menjelang besok... Tidak baik untuk kesehatan kalian berdua jika memaksa untuk pulang melalui malam yang dingin ini" Sakura menatap tak mengerti sang dokter. Ia menurut saat Tsunade kembali merebahkan tubuhnya di ranjang dan kemudian menyelimutinya.
"Apa maksudnya, kalian berdua?" Tanya Sakura yang telah berbaring manis. Tsunade menyentuh perut rata Sakura membuat gadis tersebut iku menyentuh perutnya tak lepas dari raut tidak mengerti.
"Tidak lama lagi kau akan menjadi seorang Ibu" Tutur Tsunade turut bahagia. Sakura terbelalak tak percaya. Terbesit perasaan senang mendengar penjelasan dari sang dokter namun wajahnya kembali bertekuk sedih mengingat Ayah dari janin yang tumbuh di rahimnya tidak mengenali semua orang terdekatnya termasuk dirinya sendiri.
.
.
.
.
Kesokan harinya Sakura bersiap untuk pulang ke apartement namun sebelum itu ia terlebih dulu ingin menjenguk Naruto. Sambil terus mengelus pelan perutnya Sakura berhenti di depan pintu kamar Naruto, senyum bahagia tak lepas sejak ia keluar dari ruangan tadi.
Niat Sakura yang hendak membuka pintu urung kala mendapati seorang wanita yang ia lihat semalam tengah mengecup bibir Naruto yang tengah tidur pulas. Matanya memanas melihat pemandangan itu yang menurutnya keji. Dengan tetesan liquid bening Sakura berlari cepat, ia menerobos orang yang manghalangi jalannya dan terus berlari tanpa arah sambil terisak pelan penuh dengan kepiluan.
Pada saat itu Sakura tidak pernah lagi berjumpa dengan Naruto. Jika mereka bertemu toh sudah pasti lelaki pirang itu tidak mengenalinya. Sakura tidak ingin hal itu terjadi, ia akan hancur jika Naruto mengatakan 'aku tidak mengenalmu Nona' karena itu ia putuskan untuk pergi dari kehidupan Naruto dan akan mengurus anak mereka seorang diri. Sakura sangat menyayangi bayi dalam kandungannya karena hanya anak itu lah yang bisa
mengobati rasa rindunya terhadap lelaki yang tidak pernah berhenti ia cintai hingga kini.
Flashback end
"Tidak terasa sudah enam tahun berlalu..." Hanami menautkan alis akan gumaman Sakura sambil mengamati wajah sang Ibu yang masih terlihat cantik dan muda.
"Ibu...!" Sakura tersadar dan lalu ia menatap wajah polos sang putri.
"Ada apa sayang?"
"Aku sangat menyayangi Ibu" Setelah menuntaskan kalimatnya, Hanami langsung memeluk leher Sakura dan menenggelamkan wajahnya disana.
"Ibu juga sangat menyayangi Hanami..." Sakura mengelus lembut punggung kecil bocah polos tersebut.
'Lihatlah Naruto, betapa manjanya anakmu...' Sakura membatin sedih sambil berharap Naruto dapat mendengar suara isi hatinya.
Di tempat Naruto, pemuda itu tengah berdiri di balkon kamar dan entah kenapa hidungnya terasa gatal membuat ia bersin kecil.
"Perasaan hilang ini selalu menghantuiku..." Ujar Naruto seraya memencet hidungnya untuk menghentikan terjadinya bersin lagi.
"Tunggu saja, aku akan menemukanmu kembali..." Lanjutnya lagi sambil menyentuh dada bidangnya yang terlindungi oleh kaos putih.
.
.
.
.
To Be Continue...
.
.
.
.
Fic two shot pertama dariku...
Semoga kalian suka dan jangan kemana-mana untuk baca kelanjutan dari fic ini... :)
Sampai jumpa di chap akhir :)
