Spring Lover God and The Devil Prince

Main Cast: Mark Lee, Lucas Wong, Jung Jaehyun, Lee Taeyong, etc

Length: Twoshoot

Rate: T

Genre: Romance, School Life, Fantasy

… Happy reading!...

.

.

Musim dingin telah berganti musim semi. Tahun ajaran baru telah dimulai. Mark menatap ke luar jendela. Bus yang ia tumpangi melaju lambat, membuatnya dapat menikmati keindahan bunga Cherry Blossom yang bermekaran di taman Yeouido, di tepian sungai Han. Meskipun pemandangan indah ada di depan mata, raut datar tetap menghiasi wajah tampan nyaris cantik milik Mark. Tak ada sedikitpun senyuman yang terulas. Matahari bersinar cukup cerah, melelehkan sisa salju musim dingin.

Di musim semi kali ini, adakah sosok matahari yang cukup hangat untuk mencairkan hatinya yang membeku? Mark bertanya-tanya.

.

.

Namanya Jung Jaehyun. Itulah yang Mark tangkap dari sesi perkenalan pemuda itu di depan kelasnya. Tak biasanya ada siswa pindahan di tahun akhir seperti ini. Mungkin anak konglomerat, pikir Mark. Namun ia tak peduli. Yang harus ia lakukan hanyalah melewati tahun terakhir masa SMA-nya dengan normal.

Namun Mark tak pernah mau mengakui, kata 'normal' itu takkan pernah ada dalam kamusnya.

"Kau bisa duduk di samping Mark."

Mark sedikit tersentak saat namanya disebut. Refleks ia mengacungkan tangannya. Dan dua pasang mata itu bertemu. Siswa bernama Jaehyun itu tersenyum kearahnya. Cibiran bernada iri mulai bermunculan ketika Jaehyun melangkah mendekati bangku di samping Mark. Pelakunya? Para siswi yang baru saja menobatkan Jaehyun sebagai kekasih masa depan mereka. Objeknya? Tentu saja Mark. Meskipun pendiam, Mark cukup terkenal diantara para siswa yang seksualitasnya menyimpang karena wajah manisnya.

Guru yang tadinya membawa Jaehyun telah pergi. Mark berusaha tak menggubris cibiran itu dengan menyelipkan earphone ke telinganya. Namun pemuda di sampingnyalah yang justru mengusiknya.

"Hai, namaku Jaehyun"

"Aku tahu. Kau sudah melakukannya tadi", balas Mark cepat tanpa menoleh kearah Jaehyun. Pemuda itu tersenyum.

"Namamu Mark kan?", tanyanya lagi dan hal itu sukses membuat yang ditanya mendengus kesal.

"Kau sudah tahu, untuk apa bertanya lagi?", balas Mark lagi-lagi tanpa menoleh. "Aku hanya bosan. Tak ada yang bisa kulakukan saat ini", ujar Jaehyun mengutarakan alasannya mengusik Mark. Mark menghela nafas lelah.

"Jika kau ingin melakukan sesuatu, bisakah kau mendiamkan para fans-mu itu agar berhenti mengumpatiku? Asal kau tahu, mereka benar-benar mengganggu"

Jaehyun terdiam. Ia menatap wajah Mark yang tampak tengah kesal setengah mati.

"Maaf. Maaf jika hal itu mengganggumu.", raut menyesal tergambar jelas di wajah Jaehyun. Mark hanya meliriknya sekilas sebelum kembali berkutat dengan ponselnya.

"Sudahlah. Aku sudah sering diumpati mereka", Jaehyun tersenyum mendengarnya.

"Ternyata kau tak sedingin yang aku kira ya Mark. Tunggulah, aku akan mencairkan hatimu yang beku itu, Mark"

Mark benci mengakui ini, namun Jaehyun mengingatkannya pada seseorang.

.

.

Mark menatap datar pemuda yang tengah menyodorkan sebuket bunga soba di hadapannya.

"Kau gila?", tanya Mark sarkatis namun justru disambut senyuman oleh pemuda itu. Pemuda itu menggeleng.

"Kau tahu makna bungaSoba ini?", tanya pemuda itu.

"Tidak. Dan aku tidak mau tahu", jawab Mark kesal. Pemuda itu tergelak.

"Makna bunga ini adalah 'kekasih'. Aku ingin kau jadi kekasihku, Mark"

Mark tersentak. Rona merah muda muncul di kedua pipinya.

"T-terserah. Aku mau pulang"

Mark membalikkan punggungnya setelah merebut buket bunga soba itu. Ia berharap pemuda itu tak sempat melihat pipinya yang merona parah. Ia berjalan cepat agar pemuda itu tak menyusulnya.

Langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap suara pemuda itu.

"Aku mencintaimu, Mark! Tunggu saja, aku akan mencairkan hatimu yang beku itu! Aku janji!"

Mark mengumpati pemuda itu yang bertingkah konyol di tempat umum. Taman di tepi sungai Han ini sedang ramai meskipun malam hari karena bunga Cherry Blossomnya, dan pemuda itu justru berteriak dan membuatnya dilihat banyak orang.

"Dasar bodoh", Mark mengumpat, namun bibirnya mengulas senyum.

.

.

Mark tersentak saat merasakan sentuhan di pipinya. Sontak ia menoleh dan mendapati Jaehyun memandangnya cemas.

"Kau menangis, ada apa? Apa kata-kata mereka menyakitimu?"

Mark meraba pipinya sendiri dan benar saja, pipinya basah. Mark mendengus sambil mengusap kasar sisa airmatanya.

Ia menangis karena mengingat pemuda itu? Yang benar saja.

.

.

Waktu istirahat biasanya Mark tetap berada di kelas, namun tidak kali ini. Ia yakin Jaehyun takkan pergi jika ia tetap di kelas, maka dari itu Mark pun memilih keluar. Mungkin sekedar menghabiskan waktu di atap.

"Mark, kau mau kemana?", itu suara Jaehyun. Tanpa perlu menoleh pun ia tahu bahwa itu adalah suara Jaehyun. Karena semua orang di kelas tak pernah bicara padanya. Kecuali Jaehyun. Mungkin kali ini Mark akan membuat siswa baru itu mengikuti jejak teman-temannya yang lain agar berhenti mengganggunya.

Tanpa menjawab pertanyaan Jaehyun, Mark melangkahkan kakinya keluar kelas.

.

.

Koridor yang Mark lewati cukup ramai, membuatnya dihadiahi tatapan sinis para siswi. Ya, hanya para gadis. Lain halnya dengan para pria yang justru menatapnya penuh puja. Mungkin ini sebabnya para gadis di sekolahnya membencinya.

Mark mendesah lelah. Tungkainya melangkah menaiki tangga menuju atap. Di anak tangga kesepuluh, ia bertemu siswi sekelasnya. Mark hanya melirik mereka sekilas sebelum kembali melangkah.

"Jauhi Jaehyun Oppa", ujar salah satu gadis yang bahkan tak Mark ingat namanya. Mark mendengus, Oppa? Yang benar saja. Menurutnya gadis itu justru lebih tua dari Jaehyun.

Mark hanya diam tanpa membalas. Dan hal tersebut membuat gadis itu kesal.

"Kau dengar aku tidak?!", gadis itu menarik lengan Mark, membuat pemuda itu terhuyung ke belakang dan kehilangan keseimbangan.

Gadis-gadis itu memekik melihat Mark yang hampir jatuh menghantam ubin.

Grep

"Hey Girls, bisakah kalian lebih berhati-hati? Bagaimana jika ada yang terluka?"

Netra para gadis itu membola akibat terkejut, pun dengan Mark. Pemuda itu menoleh ke belakang, tepat dimana seorang pemuda memeluknya dari belakang mencegah tubuhnya menyentuh ubin.

"Lucas?"

"Hai Mark, kau baik-baik saja kan, sayang?"

Bisa dipastikan saat ini para gadis yang masih setia dalam keterkejutan mereka mempertanyakan hal yang sama.

Sejak kapan Lucas si kapten basket berada di belakang Mark? Dan apa hubungan mereka?

"Aku baik-baik saja. Jangan ganggu mereka.", jawaban Mark membuat Lucas merengut kesal.

"Padahal aku ingin mematahkan jari-jari mereka karena sudah membuatmu berada dalam bahaya, tapi jika itu yang Mark-ku inginkan.. Baiklah, aku takkan mengganggu mereka", ujar Lucas sambil tersenyum manis.

"Tapi jika menggertak mereka boleh kan?", lanjutnya membuat Mark terkejut.

"What?! No, Lucas don't-"

Mark terkesiap saat mendapati dirinya telah berada di atap sekolah.

"Wong Yukhei", geramnya pelan. Baru saja ia hendak melangkah menuju pintu, suara teriakan di bawah sana mengejutkannya.

"Shit!"

Mark sadar dirinya terlambat mencegah Lucas. Di bawah sana, ia dapat melihat gadis yang nyaris membuatnya jatuh dari tangga tadi terbaring di tanah dengan genangan darah juga pecahan kaca di sekitarnya.

"Aku hanya memberinya pelajaran agar tak ada yang mencoba melukaimu lagi. Kau adalah milikku, Mark"

Tiba-tiba saja Lucas telah berada di belakang punggung Mark. Lengannya bergerak membalikkan tubuh Mark agar menghadap kearahnya dan mendekatkan wajah keduanya.

"I Love you, my Queen"

Detik selanjutnya bibir mereka bertemu. Perlahan Lucas melumat bibir Mark, menggigit pelan bibir bawahnya agar pemuda manis ini membalas ciumannya. Namun Mark tetap diam.

Tatapan Mark tertuju pada Jaehyun yang berdiri di depan pintu. Dan Lucas menyadarinya. Ia hampir saja memutuskan ciuman mereka dan menoleh ke belakang jika saja Mark tak menahan tengkuknya dan membalas ciumannya, Mark bahkan memejamkan matanya. Lucas tersenyum di sela pagutan bibir mereka. Dan setelahnya mereka berdua menghilang hanya dalam sepersekian detik. Beruntung Jaehyun tak menyadarinya karena kini pemuda itu tengah terduduk di anak tangga. Ia bertanya-tanya, kenapa hatinya sakit melihat teman sebangkunya berciuman dengan orang lain?

.

.

Kening Jaehyun mengernyit mendapati ransel milik Mark masih berada di atas meja. Kelas sudah kosong. Seluruh siswa dipulangkan akibat insiden jatuhnya seorang siswi dari jendela lantai 3 sekolahnya. Padahal ini hari pertamanya di sekolah ini. Ia bahkan belum mengetahui nama siswi yang tewas itu meskipun notabenenya siswi itu adalah teman sekelasnya.

Terlarut dalam lamunannya membuat Jaehyun tak menyadari kehadiran orang lain di kelas ini. Ketika orang itu meraih ransel milik Mark, barulah Jaehyun tersadar. Mata mereka saling bertemu selama beberapa detik sebelum salah satunya membuka suara.

"Siswa baru?"

Jaehyun mengangguk pelan. Matanya bergerak menelusuri tubuh tinggi namun ramping milik pemuda di hadapannya. Pandangannya kemudian beralih pada ransel di tangan pemuda itu. Pemuda itu mengikuti arah pandangannya kemudian tersenyum.

"Oh iya, namaku Lucas. Jika kau bertanya kenapa aku mengambil ransel Mark, jawabannya adalah karena aku kekasihnya."

Jaehyun sedikit tersentak sebelum akhirnya mengusap tengkuknya canggung. Lucas terkekeh pelan.

"Kau tak mengira jika Mark tidak punya kekasih bukan? Aku tahu Mark itu mempesona tapi-", Lucas menghentikan kalimatnya sejenak demi menepuk pundak Jaehyun sebelum kemudian berbisik tepat di samping telinga Jaehyun.

"-Jangan pernah berpikir untuk merebutnya dariku ya"

Jaehyun hanya diam. Lucas masih setia tersenyum sebelum kemudian keluar dari ruangan itu. Pemuda itu memang tersenyum, namun entah kenapa bulu kuduk Jaehyun justru meremang. Ia merasa ada sisi mengerikan dibalik senyuman itu.

"Shit! Aku lupa bertanya Mark kemana!"

.

.

"Siapa Jung Jaehyun itu?", tanya Lucas pada Mark yang tengah berbaring telanjang di sampingnya sama sepertinya. Hanya selembar selimut putih yang menyelimuti tubuh mereka dari dinginnya angin musim semi yang menyelinap dari celah jendela yang terbuka.

Mark menatap bingung kearah Lucas. Darimana pemuda ini mengenal Jaehyun?

"Bukan siapa-siapa. Hanya pindahan dari Amerika yang kebetulan duduk disampingku. Kenapa?", Mark berusaha tenang agar tak menyulut emosi Lucas.

"Dia tampak tertarik denganmu"

"Bukankah semua lelaki di sekolah juga tertarik padaku?", Mark tak bermaksud membanggakan diri, namun ia harus melakukannya.

"Dia berbeda. Dia mengingatkanku pada seseorang. Ahh iya, Lee Taeyong."

Raut wajah Mark berubah mengeras.

"Kau sudah berjanji untuk tidak melukai orang-orang di sekitarku", tukas Mark dingin. Lucas menyeringai sambil mengusap pipi Mark yang tengah menatapnya tajam.

"Kenapa? Kau takut aku akan melakukan hal yang sama pada Jaehyun seperti yang aku lakukan pada Taeyong heum?", Lucas tersenyum sambil melayangkan kecupan di bibir mungil Mark.

"Baiklah. Asalkan kau juga mengingat janjimu padaku, sayang.", lanjutnya membuat Mark dapat menghela nafas lega. Mark mengangguk pelan. Ia hanya diam saat Lucas kembali menggerayangi tubuhnya seperti beberapa jam yang lalu. Tanpa ada yang tahu, saat ini Mark tengah menangis di dalam lubuk hatinya yang terdalam. Luka lamanya kembali terbuka, menganga mengeluarkan darah hingga memenuhi rongga dadanya. Menyisakan sesak di setiap hembusan nafas dan detak jantungnya. Sepintas siluet wajah Taeyong dan Jaehyun terlintas di benaknya sebelum gelap merenggut kesadarannya akibat terlalu lelah. Tak hanya tubuhnya namun juga hatinya.

.

.

"Mark! Tunggu aku!"

Mendengar namanya dipanggil membuat Mark mempercepat langkahnya. Sebisa mungkin ia harus menghindari kontak bersama Jaehyun. Lucas telah memberinya peringatan, dan ia tak ingin ada lagi yang terluka. Tidak lagi.

"Mark!"

Tap

Mark terkesiap saat Jaehyun berhasil mencekal pergelangan tangannya. Pemuda tinggi itu tampak tengah mengatur nafasnya yang terengah akibat mengejar Mark.

"Lepas", ujar Mark dingin. Orang-orang mulai melihat kearah mereka berdua, dan itu membuatnya tak nyaman.

"Huh?"

Namun sialnya Jaehyun justru menatapnya bingung. Ingin rasanya Mark mengumpat, namun tak ia lakukan.

"Lepaskan tanganku, bodoh!"

Mendengar Mark membentaknya membuat Jaehyun segeramelepaskan tangan pemuda manis itu.

"Maaf, apa aku menyakitimu?", tanyanya khawatir namun tak digubris oleh Mark. Pemuda itu justru kembali melangkah menuju koridor dimana lokernya berada. Jaehyun pun mengikutinya.

Mark menggeram kesal merasakan seseorang mengikutinya. Dengan kesal ia membalikkan punggungnya, menatap jengah pemuda tinggi yang sedari tadi mengikuti langkahnya.

"Can you stop following me? Please?"

Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, "Why i must following you? I just want to go to my class, which is mean, your class too.", balasnya menggoda Mark. Pemuda manis itu terdiam. Pipinya sedikit menampakkan rona merah. Tanpa berkata apapun lagi, Mark beranjak dari sana dengan sedikit tergesa.

"Did he just blushing? Oh God, he's so cute", gumam Jaehyun sambil memandangi Mark yang berada di depan lokernya dari kejauhan. Bibirnya mengulas senyum.

Namun senyumannya tak bertahan lama ketika melihat loker milik Mark tampak kacau, membuat pemuda manis itu mematung. Orang-orang di sekitarnya hanya tertawa. Dan hal itu sukses membuat Jaehyun geram.

Brak

"SIAPA YANG MELAKUKANNYA?!"

Itu bukan suara Jaehyun. Itu adalah suara Lucas yang tiba-tiba saja sudah berada di samping Mark. Pemuda itu juga yang menggebrak loker di samping milik Mark hingga penyok. Matanya berkilat marah menatap sekitar.

Jaehyun tertegun. Tatapannya hanya tertuju pada satu arah yakni Mark. Mungkin Jaehyun salah melihat tapi-

-apakah Mark baru saja menangis?

.

.

Pluk

Sebuah boneka singa kecil jatuh ke pangkuan Mark. Pelakunya? Seorang pemuda berseragam sama seperti Mark yang kini telah mengisi tempat kosong di samping pemuda manis itu.

"Setelah memberiku bunga sekarang kau memberiku boneka, kau tidak berpikir aku ini seorang wanita kan, Lee Taeyong?"

Pemuda yang Mark panggil dengan Lee Taeyong itu tergelak. Ia menatap pemuda di sampingnya lembut.

"Kau memang bukan wanita, Mark. Tapi kau itu cantik"

Mendengar kata cantik, Mark berusaha menahan kegugupannya dengan memukul pelan bahu Taeyong.

"Apaan- eh?! "

Mark terkejut ketika mendapati Taeyong berada cukup jauh dari tempatnya semula, tengah mengelusi bahunya sambil meringis.

"Mark, can you control your power? You almost breaking my shoulder", gerutu Taeyong membuat Mark merasa bersalah.

"S-sorry. Is that really hurt?"

Taeyong masih setia dengan raut kesalnya. Mark semakin merasa bersalah.

"Taeyong-ah, mianhae~ Aku tidak sengaja.. Taeyong-"

Cup

"Wah hebat! Bahuku sudah tidak sakit lagi"

Mark mengedipkan matanya berkali-kali berusaha mencerna apa yang barusan Taeyong lakukan padanya.

Pemuda tampan itu baru saja mencium bibirnya.

"YAK! Lee Taeyong! Kau mencuri first kiss-ku! YAK!"

.

.

Brak

Suara pintu yang tiba-tiba terbuka membuat Mark membalikkan punggungnya. Ia sedikit terkesiap mendapati Lucas tengah membawa seseorang yang cukup familiar dalam ingatannya.

"Jeno?"

"Mark, lihat! Aku membawa kecoa kecil yang berani merusak lokermu. Kau mau aku apakan dia?"

Mark menatap Jeno tak percaya. Namun pemuda bermata sipit itu justru menatapnyatajam.

"Pembunuh! Kau membunuh Hyung-ku, brengsek!"

Mendengar Jeno berteriak pada Mark membuat Lucas naik darah. Ia mencengkram leher Jeno hanya dengan satu tangan, membuat pemuda itu terangkat dari tanah.

"Be careful with your words, Youngman. Am i need to make you can't speak for ever hmm? Apologize to him"

Mark sedikit maju ketika Lucas dengan mudahnya menjatuhkan tubuh tinggi Jeno. Ya, pemuda itu adalah adik dari Lee Taeyong. Bagian dari masa lalunya.

"Lucas, let him go, okay? I'm fine..", pinta Mark pada Lucas. Ia tak ingin ada yang terluka lagi. Ia tak ingin Lucas-

"Apologize to him!", namun tampaknya Lucas sedang tak ingin menuruti kata-kata Mark. Menurutnya pemuda ini harus minta maaf. Mark sama sekali tak bersalah atas kematian Taeyong.

Bukannya meminta maaf, Jeno justru meludah kearah Mark. Jeno baru saja melakukan kesalahan besar.

Mark segera berdiri di depan Jeno ketika Lucas melayangkan kepalan tangannya. Matanya memejam refleks ketika ketakutan. Namun selang beberapadetik, rasa sakit itu tak kunjung muncul. Dan saat Mark membuka mata, seketika manik kembar itu membola.

Kepalan tangan Lucas hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya dan tangan itu mengeluarkan cairan amis berwarna merah pekat. Lucas merelakan tangannya terluka demi Mark.

"Lucas!"

Mark meraih jemari bernoda darah itu. Dengan hati-hati ia menjauhkan ujung jemari itu dari telapak tangannya. Dapat ia lihat bekas kuku menancap di telapak tangan itu mengeluarkan darah. Mark pun meringis melihatnya.

"Pergilah, Jeno-ah", pinta Mark sambil tetap menggenggam tangan Lucas dengan kedua tangan putihnya.

Jeno berdecak pelan, "Ck, urusan kita belum selesai, Mark. Ingat itu!", ujarnya sebelum beranjak dari sana.

Lucas terdiam. Ia hanya terlalu terkejut mengingat beberapa menit yang lalu ia nyaris melukai Mark, yang ia lindungi setengah mati hingga rela mengotori tangannya sendiri.

Lucas dapat merasakan usapan lembut pada punggung tangannya, rasa sakit itu berangsur menghilang. Ia tahu Marktengah mengobatinya.

Hening menyelimuti keduanya. Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Mereka seolah tengah menikmati momen ini. Terlebih untuk Lucas. Ia senang Mark mau menggenggam tangannya, meskipun hatinya sedikit meringis sakit.

Apakah ia harus selalu terluka agar Mark tetap berada di sisinya? Tanpa ia harus melukai orang lain?

.

.

Manik kembar Jaehyun memicing mendapati seseorang yang tak ia kenal berdiri di depan loker Mark yang masih rusak dan menatap benda mati itu tajam. Ia memutuskan untuk melangkah mendekat.

Loker itu masih sama. Foto Mark dengan seseorang yang disilang dengan spidol merah. Tulisan Killer di sampingnya. Juga boneka singa yang rusak juga masih ada disana.

"Bagaimana menurutmu?", tanya Jaehyun membuat pemuda itu menoleh.

"Huh? Ini? Dia pantas mendapatkannya"

Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa menurutmu begitu?"

Pemuda itu menyeringai, "Karena dia bukan manusia. Dia telah membunuh hyung-ku", jawabnya membuat netra Jaehyun membola tak percaya.

"Apa maksudmu?"

"Cafe Sea Sons, jam 7 nanti malam, jika sunbae ingin tahu lebih banyak", ujar pemuda itu sebelum melenggang pergi.

.

.

TBC

Heeyyyy I'm Back !

Aku masih bingung sama pair endingnya, so please review to vote LuMark ( Lucas x Mark ) or JaeMark ( Jaehyun x Mark ) ? Fanfic ini bakal tetap twoshoot, mungkin kalo chap depan kepanjangan, aku bagi jadi 2 part aja. Please give me manhi manhi review juseyo ! ^0^