Oke, terima kasih bagi yang sudah berniat membaca fanfic gaje nan OOC ini xD. Karena ini chapter 1 masih pengenalan dulu yaaa. Review ditunggu sangat agar kedepannya fanfic ini lebih baik xD. Selamat membacaa! (Perhatian: Gaje, OOC, typo kebanyakan)

"Mikasa! Ayo berangkat!"

Aku memakan potongan sosis terakhirku dipiring, lalu menyeruput jus jeruk yang sudah disediakan oleh Mama. Setelah mengambil sepatu dari rak dan memakai kaos kaki, aku langsung berlari menuju mobil dan duduk.

"Kau terlihat buru-buru," sebuah suara dingin menegurku. "Santai saja. Hari ini memang hari pertamamu masuk sekolah yang baru, jadi rileks saja."

Aku hanya terdiam. Hari ini memang hari pertamaku di sekolah yang baru. Kemarin sore, Ayah, Mama dan aku pindah dari Kota Utara menuju Kota Selatan. Dan ini hari pertamaku di sekolahku yang baru, aku ingin berangkat sepagi mungkin dan mencoba berkenalan dengan teman-teman yang baru.

Mobil sudah berjalan pelan, tapi aku tahu kalau Ayah tidak akan membiarkan percakapan ini berakhir begitu saja.

"Sudahlah, Levi. Mikasa kan semangat sekolah," bela Mama semangat seperti biasanya. "Iya kan, Sayang?"

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Tapi Hanji-"

"Kau tahu, kau juga sama sepertinya kalau akan bertemu hal baru," kata Mama sambil tertawa pelan.

Ayah langsung terdiam, dan Mama bersenandung kecil menyanyikan lagu yang tidak aku ketahui. Suasana selama perjalanan begitu menyenangkan. Alunan musik instrumental dari radio terdengar, kalau aku bisa menebaknya, ada permainan biola, piano, dan juga saxophone. Alunannya santai tapi membuat semangat; cocok menjadi penyemangat di pagi ini.

"Nah, jadi Mikasa …" Mama membuka pembicaraan, memcah keheningan. "Apa kau sudah tahu tentang sekolahmu yang baru?"

Aku menggeleng. "Belum."

"Kau ini," mama tertawa. "Pokoknya, pasti menyenangkan. Ingat ya, baik-baik dengan teman-teman barumu,"

"Kalau ada," semoga saja ada.

"Hush!" Mama mendelik. "Nah, sudah sampai. Kau pulang dengan jemputan ya, Ayah dan Mama akan sangat sibuk hari ini. Dadaaahhh!"

Aku hanya membalasnya sambil lalu. Oh, tidak, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku ingin berkenalan dengan teman-teman baruku secepat mungkin, tapi aku terlalu malu untuk menyapa lebih dulu.

Aku memutuskan berjalan seperti biasa tanpa mempedulikan mereka. Ini tidak seperti biasanya. Di sekolah lamaku, bahkan mereka tidak akan peduli ada siswa baru atau siswa yang pindah. Tapi disini … sepertinya akan berbeda. Gedung sekolahnya juga besar, lebih besar dari sekolah lamaku. Tampak di setiap sudut sekolah ini bersih. Cat bangunannya tampak cerah, dari kejauhan aku bisa melihat letak ruang kelas yang berjajar.

Cukup keren, pikirku. Tiba-tiba, aku dikejutkan dengan sebuah suara.

"Permisi. Kau menghalangi jalanku," kata seorang bocah laki-laki yang tampaknya seusia denganku.

"Ah, ya … Maaf," ucapku pelan.

"Tidak apa, santai saja," katanya riang. "Biar kutebak, apa kau murid baru?"

Aku menaikan satu alis. "Bagaimana kau tahu?" tanyaku sedikit terkejut.

"Kau tidak tahu, ya? Kau menghalangi jalan dan terlihat seperti sedang melihat-lihat. Jelas saja kau bukan murid lama disini," dia melipat tangannya.

"Begitu, ya …"

"Yoi. Nah, sekarang, akan kuantarkan kau ke ruang guru. Kau kan, murid pindahan. Ayo!" bocah itu menarik tanganku.

"Hei, tidak usah merepotkan! Aku bisa mencarinya sendiri!"

"Tidak usah sungkan!" katanya sambil tertawa-tawa senang. "Oh iya, kalau kau kakak kelasku, maaf saja ya kesannya tidak sopan. Kalau kau adik kelasku, jangan sungkan-sungkan panggil namaku saja, ya. Dan kalau seangkatanku … Aku harap kita bisa satu kelas dan jadi teman baik, ya!"

Hei, hei … aku hanya bisa mengangguk malu. Dia ini bersemangat sekali, aku jadi ingat Mama. Tidak malu bertegur sapa dengan orang baru dan terlihatnya berani dan cerdas. Ah iya, bahkan aku sampai lupa menanyakan namanya.

"Oh iya, siapa namamu?" tanyaku pelan.

"Hm? Oh iya, aku lupa bilang namaku ya. Panggil saja Eren, kelas 2. Dan … kamu?"

"Mikasa, kelas 2 juga," jawabku. Aku tersenyum senang. Satu teman baru!

"Ternyata kita satu angkatan! Aku harap kita bisa satu kelas!" serunya riang. Saat asik berbincang dan memperkenalkan diri, tiba-tiba Eren berhenti.

"Nah, sudah sampai! Kau masuk sendiri saja, ya, aku juga harus masuk kelas. Dadaaah!" Eren pergi sambil melambaikan tanganya.

"Ya …"

"Nah, Mikasa, kau masuk kelas 2-B. Ayo ikut ibu, kebetulan sekali, ibu wali kelas 2-B," kata Bu Lil.

Aku mengangguk perlahan. Bu Lil pun berjalan di depan dan aku mengikutinya dari belakang sambil bersenandung kecil.

"Kau suka menyanyi, Mikasa?" tanyanya.

"Ya, sepertinya,"

"Baguslah," tiba-tiba Bu Lil berbalik sambil tersenyum senang. "Sebentar lagi aka nada Festival di sekolah kita. Ibu harap, kau bisa turut berpartisipasi yaa!"

Aku mengangguk. Yang benar saja?

"Tunggu sebentar ya, Mikasa. Sepertinya keadaan kelas ribut, akan ibu kondusifkan dulu," kata Bu Lil sambil tersenyum ramah.

"Baik," kataku.

"Selamat Pagi, anak-anak …"

"Selamat Pagi, Bu …"

Aku bisa mendengar suara Bu Lil yang berbicara tentang sesuatu. Sebenarnya aku bisa saja tahu apa yang dibicarakan Bu Lil, tapi karena aku malas, aku tidak mengupingnya. Aku masih memikirkan tentang teman-teman baruku nanti dan juga bocah bernama Eren tadi.

Apa aku sekelas dengannya?

"Nah, Mikasa, kau boleh masuk sekarang," seru Bu Lil dari dalam kelas, membuatku tersadar dari apa yang aku lamunkan. Aku segera masuk kelas secara perlahan. Rasanya gugup, tapi tetap saja aku senang karena akan bertemu dengan teman-teman baru. Apa mereka akan menyambutku dengan baik?

"Seperti yang baru saja Ibu bilang, kelas kita kedatangan murid baru. Nah, perkenalkan dirimu, Mikasa. Tidak usah menunduk begitu," kata Bu Lil ramah.

Dengan perlahan, aku pun menegakan kepala dan tercengang melihat murid-murid kelas 2-B.

ADA APA INI? KENAPA HAMPIR SEMUANYA LAKI-LAKI?

Aku menatap kelas ini horror. Menatap satu persatu muridnya … Dan aku tidak menemukan Eren.

"Yeah! SEORANG MURID PEREMPUAN!" teriak salah seorang murid yang duduk di bagian paling belakang. Aku melirik kearahnya.

Terima kasih, Tuhaan! Ada satu orang perempuaan!

"Diam, Sasha," timpal seorang lagi, teman sebangku Sasha.

"Tidak mau! Aku sangat senang! Kau, Jean, pindah ke bangku kosong di samping kiri sana! Mulai hari ini aku akan sebangku denganya!"

"Tidak bisa, bodoh! Aku sudah menempati comfort zoneku!"

"Ayolah kalian berdua, tenang sedikit. Bahkan Mikasa belum memperkenalkan diri." Lerai Bu Lil menahan tawa. "Nah, Mikasa. Ayo,"

"Mmm … Hai, namaku Mikasa," kataku pelan. "Umurku 14 tahun. Senang bertemu kalian semua-"

"SENANG BERTEMU DENGANMU JUGAAAA, MIKASAA!" kalimatku terpotong oleh seruan semangat dari seisi kelas. Syukurlah, sepertinya aku akan mendapatkan kelas yang menyenangkan.

"Nah, Mikasa. Kau bisa duduk di belakang Sasha dan Jean, di sebelah sana. Jean tidak perlu pindah bangku ke belakang, tapi ibu harap kalian berdua bisa membantu Mikasa untuk berbaur dengan yang lainnya," kata Bu Lil ramah.

Oh, anak yang ribut tadi, pikirku. Mereka hampir mirip Eren, sama-sama bersemangat. Ah, sayangnya … aku tidak sekelas dengan bocah itu.

Tidaaak! Apa yang aku baru saja pikirkan! Aku buru-buru berjalan menuju bangkuku. Ada 4 baris bangku yang berjajar ke belakang. Aku menempati tempat paling belakang dan paling pojok.

"Hai, Mikasa!"

"Kau cantik ya!"

"Nanti kita bermain bersama, ya!"

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Sepertinya, aku memang mendapatkan kelas yang menyenangkan. Dan, sebentar lagi akan ada festival, aku akan bekerja sama bersama orang-orang yang menyenangkan.

Walaupun begitu, aku masih berharap bisa bertemu Eren lagi.

(tbc)