Danger!

Kadet 104. Kelompok peserta pelatihan dengan beragam karakter orang didalamnya. Tempat dimana mereka dilatih untuk menjadi prajurit untuk melawan para Titan, raksasa pemakan manusia. Eren Jaeger, salah seorang anggota dari kadet 104 tersebut. Seperti biasanya terlihat sedang berlatih dengan teman-temannya.

"Haha! Yang satu ini adalah bagianku! Awas kalian!" Teriak salah satu anggota kadet 104, Connie Springer.

"Jangan banyak bicara Springer! Kalau kau tidak cepat bertindak kau bisa kalah cepat dari Ackerman!". Armin Arlert, salah satu anggota kadet 104 lainnya, memperingatkan Connie.

"Kau juga jangan terlalu lama berpikir Arlert! Aku tahu kau lebih pintar dariku. Jadi kalahkan saja aku kalau bisa!" Sahut Connie sambil menambah kecepatan 3D Manuver Gear miliknya. Dengan mudahnya ia berlalu diatas Armin melalui pepohonan.

"Eh... Hei! Tunggu! Aku juga tidak ingin kalah darimu!" Armin segera menyusul Connie didepannya.

"Huh! Aku tidak akan kalah dari kalian semua! Lihat saja!" Eren Jaeger juga mulai bersiap-siap.

Hari ini, seperti hari-hari latihan biasanya, mereka sedang giat berlatih. Kali ini mereka berlatih di dalam hutan. Mereka berlatih untuk menebas suatu target berupa bantalan. Walaupun kelihatannya hanya sekedar menebas namun sebenarnya mereka juga memotong sedikit bagian dari target bantalan itu. Mereka diharuskan memotongnya—atau menebasnya—secara melintang. Bantalan tersebut dipasang pada suatu objek dari kayu yang menyerupai bentuk Titan. Bantalan tersebut dipasang dibagian tengkuknya. Di bagian tengkuk itulah letak kelemahan para Titan, kata pelatih mereka. Letak target-target ini cukup bervariasi. Oleh karena itu mereka harus bisa menggunakan 3D Manuver Gear mereka dengan baik diantara pepohonan didalam hutan. Peraturan latihan kali ini cukup sederhana. Siapapun yang bisa menebas target paling banyak akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari yang lainnya oleh pelatih mereka.

"Aku tidak akan kehilangan targetku kali ini!". Eren mulai mengarahkan 3D Manuver Gear miliknya kearah target yang dituju.

"Kali ini aku tidak akan kalah darimu Jaeger! Kalau kau terlalu banyak melamun aku akan mengambil buruanmu!" Jean Kirschtein, seperti biasanya selalu ingin bersaing dengan Eren.

Mereka berdua, baik Eren maupun Jean sama-sama tidak ingin mengalah. Merekapun segera mengarahkan 3D Manuver Gear mereka mendekati target yang dimaksud. Melompat diantara pepohonan sambil mengarahkan 3D Manuver Gear mereka. Ketika mereka sudah agak dekat dengan target yang dituju terjadilah sesuatu yang tak diduga. Dengan gesitnya seseorang telah menebas target tersebut tepat didepan mereka. Eren dan Jean hanya bisa terkejut dengan apa yang mereka lihat. Bukan, Eren dan Jean bukannya terkejut dengan kemampuan orang tersebut. Mereka, sejujurnya merasa kecewa—sekaligus kesal—karena tidak bisa mengakhiri persaingan mereka kali ini.

"Ah sial! kali ini aku kalah lagi dari Ackerman!" Jean hanya bisa menggerutu. Diapun lebih memilih turun dari pepohonan dengan 3D Manuver Gear dan menghampiri orang itu.

"Ah, Mikasa! Yang tadi itu hebat sekali!" Eren menghampirinya yang kini sedang berdiri diatas tanah. Sambil memegang pemotong—atau lebih tepat disebut dengan pedang walaupun bilah pedangnya sendiri terlihat seperti pisau cutter—di kedua tangannya, dia berbalik kearah Eren.

"E.. Eren itu tadi... Cuma hal biasa" Jawab Mikasa Ackerman dengan ekspresi datar seperti biasanya. Tapi terlihat jelas bahwa dia sedang gugup tadi.

"Eh, apa maksudmu? Yang tadi memang hebat kok." Balas Eren.

Dan latihan hari ini pun berakhir saat hari hampir senja. Sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pelatih, Mikasa mendapatkan nilai lebih tinggi daripada yang lainnya. Mungkin teman-temannya yang lain hanya bisa gigit jari...

Latihan itu telah lama berakhir beberapa waktu yang lalu. Kini Eren dan teman-temannya telah menjadi prajurit resmi. Kini Eren tergabung dalam Pasukan Penjaga. Pasukan ini bertugas untuk menjaga kota di dalam dinding sekaligus untuk melawan para Titan yang berhasil masuk ke dalam kota.

Mereka kini dihadapkan dengan situasi yang berbahaya. Didepan mereka kini bukan lagi objek latihan melainkan Titan-Titan sungguhan. Para Titan itu berhasil menerobos masuk melalui dinding Maria, dinding terluar. Entah bagaimana caranya mereka bisa masuk kesana. Yang jelas sebagian dinding Maria ini sudah rusak dan menjadi pintu masuk bagi para Titan untuk memasuki kota. Mungkin mereka mendapat bantuan dari Colosal Titan? Ya... bisa jadi begitulah.

Para anggota dari Pasukan Penjaga sudah hampir kewalahan menghadapi para Titan. Semakin banyak Titan yang masuk ke kota dan semakin banyak pula penduduk biasa yang telah menjadi mangsa Titan-Titan tersebut. Walaupun begitu Pasukan Penjaga tetap berusaha semampunya untuk menghabisi para Titan itu. Menggunakan peralatan 3D Manuver Gear mereka untuk melompati bangunan-bangunan yang tinggi. Sebisa mungkin mereka harus berada di tempat yang tinggi agar mereka bisa dengan mudah memotong bagian tengkuk dari Titan-Titan tersebut untuk menghabisinya. Tak sedikit dari mereka yang juga ikut menjadi mangsa bagi para Titan. Mereka semua kini dalam keadaan terdesak. Pasukan Penjaga telah meminta bantuan kepada para anggota Pasukan Pengintai namun bantuan tersebut sepertinya masih lama akan tiba. Pasukan Pengintai bermarkas di luar dinding yang melindungi kota, tentu saja akan makan waktu lama untuk sampai ke dalam kota.

Tidak semua dari mereka bisa melompat naik ke bangunan yang tinggi dengan aman. Mereka harus bersembunyi terlebih dahulu diantara jalanan ataupun dibalik bangunan-bangunan yang masih tersisa. Mereka tentunya ingin menghabisi para Titan itu tanpa menjadi mangsa bagi mereka. Salah satu orang yang sedang bersembunyi itu adalah Mikasa Ackerman. Salah satu prajurit terbaik ini sedang menunggu saat yang tepat untuk menghabisi para Titan itu. Sejak tadi ia berusaha menghindari Titan yang mengejarnya. Setelah dirasa cukup aman Mikasa berlari keluar dari tempat persembunyiannya secepat mungkin.

Diluar dugaan ternyata terjadi sesuatu. Mikasa terkejut dan dengan perlahan ia mendongakkan kepalanya. Disana, tepat didepannya berdiri Titan dengan tinggi lebih dari 3 meter. Mikasa terjebak disana. Ia tak bisa bergerak kemanapun.

Tak jauh dari sana, Eren telah berhasil menghabisi seorang Titan. Dia terlihat cukup kelelahan. Dan juga kelaparan, dia baru ingat bahwa tadi dia hanya makan sedikit karena terburu-buru. Ah, sekarang bukan saatnya memikirkan hal semacam ini. Dia segera mencari-cari keberadaan Mikasa. Dia melompat diantara bangunan yang tinggi dengan 3D Manuver Gear. Mengarahkan pengaitnya ke salah satu menara yang cukup tinggi. Berayun ke satu tempat ke tempat lainnya. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan Mikasa yang sedang terjebak. Dia harus cepat-cepat menolongnya. Eren bahkan tidak mempedulikan luka-lukanya. Pokoknya saat ini dia harus segera menolong Mikasa. Dengan terburu-buru ia harus menemukan jalan tercepat untuk sampai ke tempat Mikasa.

Keadaan Mikasa kini semakin terdesak. Dia tidak bisa lari kemana-mana lagi. Titan itu semakin mendekat kearahnya. Tubuhnya gemetaran, keringatnya bercucuran. Saat ini Mikasa seolah lupa bahwa dia adalah salah satu prajurit terbaik di Pasukan Penjaga. Dia benar-benar tidak bisa melawan Titan ini sendirian dengan keadaan seperti ini. Kalaupun ia bisa memanggil bantuan, itu sudah terlambat.

Titan itu berjalan mendekat lagi, kali ini dengan perlahan-lahan seolah berhati-hati agar tidak kehilangan mangsanya. Mikasa mengeratkan genggamannya pada pegangan pisau pemotong – atau pedang – dan bersiap untuk menyerang. Dia tidak peduli hal seperti apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Mikasa mulai memberanikan dirinya.

"Mikasa! Tunggu Aku!" Eren berteriak. Entah Mikasa akan mendengarnya atau tidak. Dia semakin mempercepat langkahnya. Dia harus segera menemukan Mikasa dan menolongnya.

Mikasa mendongakkan kepalanya. Dia melihat Eren. Terkejut. Bagaimana mungkin Eren bisa menemukannya di tempat seperti ini.

"Eren... maafkan aku..." Mikasa bergumam. Tidak ada waktu lagi. Dia harus menyerang Titan itu sekarang.

Mahkluk raksasa didepannya kini semakin mempercepat langkahnya.

"MIKASA!"

Dan kemudian semuanya terjadi dengan begitu cepat.

Terdengar suara ledakan yang cukup keras dari tempat Mikasa berada.

"Sialan! Suara apa itu tadi?!" Jean sepertinya merasa terkejut, sekali.

"Suaranya datang dari arah sana!" Tunjuk Sasha Blouse.

"Apa yang terjadi? Apa mereka menggunakan bahan peledak untuk mengalahkan Titan?" Sahut Connie.

Reaksi para anggota Pasukan Penjaga lainnya mungkin kurang lebih sama dengan reaksi mereka.

Perlahan-lahan Mikasa membuka kedua matanya. Dia memberanikan diri untuk melihat apa yang sedang terjadi. Namun apa yang dilihatnya kini benar-benar hal yang diluar dugaan.

Ada dua Titan dihadapannya. Satu adalah Titan yang hampir memangsanya tadi. Dua adalah Titan yang lainnya. Namun Titan yang kedua ini terlihat berbeda. Bukannya ikut memangsa Mikasa Titan ini justru berbalik dan malah menghajar Titan lain. Dia terlihat tidak main-main. Titan yang baru muncul ini menyerang Titan lain dengan brutal. Memukul, menendang, dan menghajarnya lagi. Setelah selesai dengan korban pertamanya, Titan itu kini berbalik kearah Mikasa.

"E, Eren?" Mikasa mencoba memanggil Eren. Namun yang didepannya kini adalah Titan. Entah kenapa ia memanggil Eren. Namun nama itulah yang ada dipikirannya saat ini.

Titan itu seolah tidak mendengar panggilan Mikasa. Dia tetap berjalan kearah Mikasa. Bersiap memangsanya mungkin? Bisa jadi. Mikasa semakin waspada.

"Hei, kau" Panggil seseorang. Sepertinya dia tidak takut sama sekali.

Mikasa mencari-cari sosok tersebut. Dia menemukan seseorang berdiri dengan gagahnya diatas salah satu bangunan tinggi. Sosok itu kemudian melompat turun kebawah menggunakan 3D Manuver Gear dan berdiri membelakangi Mikasa. Sepertinya ia tampak tidak asing bagi Mikasa.

Sosok itu adalah seorang prajurit. Seorang laki-laki dengan tinggi badan –sepertinya—dibawah rata-rata orang seusianya, dia terlihat cukup pendek. Dia memakai jubah warna hijau dengan lambang perisai dengan sepasang sayap berwarna biru dan putih di belakang jubahnya, lambang Pasukan Pengintai. Sepertinya bantuan dari Pasukan Pengintai telah datang ke kota.

"Kau baik-baik saja?" Sosok itu menolehkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak namun sekilas terlihat datar. Sekedar memastikan keadaan Mikasa.

Mikasa menganggukkan kepalanya. Mikasa kenal dengan orang ini. Bahkan mungkin banyak orang yang mengenalnya. Sosok didepannya ini jelas bukan orang sembarangan. Dia adalah prajurit terbaik yang dimiliki oleh umat manusia untuk melawan para Titan. Levi.

"Mundurlah, Yang ini adalah bagianku." Kata Levi. Sepertinya ia tidak ingin Mikasa terluka. Dia lalu bersiap melawan Titan yang ada didepannya.

Levi mengarahkan pengait 3D Manuver Gear miliknya kearah bangunan yang tinggi. Dia lalu melompat keatasnya dengan cepat. Jika salah perhitungan bisa saja ia menjadi mangsa Titan itu. Dia sengaja mengatur agar ia bisa berdiri didepan wajah Titan itu.

"Kau, makanlah ini" Ucapnya datar sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Levi melemparkan benda itu kearah si Titan. Titan itu kemudian menangkap benda yang dilemparkan Levi dan mulai memakannya.

"Kau brengsek saat kelaparan" kata Levi. Lagi-lagi dengan ekspresi datar namun tidak takut sama sekali.

Terjadi sesuatu dengan Titan itu. Entah kenapa tiba-tiba Titan itu diselimuti oleh asap yang cukup tebal. Levi segera turun kebawah. Memastikan semuanya baik-baik saja. Dia tetap berdiri membelakangi Mikasa lagi. Titan itu menghilang. Samar-samar terlihat seseorang yang dengan lahapnya sedang memakan sesuatu dibalik asap itu. Mikasa memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas. Itu adalah Eren, Eren Jaeger. Levi berjalan mendekat kearahnya dengan hati-hati.

"Mendingan?" Tanya Levi sambil mengacungkan ujung pisau-pemotong-besar-serupa-pedang dari peralatan 3D Manuver Gear. Dia mengarahkannya ke leher Eren seolah mengancamnya. Kali ini ia berkata dengan ekspresi wajah yang lebih mengerikan.

"Me... mendingan. Te... terima kasih banyak!" Eren buru-buru menelan makanannya. Tak lupa ia juga berterima kasih pada orang itu. Eren tahu sopan santun. Dia tidak ingin dibunuh orang ini karena lupa berterima kasih kepadanya.

Penasaran dengan apa yang dimakan Eren pemberian Levi ini? Oh ya, itu adalah makanan ringan Sneaker yang nama aslinya adalah –piiip-.