Miracle In December
Writer/Author: Na U-Young
Main Cast : Huang Zi Tao (Tao)
Kris & / Wu Yi Fan
Genre : Romance, Hurt-Comfort, Brothership, YAOI.
Rate : T – M
Warning : Dont like dont read, no bash, no flame, no war. My own story
no copast, Typo, Kesalahan EYD harap dimaklumi.
Summary : "Tuhan... Permintaan terakhirku di bulan desember ini yaitu aku ingin melihatnya untuk yang kedua kalinya, kesekian kalinya atau yang terakhir kalinya jika kau masih mengizinkan aku untuk bernapas, walau mata ini tertutup lagi, walau raga ini tidak bisa bergerak setidaknya aku bisa merasakan kehadirannya."
"Yi fan ge..."
Seorang anak kecil sedang berjalan menelusuri jalan raya untuk mencari seseorang yang sangat berharga dikehidupannya. Huang Zi Tao, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dengan surai hitam, berkulit kuning langsat, mengenakan kaos berwarna hitam dan celana piyama berwarna biru itu terus berjalan dengan mengunakan tongkatnya untuk mempermudahkannya agar tidak terjatuh atau tersandung saat berjalan.
Ttak... ttak...
"Yi fan ge dimana? Ge... hiks... hiks..."
"Yi fan ge..." dengan tertatih Tao masih mencari orang yang sangat dikenalnya dan disayanginya.
Tttak... Tttak...
Brakk...!
Tanpa sengaja Tao tersandung jalanan aspal yang rusak dan becek. Tubuhnya lunglai, terjatuh hingga ia merasakn kaki kanannya semakin nyeri. Ia bergetar menahan tangis sambil memanggil nama Kakaknya. Dengan tongkat yang ia gerakan kesana kemari mencari kehadiran orang yang ia cari.
"Taooo!"
Seseorang berlari dan segera mendekap tubuh kurus itu dengan erat sambil mengusap surai hitam sang adik.
"Ge... kau darimana saja... aku mencarimu ge... hiks"
"Maafkan gege Tao... aku harus bekerja sampai pagi dan aku tidak ingin membangunkanmu Tao. Maafkan gege ya..." Yi Fan merasa bersalah sekaligus sedih melihat kondisi adiknya seperti ini, ia merasa telah menjadi gege yang jahat telah meninggalknannya sendirian.
Tao mengangguk lega mendengar suara Kakak laki-lakinya yang sangat dicintainya itu. Dengan pelan Yi fan membantu Tao untuk berdiri, membersihkan celana piyama birunya yang kotor dan kemudian menggendong Tao dibelakangnya. Tao tersenyum ceria kala itu, ia sangat bersyukur bisa mendengar suara kakaknya setiap hari. Ia sandarkan kepalanya dipundak Yi fan sambil menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh dan rambut Yi fan. Ia peluk erat tubuh kakaknya dengan menyandarkan kepalanya di perpotongan pundak dan leher Yi Fan.
"Ge..."
"Hmm" Yi Fan bergumam menjawab panggilan adiknya yang berada dalam gendongannya.
"Kau tidak lelah ge? Kau sudah bekerja seharian dan menggendongku. Aku takut gege sakit." Keluh Tao.
"Tao... gege tidak akan lelah, gege tidak akan sakit. Gege akan sakit jika melihat adiknya sakit."
"Gee... hiks... maafkan Tao yang tidak berguna karna hanya bisa menyusahkan gege seperti ini... hiks" Tao yang merasa bersalah mulai meneteskan air matanya. Jujur ia tidak ingin membuat kakaknya kerepotan. Tapi, ia tidak bisa jauh walau Cuma satu hari. Apabila ia tidak menemukan kakaknya maka ia akan mencarinya walau ia yakin. Ia tidak bisa melihat apa-apa.
"Ssshh... kau adikku Tao. Aku menyayangi dan mencintaimu melebihi diriku sendiri. Makanya kau harus sehat terus ya, demi gege. Wu yi fan... gegenya Tao yang paling tampan. Hihihi." Yi fan ia selalu saja membuat gurauan untuk menyemangati adiknya dengan caranya sendiri. Padahal saat ini ia sedang menahan panas di daerah matanya menahan tangis yang siap untuk di keluarkan. Tapi ia tidak ingin Tao mengetahuinya.
"Hahaha... narsis eoh! Iya Tao akan melakukan apa saja agar Tao tetap sehat. Wo ai ni gege... oh yaa, Bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Ne... apa saja Tao... kau mau minta apa hnn?"
"Aku ingin makan ice cream ditaman sore ini ge..."
"Ne... setelah ini kita belajar bersama lagi ya... tapi jikau kau lelah kita bisa belajar besok atau lusa."
"Baiklah gegeku sayang... hihihi" Tao merasa senang, karna kakaknya selalu menuruti permintaannya namun ia masih menimbang-nimbang setiap permintaannya agar sesuai dengan kemampuan kakaknya.
.
.
Setelah membersihkan diri dan sarapan, Yi fan selalu menyempatkan dirinya untuk mengajari Tao membaca dan menulis huruf braile. Yi Fan adalah sosok pemuda tampan yang merupakan mahasiswa semester 7 di Universitas Seoul Korea Selatan jurusan ekonomi, sosok pemuda mandiri dengan penuh kasih sayang. Merawat Tao sejak usianya 10 tahun, saat dirinya masih berada dipanti asuhan. Namun saat ia beranjak umur 16 tahun ia bertekad untuk hidup mandiri bersama adiknya disaat ia menemukan kembali Taonya dan tinggal disebuah apartemen sederhana pemberian Suho sang pemilik panti asuhan. Dan bekerja part time di Toko sahabatnya Luhan.
#Flashback
Ia menemukan Tao yang menangis kencang pada saat bulan desember 11 tahun yang lalu diantara rerumputan dan sampah. Pada saat itu Yi fan yang merupakan anak yatim piatu disebuah penampungan sederhana sedang berjalan menuju sekolahnya.
"Oeekk... Oeekk...!"
Langkah Yi Fan terhenti mencari sumber suara itu, ia menegernyitkan dahinya dan menajamkan penglihatannya.
"Ba... bayi?"
"Oeek... ooeekkk... hiks... oeekk"
Bayi itu menangis kencang, wajahnya memerah dengan kaki dan tangan yang dihentakkannya tanda ia marah. Yi fan yang melihat bayi itu langsung menggendong dan mencoba menenangkannya.
"Cup... cup... adik kecil diam ya... cup..cuup..."
Ajaibnya... bayi itu berhenti menangis dan memandangi lekat orang yang sedang menggendongnya ini.
"Cep... cep... adik kecil jangan menangis ne... gege akan membawamu pulang."
Yi Fan tersenyum melihat bayi manis yang sedang ia gendong ini. Dan berjalan kembali ke panti asuhannya. Dan merelakan dirinya untuk membolos sekolah karna ia begitu peduli dengan bayi yang ditemuinya.
"Ommo... Yi Fan... itu anak siapa?" terkejut seorang namja dewasa bernama Suho
"Ahjussi... Yi Fan menemukkan adik bayi ini di pinggir jalan dekat pembuangan sampah. Ia menangis sangat kencang. Aku kasihan sekali melihatnya ahjussi..."
"Sini... biar ahjussi yang mengendongnya... hup! Anak yang manis ne... cup.. cup.."
"Ne sangat manis..." Yi fan menganguk dan tersenyum melihat bayi yang sedang digendong sang pemilik panti asuhan.
"Nanti siang ahjussi akan kekantor polisi untuk memberi kabar bahwa ada anak hilang. Bagaimana?"
"Mwo? Jangan ahjussi... aku... aku... bisa merawatnya... aku menyukai bayi kecil ini ahjussi..." pinta Yi Fan, entah mengapa ia merasa tidak rela jika bayi ini kembali pada orangtuanya seandainya orangtuanya masih menerima bayi mereka.
"Tidak bisa Yi fan..." ujar Suho tegas.
"Ahjussi..."
"Ne... ne... apabila polisi tidak mendapatkan kabar tentang keluarganya. Baiklah kita yang akan merawat baby manis ini."
"Hah... jeongmal?"
"Ne... yaksok... ayo kau harus kesekolah ini sudah pukul 7.20"
"Huaaa... ne... ne..."
Yi fan segera berlari menuju sekolahnya, namun ia menyempatkan untuk mencium kening bayi yang baru saja ia temukan. Dahinya berkerut saat membaca kalung yang digunakan baby itu "HuangZiTao". Dan segera ia berlari sekuat tenaga untuk sampai kesekolahnya. Ya... walau ia yakin pasti dihukum. Namun bayi yang ada dihadapannya ini tiba-tiba membuatnya semangat. Perasaan sayangnya pada Tao muncul begitu saja walau baru pertama kali bertemu.
Sekitar 3 minggu baby Tao tinggal dipanti asuhan. Banyak sekali anak-anak panti yang antusias dan senang dengan kehadiran Tao. Yi fan dengan apik memandikan, memberi bubur dan susu formula untuk Tao. Tawa khas bayi membuatnya semakin menggemaskan. Bayi itu terlihat sehat dan ceria. Tapi satu hal yang dirasa janggal oleh Yi fan yaitu...
Krink... krink...
Yi fan menoleh kearah telepon yang berdering ditengah rumah tempatnya di asuh. Ia baringkan tubuh mungil Tao dilantai berkarpet bulu domba berwarna merah marun dan strip hitam.
"Ne... yeoboseyo?"
"..."
"Mwo! Kalian sudah menemukannya pak?"
"..."
"Ne... Baiklah tunggu sebentar."
"Ahjussii..." Yi Fan berteriak memanggil Suho dan segera memberikan telepon itu kepada Suho. Nampak sekali pembicaraan mereka sangat serius. Sepertinya pihak kepolisian sudah menemukan keluarga Tao. Dan mungkin Tao tidak akan dikembalikan pada orangtuanya.
.
.
"Yi fan... bersiaplah sekarang. Keluarga Tao sudah ada di kantor polisi, tolong kau kemasi barang-barang Tao ne. Jangan sedih Tao pasti akan bahagia dengan keluarga."
Suho mengusap surai hitam Yi fan dan tersenyum menyemangatinya. Yi fan memandang Tao sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan. Tao sedang tertawa geli saat teman-temannya bertubi-tubi menciumi pipinya yang chuby merona. Tanpa ia sadari air matanya sudah menetes dipipinya yang putih.
"Selamat sore pak polisi. Saya Suho yang ingin menemui keluarga dari anak Huang Zi Tao."
"Ne... silahkan ikuti saya tuan."
Yi fan dan Suho berjalan mengikuti seorang polisi bertubuh atletis itu dengan nametag Choi Minho. Yi fan terus saja menciumi aroma dari selimut yang selalu Tao gunakan dikala tidurnya dengan raut muka yang sedih.
"Terima kasih tuan karna sudah merawat anak saya. Istri saya memang memiliki sedikit gangguan karna dia tidak ingin memiliki anak yang merupakan hasil dari perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab. Orang itu sudah memperkosa istri saya. Pada saat Zi Tao lahir, dia tidak sudi untuk menatapnya bahkan menyusuinya. Ditambah lagi Tao terlahir cacat dan tidak bisa melihat. Dia selalu saja berusaha untuk meleyapkan nyawa Zi Tao."
DEG...
Jantung Yi Fan seolah berhenti mendengar bahwa Taonya yang selama ini memang tidak bisa melihat. Memang benar... Tao selalu merasa bingung untuk mencari sumber suara dari luar. Ia akan terdiam sejenak sebelum ia tertawa kecil pada saat mendengar suara Yi Fan yang berada disampingnya.
"Baiklah saya akan membawa pulang Zi Tao. Terimakasih pak polisi dan tuan Suho."
Pria yang membawa Tao mulai beranjak keluar, namun sebelum itu ia berbalik dan menatap kearah Yi fan yang menahan tangisnya agar tidak meledak saat itu juga.
"Ah iya... siapa namamu nak?" tanya ayah dari Tao tersebut.
Yi fan mengangkat kepalanya menatap kearah pria paruh baya dan berjalan mendekati mereka sambil mengusap surai hitam kelam Tao dan mencium keningnya lama. Yi fan mengangkat wajahnya dan tersenyum walau terlihat dipaksakan.
"Namaku Yi Fan. Tolong jaga Tao. Jangan biarkan dia sendirian lagi ahjussi." Pinta Yi Fan untuk terakhir kalinya.
"Ne... baiklah nak Yi Fan. Terimakasih karna kau sangat peduli dengan Zi tao kami. Saya pamit dulu."
"Sampai bertemu lagi Huang Zi Tao, adikku... hiks..." Yi fan tidak bisa lagi menahan air matanya yang menetes begitu saja. Sungguh ia membenci perpisahan.
.
.
Yi Fan masih bergelut dikasurnya dengan selimut Tao yang selalu dipeluknya ketika ia merindukan Tao. Ia sengaja tidak memberikan selimut Tao pada ayahnta Tao, karna ini merupakan benda yang akan menjadi penawar kerinduannyanpada sosok manis bayi yang sudah dirawatnya selama satu bulan. Dihirupnya aroma vanila yang menguar dari selimut itu dan memejamkan matanya erat seraya membayangkan yang dipeluknya saat ini adalah tubuh Tao.
Tak pernah selama hidupnya ia menangis seperti ini. Walau telah menjadi yatim piatu dan kehilangan orang tuanya setelah insiden kecelakaan lalu lintas beberapa tahun yang lalu, walau sampai saat ini tidak ada kabar bahwa jasad orangtuanya ditemukan dari tragedi itu. Dan Suho yang menemukkannya didalam lemari kayu yang tetap utuh dalam kursi penumpang. Dan saat itu jasad atau apapun menyangkut orangtua Yi Fan tidak ada. Entah terlempar atau bagaiman. Yang Suho tahu, ia harus menyelamatkan bayi yang terus menangis didalam lemari kayu tersebut. Mengasuhnya dengan kasih sayang hingga Yi fan tumbuh besar dan menjadi anak yang mandiri serta patuh. Yi fan tak pernah menangisnya kemalangannya. Namun, hanya seorang bayi kecil yang mampu membuatnya menangis terisak seperti ini.
"Tao... Huang Zi Tao... gege merindukkan mu. Aku mencintaimu didiku..."
5 tahun kemudian...
Traakk... Brakkk...
"Mau apa kau kesini anak kecil... cepat pergi dari tokoku."
"Tuan... tolong berikan satu bungkus nasi. Saya lapar tuan. Hiks..."
"Pergi kau..." seorang penjaga Tao dengan kasar mengusir seorang anak yang masih berusia 5 tahun itu.
Tubuh kecil itu meninggalkan kedai makan sambil memegang perutnya dan mengusap lengan kanannya dengan tertatih. Ia terus berjalan dengan tongkatnya, hingga ia merasa lelah dan beristirahat di sebuah gerbong jembatan. Ia menangis dan terus berdoa agar seseorang menolongnya dan memberinya makan. Dan ia berharap seseorang yang ingin ditemuinya terkabul yaitu bertemu dengan gegenya Wu Yi Fan.
Huang Zi Tao sekarang dia benar-benar menjadi yatim piatu setelah ayahnya meninggal karna penyakit stroke dan ibunya terus menyiksanya hingga ia bertekad untuk kabur dan melarikan diri.
"Ayah... Yi fan ge... aku ingin bertemu dengan kalian. Hiks..." Tao merebahkan dirinya di bawah gerbong jembatan, meringkuk karna kelaparan dan kedinginan.
.
.
"Aish... kenapa disaat sibuk begini vespaku rusak eoh. Aisshh..."
Seorang namja tampan bersurai coklat dengan rambut sedikit panjang dengan seragam kerjanya menepikan vespanya. Ia menggurutu kesal karena ia harus mengantarkan makanan delivery kepada pelanggannya. Dan takut ia akan dimarahi oleh atasannya.
"Hyung... vespaku rusak. Tidak, aku lagi di perjalanan ini. Eotokhe?"
"..."
"Yak... hyung... kumohon gantikan posisiku kali ini. Sangat tidak mungkin jika aku mengantarkan makanan dengan keadaan berjalan kaki."
"..."
"Ne hyung... araseo... ne... terimakasih hyung."
PIIIPP...
"Huuf!" namja tampan itu bernapas lega karna menunggu temannya untuk menggantikan posisinya mengantar makanan yang harus segera diberikan pada pelanggan.
"Ayah... Yi Fan ge... aku ingin bertemu dengan kalian. Hiks..."
Yi Fan perlahan menoleh kearah suara tepat disebelah kanannya, tepatnya didekat ia berdiri. Ia melihat seorang anak kecil yang nampak kusut dan kurus itu menyebut namanya. Kemudian ia berjalan dan memandangi anak kecil itu dan berjongkok sambil memandangi wajah yang menurutnya sangat familiar. Dengan memiringkan kepala secara bergantian. HuangZiTao... yi Fan menyipitkan matanya tidak percaya bahwa anak yang selama ini ia cari ada dihadapannya dengan kalung yang masih melekat dilehernya.
GREBB...
Yi Fan segera memeluk anak kecil itu terisak hebat. Sambil menyebut nama anak itu berkali-kali...
"Tao... Tao... ini gege."
"..."
"Aku Wu Yi Fan, Tao-er"
"Ge... huaaa... hikss... Wu Yi Fan ge..." Tao langsung membalas pelukan Yi Fan erat dan terisak, menangis bahagia.
.
.
"Bagaimana keadaan adik saya euisia nim?"
"Adik anda sebenarnya baik-baik saja. Namun kondisinya sangat lemah karena ia tidak makan berhari-hari. Ia agak demam. Dengan beristirahat cukup dan makan yang banyak adik anda bisa sehat kembali. Dan Tao jangan terlalu banyak bergerak karna memar di kakinya ini sudah lama. Namun dengan perawatan rutin kakinya akan sembuh dan dapat berjalan lagi." Ujar seorang dokter ramah dan memberikan secarik kertas resep obat yang harus ditebus untuk pengobatan Tao.
"Ne... gamsahamnida euissia nim."
Yi Fan membungkukkan badannya dan masuk kedalam kamar pasien tempat Tao dirawat. Senyuman kebahagian tersirat dibibirnya, namun ia juga merasa bersalah karena membiarkan Tao pergi bersama ayahnya hingga Tao terlantar begini. Diusapnya surai hitam Tao dan mengecup keningnya lama.
"Tidak akan aku biarkan kau sendiiri lagi baby..." Yi fan terus mengusap puncak kepala Tao lembut yang sedang tertidur nyenyak.
1 hari kemudian...
"Ngh... hnn..."
Tao menggerakkan tangannya perlahan dan memicingkan pendengarannya. Ia bertanya dimana ia sekarang ini dan tempat apa ini. Ia merasakan ada benda yang tajam menusuk lengan kirinya. Dan hidungnya dipasang dengan suatu alat entah apa namanya.
"Hiks... hiks... Ayah... Yi Fan ge... apakah aku disurga? Kenapa aku tetap tidak bisa melihat kalian?" tangisnya pecah karna ia sama sekali tidak melihat apapun disekitarnya.
Kriieet...
DEG...
Mata Yi Fan membesar, kaget melihat Tao yang menangis terisak. Dan ia segera berlari dan merengkuh tubuh Tao.
"Tao... Tao... ini gege Tao... akhirnya kau sadar, terimakasih Tuhan..." ucap Yi Fan sambil merengkuh tubuh mungl Tao.
"Gege siapa? Aku tidak mengenal anda. Kenapa anda menangis?"
Tanya Tao dengan memiringkan kepalanya lucu pertanda ia sangat bingung saat ini. Ia mengelus pundak orang yang sedang memeluknya erat.
"Tao... aku gege mu Yi Fan!"
DEG...
Seolah seperti slow motion Tao masih mencoba mencerna kata-kata yang baru saja disebutkan oleh namja yang memeluknya. Ini bukan disurga pikirnya.
"Yi Fan ge? Benarkah ini Yi Fan ge?"
"Ne.. Tao aku Yi Fan..."
"Gee... hiks..."
"Aku merindukanmu Tao... sangat merindukanmu... hiks..." mereka berdua sama-sama meneteskan air mata pertanda bahwa tangisan ini adalah tangisan bahagia.
Hari itu menjadi moment bersejarah yang tak pernah terlupakan. Dan Yi Fan berjanji ia tidak akan melepaskan Tao. Ia yang akan selalu menjadi matanya Tao. Dan mencintainya sepenuh hatinya melebihinya dirinya sendiri.
#End flashback
"Tao kau suka ice creamnya?"
"Ne... Tao suka sekali. Ge... bisa kau ceritakan suasana sore ini ge, aku akan mencatatnya dibuku harianku?"
"Hari ini hari minggu sore yang sangat cerah. Awan dan langit sangat bersahabat. Langit memiliki warna biru muda namun karena ini menjelang senja dan matahari mulai turun warnanya bercampur menjadi perpaduan warna biru dan jingga. Burung gereja berwarna coklat berukuran kecil terbang tidak jauh dari kepala kita Tao..."
"Aih... diatas kepala? Bagaimana kalau kotorannya mengenai kepala Tao ge?"
"Hahhaa... ani Tao... itu hanya perumpamaan. Memang benar burung gereja berada didekat kita karena disini banyak pepohonan dan bunga."
"Pasti tempat ini indah ge... aku ingin sekali melihatnya. Andai Tuhan mengabulkan permintaanku untuk melihat sekali saja dalam hidupku. Aku ingin melihat wajahmu ge..."
"..." Yi Fan terdiam sejenak mendengar kata-kata yang diucapkan Tao. Hatinya sangat sakit. Ingin sekali ia membawa Tao kerumah sakit untuk menyembuhkan matanya namun ia tidak memiliki cukup uang. Tapi ia senang Tao tak pernah mengeluh dan selalu ceria. 6 tahun berlalu... Tao sudah cukup mahir dalam belajar dan membaca huruf-huruf braile yang diajarkan Yi fan padanya. Walau ia tidak bersekolah namun ia bisa belajar dengan gegenya. Taopun apik dalam memainkan piano, melantunkan suara yang indah dari tuts-tuts piano tua milik Yi Fan.
.
.
Draangg...
"Gege... jangan mengejutkanku. Suara pianoku jadi jelek. Huft..."
"Hehehe... mian didiku... apa kau sudah mandi?"
"Sudah ge... hehee..."
"Sini gege periksa..."
Yi Fan menciumi kedua kelopak mata Tao, mencium puncak kepalanya dan keningnya lama. Menghirup aroma vanila yang tak pernah hilang dari tubuh Tao yang sangat natural. Menciumi Tao memang menjadi salah satu hobby terfavoritnya. Hingga ia hapal betul aroma wangi yang lembut menguar dari tubuh Tao yang kini sudah berusia 11 tahun dan Yi Fan berusia 21 tahun.
BLUSSHH...
Tao merona hebat... wajahnya memerah bak kepiting rebus. Ia tersenyum bahagia berada didekapan gegenya sepanjang hari. Ia tidak merasa sungkan diperlakukan gegenya seperti ini. Ia sangat-sangat menyukainya. Sempat terbesit dalam benak Tao jika ia ingin sekali menjadi pendamping hidup Yi Fan seumur hidupnya. Namun apa dikata keinginannya tidak mungkin terwujud. Karna dia tau posisinya dan statusnya di mana dirinya namja bukanlah yeoja.
"Benar kau sudah mandi... ayo kita tidur baby..." Yi Fan segera menggendong tubuh Tao yang tidak lagi terlalu kurus, malah tinggi badanya makin bertambah hingga sebatas dadanya. Yi Fan sangat bersyukur memiliki adik seperti Tao yang sangat-sangat dijaga dan dikasihinya. Semoga Tuhan tidak memisahkan mereka lagi esok hari dan seterusnya.
TO BE CONTINUE...
Wanna Review? Jika berkenan silahkan review dan beri komentar yan positif serta dukungannya agar chapter berikutnya menjadi semakin baik. Thank you...^^v
