COFFEE HOUSE

.

Xi Lu Han x Do Kyung Soo

Kim Joon Myeon x Zhang Yi Xing

.

Chapter 1 (Pemilihan biji kopi)

.

.

Kyungsoo itu sebenarnya bukan polos seperti anak sekolah dasar. Dia hanya orang yang lurus-lurus saja. Tidak suka hal yang merepotkan. Seperti jalan-jalan bersama teman, berbicara kesana kemari dan berakhir membicarakan orang lain. Ia lebih suka jalan-jalan sendiri. Biar saja orang bilang, jika ia seperti anak ilang. Toh, jika sendiri ia bisa diam di toko buku, toko musik atau toko game selama ia suka. Dan tidak akan ada orang yang mengusik dan selalu mengomentar apa yang ia pilih.

"Sendirian?" tanya seorang pelayan atau mungkin pemilik café yang biasa Kyungsoo kunjungi. Tapi yang pasti yang menanyakan itu merupakan pria berwajah cantik dengan pakaian kasual. Oh! Satu lagi dia tidak memakai seragam seperti pelayan yang lain.

"Iya," ucap Kyungsoo sambil memandang daftar menu.

Meski ia mengujungi sebuah café yang menyuguhkan kopi. Kyungsoo tidak mungkin memesan kopi karena ia memiliki masalah dengan asam lambungnya. Ia hanya suka dengan aroma kopi yang menguar dan yah~ ia pada akhirnya hanya akan memilih green tea mint. Teh juga bermasalah sama halnya dengan kopi. Tapi lambungnya bisa mentolelir teh dengan lebih baik.

"Hanya minum?" tanya pria itu lagi tanpa melepaskan senyumannya.

"Aku mau Nacho." jawab Kyungsoo.

Sebenarnya ada satu hal yang membuat Kyungsoo sedikit kesal kalau sedang jalan-jalan sendirian. Yap! Saat mampir di restaurant atau café untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Karena beberapa orang akan menatapnya dengan tatapan kasihan atau entahlah.. padahal Kyungsoo bukan pengemis atau seseorang yang harus dicurigai. Apa salahnya makan sendirian?

Kyungsoo memang sengaja hanya memesan nacho karena nanti malam ia harus makan di asrama. Kyungsoo sengaja duduk dipinggir jendela. Salah satu hobinya sambil minum teh adalah mengamati orang-orang yang ada di jalan. Mereka yang menyebrang jalan, menunggu lampu merah, naik turun dari bus, masuk keluar toko atau bahkan hanya orang-orang berjalan kaki, entah itu bersama teman, kekasih, orang tua atau bahkan sendiri.

"Silahkan.." ucap seorang pelayan wanita sambil memberikan Kyungsoo sepotong cake red velvet.

"Aku tidak memesannya," ucap Kyungsoo dengan heran.

"Ini gratis sebagai hari jadi café kami," ucap sang pelayan sambil menunjuk beberapa pelanggan lainnya yang juga mendapatkan cake yang sama persis seperti yang ada di meja Kyungsoo

"Ah~ terimakasih." Ucap Kyungsoo sambil menganggukan kepalanya. Dan sang pelayan pun hanya membalas Kyungsoo sambil membungkukan badannya dan berlalu begitu saja.

Tapi Kyungsoo sedang tidak ingin memakan makanan manis jadi ia hanya membiarkannya begitu saja. Dia bingung untuk memakannya takutnya perutnya mual. Kalau dikembalikan nanti dikira tidak menghargai pemilik café.

"Maaf, apa kau tidak suka cakenya?" tanya namja berwajah manis tadi yang membuat Kyungsoo kembali mengalihkan tatapannya dari luar jendela.

"Suka, hanya saja perut saya sedang tidak enak dan menolak makanan manis." ucap Kyungsoo dengan pelan dan sopan. Mau bagaimana pun posisi keduanya sekarang, ia tahu orang dihadapannya ini lebih tua dari Kyungsoo.

"Mau saya bungkus?" tanya pria cantik itu dengan sama sopannya dan sedikit membuat Kyungsoo terkejut.

"Hm, maaf merepotkan." Ucap Kyungsoo saat pria tadi mengambil cakenya untuk dibungkus.

Perasaan Kyungsoo saja atau memang si pemilik café itu memang sangat perhatian dengan semua pelanggannya. Karena setelah pergi dari mejanya. Pria itu mendekati meja lain sekedar untuk menyapa dan bertanya apa makanan atau minumannya enak. Kadang Kyungsoo iri pada orang yang memiliki bakat human relation. Tapi Kyungsoo sepertinya dilahirkan hanya sebagai pengamat.

.

.

Kyungsoo baru saja membuka kamar asramanya saat menemukan teman satu kamarnya sedang bersama kekasihnya. Nah kan, Kyungsoo selalu kikuk jika seperti ini.

"Apa aku mengganggu?" tanya Kyungsoo yang masih diam diambang pintu.

"Tidak," jawab Yixing, seniornya sekaligus teman sekamarnya. "Ini kan kamarmu juga Soo." Ucap Yixing sambil tersenyum kecil.

Iya juga sih. Cuman kalau ada ketua asrama itu rasanya jadi sungkan. Ketua asramannya itu Kim Joonmyeon. Ketua asrama untuk asrama internasional.

"Kyungsoo mau aku daftarkan ke asrama regular?" tanya Joonmyeon yang membuat Kyungsoo sedikit terlonjak kaget. "Ah! Bukan, aku bukannya mengusirmu," ucap Joonmyeon yang jadi tidak enak sendiri. "Ini kan asrama internasional, aku takut kau tidak betah."

Kyungsoo tampak duduk di ujung ranjang. Berpikir. Dan menatap Yixing yang juga tengah menatapnya meski dengan posisi tiduran berbantalkan paha Joonmyeon.

"Aku suka disini," ucap Kyungsoo pelan. "Apa aku harus pindah?" tanya Kyungsoo dengan nada sedikit murung.

Awalnya ia memang kesal karena harus tinggal di asrama internasional karena kehabisan kamar di asrama reguler. Padahal ia juga datang ke sekolah ini melalui jalur prestasi yang akan mendapatkan kamar asrama. Mau bagaimana lagi, Seoul itu ibu kota yang memiliki biaya hidup mahal. Jadi banyak orang yang lebih memilih hidup di asrama dibandingkan menyewa apartemen.

"Aku sudah betah disini," ucap Kyungsoo. Lagi pula Kyungsoo juga suka memiliki teman sekamar seperti Yixing yang mau mengerti Kyungsoo itu orang seperti apa. "Aku harus beradaptasi lagi jika pindah." Walau pun Yixing sedikit menyimpang sama halnya seperti ketua asramanya juga. Gay itu menyimpang kan?

"Kau tidak harus pindah," ucap Joonmyeon sambil tersenyum. "Biasanya banyak orang yang ingin pindah karena fasilitas asrama regular lebih lengkap," ucap Joonmyeon sambil menatap Yixing yang menganggukan kepalanya. "Kau bebas memilih."

"Siswa berprestasi selalu mendapatkan keistimewaan," ucap Yixing yang mau tidak mau membuat Kyungsoo jadi malu sendiri. Namun mata Yixing menangkap bungkusan yang Kyungsoo pangku. "Kau jalan-jalan sendirian lagi?" tanya Yixing yang membuat Kyungsoo menganggukan kepalanya.

"Apa serunya?" tanya Joonmyeon heran yang membuat Yixing mencubit pinggang Joonmyeon. Kadang Yixing heran pada Joonmyeon yang kadang tampak menyindir padahal tidak berniat untuk menyindir orang.

"Aku hanya suka." Jawab Kyungsoo dengan kalem seperti biasa.

"Minggu depan mau jalan bersama?" tanya Yixing yang membuat Kyungsoo terdiam. "Kalau tidak mau tidak apa-apa, aku ingin mengajakmu ke café sepupuku." Ucap Yixing buru-buru saat Kyungsoo lagi-lagi tampak bingung. Sepertinya Kyungsoo ingin menolak tapi tidak berani.

"Sepupumu punya café?" tanya Joonmyeon dengan nada terkejut. "Kenapa kau mengajak Kyungsoo bukannya aku?"

"Karena aku tahu kau pasti ikut," jawab Yixing dengan santai. "Makannya aku bertanya pada Kyungsoo, tapi kalau kau tidak mau tidak apa-apa." Ucap Yixing lagi dengan nada tidak enak karena membuat Kyungsoo jadi tampak berpikir begitu keras.

Yixing itu seniornya yang baik. Kyungsoo memang tidak terlalu suka pergi bersama seseorang. Tapi kalau Yixing rasanya tidak apa-apa. Lagi pula tidak enak menolak ajakan senior.

"Aku mau ikut." Ucap Kyungsoo pelan. "Ah ya, Aku diberi ini oleh pemilik café," ucap Kyungsoo sambil memberikan bungkusan cakenya. "Untuk Yixing-ge saja."

"Kau tidak mau?" tanya Joonmyeon.

"Aku sedang tidak mau makan makanan manis." Jawab Kyungsoo.

Yixing tentu langsung beranjak duduk dan membuka bungkusannya. Kalau masalah makanan Yixing suka lupa diri. Jadi dikasih makanan gratis ya tidak akan menolak. Kelakuan Yixing ini yang kadang membuat Joonmyeon menjitak pelan kepala Yixing. Kebiasaan.. kalau ada makanan gratis Yixing suka jadi bringasan sendiri..

.

.

Kyungsoo tanpa sadar jalan dibelakang Yixing dan Joonmyeon. Bukan karena ia merasa minder atau karena Yixing dan Joonmyeon itu seniornya. Hanya saja jika berjalan sejajar akan terlalu memakan jalan. Jika berjalan di depan. Ia terlalu malas untuk sesekali membalikkan badannya jika Yixing bertanya atau menunjuk jalan.

Tapi yang membuat Kyungsoo terkejut. Namun mungkin sudah tertebak oleh para pembaca sekalian. Sepupu Yixing itu adalah pria berwajah cantik pemilik café yang biasa Kyungsoo kunjungi. Dunia itu luas tapi setiap orang memiliki benang merah yang sudah takdirnya saling berhubungan.

"Dunia itu begitu sempit ternyata." Ucap namja berwajah cantik yang ternyata bernama lengkap Xi Luhan.

"Tidak," ucap Kyungsoo dengan pelan. "Buktinya sampai sekarang aku tidak pernah bertemu dengan presiden negaraku sendiri." Ucap Kyungsoo sambil memakan cake buatan pekerja Luhan. Ini bukan red velvet tapi choco lava. Nama cake makin lama makin aneh-aneh saja.

"Kyungsoo itu orangnya serius ya?" ujar Luhan sambil tersenyum kecil.

Kyungsoo hanya mengangkat kedua bahunya dengan ringan. Sudah biasa.

"Jangan-jangan red velvet kemarin dari sini juga ya?" tanya Yixing yang membuat Kyungsoo menganggukan kepalanya. "Pantas saja kemarin rasa cakenya sangat familiar," ucap Yixing yang membuat Kyungsoo mengerutkan dahinya. "Soalnya Lu-ge itu punya ciri khas, kalau membuat krim tidak terlalu lembut."

"Hmm.. benar juga." Gumam Joonmyeon pelan.

Tapi Kyungsoo hanya memakan cakenya saja dan tampak tidak peduli. Maaf.. maaf saja.. Kyungsoo itu pemakan bukan penikmat. Apa pun masakannya asal lambungnya bisa mentolerir, pasti Kyungsoo lahap.

"Kalian tidak keberatan kan kalau aku merokok?" tanya Luhan tiba-tiba, ketiganya langsung mengangguk. Mau bagaimana lagi ini kan café milik Luhan. Pantas saja Luhan meminta ketiganya untuk duduk di tempat yang disediakan khusus untuk para perokok.

Tanpa sadar Kyungsoo tersenyum kecil, antara mengejek dan kaget. Ternyata Luhan si pria berwajah cantik itu suka merokok. Orang-orang benar, kadang pria yang merokok terlihat manly. Aura Luhan nampak sangat pria sekali. Tapi kalau wanita yang merokok, menurut Kyungsoo malah terlihat binal.

.

.

"Kau yakin tidak mau ikut?" tanya Yixing dengan nada memaksa. Tapi Kyungsoo tetap menggelengkan kepalanya dengan keras kepala. "Kenapa?"

"Aku malas." Jawab Kyungsoo pelan. "Kalian berdua saja."

Sebenarnya Yixing hanya mengajak Kyungsoo untuk pergi menonton film. Kyungsoo yang maniak film tentu ingin ikut. Tapi selurus apa pun Kyungsoo secuek apa pun Kyungsoo. Tetap saja Kyungsoo tahu diri. Meski Joonmyeon tidak menunjukkannya tapi semua orang juga tahu. Tidak ada orang yang mau diganggu kencannya.

"Aku pikir kau orang yang tidak peka." Ucap Luhan saat Yixing dan Joonmyeon sudah pergi meninggalkan café. Kini Luhan malah tampak menemani Kyungsoo yang duduk sendirian.

"Aku hanya tidak mau dianggap pengganggu," ucap Kyungsoo dengan pelan. "Kenapa?" tanya Kyungsoo saat Luhan menatapnya dengan dalam.

"Aku hanya penasaran, kau pernah berpacaran?" Kyungsoo menganggukan kepalanya. Meski sebenarnya Kyungsoo sedikit bingung kenapa Luhan tiba-tiba menanyakan hal ini. "Sama seperti mereka?" tanya Luhan dengan nada hati-hati.

"Tidak," ucap Kyungsoo pelan. Maksud Luhan, apa Kyungsoo juga 'gay' seperti Yixing dan Joonmyeon. "Meski hanya sekali, aku pernah memiliki seorang gadis," ucap Kyungsoo pelan. "Gadis pertama yang aku cium, yang aku tiduri dan yang aku sayangi," ucap Kyungsoo yang tanpa sadar membuat Luhan tersenyum kecil. "Dia gadis yang baik, aku tidak pernah membencinya walau pun dia memutuskanku."

"Karena?"

"Karena aku menghargai pilihannya." Jawab Kyungsoo dengan pelan. Kyungsoo itu pemilik golongan darah A yang kadang bisa menjadi mellow luar dalam.

"Dia selingkuh darimu?" tanya Luhan dengan pelan.

"Ya, dia memilih pria yang lebih baik dariku." Ucap Kyungsoo sambil meminum minumannya dengan pelan. Biasa, green tea mint.

"Kau tidak sakit hati?" tanya Luhan dengan nada terkejut. Luhan bisa melihat Kyungsoo yang tampak santai-santai saja mengatakannya.

"Aku juga punya hati dan tentu saja aku terluka," ucap Kyungsoo sambil tersenyum kecil. "Tapi itu hanya masa lalu."

"Aku jadi tertarik padamu," ucap Luhan dengan begitu santai. Dan itu langsung membuat Kyungsoo menatap Luhan dengan tatapan panjangnya. Tapi itu juga salah Kyungsoo yang malah tersenyum di hadapan Luhan.

"Apa kau itu gay?" tanya Kyungsoo tanpa basa-basi.

"Ya, aku lebih tertarik pada pria." Ucap Luhan yang tentu saja membuat Kyungsoo heran. Ternyata ada juga orang yang begitu terbuka mengatakan jika ia itu seorang gay. "Mau mencoba?"

"Tidak." Jawab Kyungsoo dengan kalem. "Kau apa memang seperti ini ya? Menyebarkan jala tanpa pandang bulu?"

"Tidak juga." Ucap Luhan. "Aku hanya jarang bertemu orang yang berkata jujur sepertimu."

"Apa itu pujian?"

"Ya."

"Terimakasih kalau begitu."

"Jadi, kau mau jadi kekasihku?" tanya Luhan lagi.

"Tidak."

"Ah, soalnya kita kan baru kenal ya.." ucap Luhan sambil menganggukan kepalanya.

"Sudah lama pun, aku rasa aku akan tetap akan bilang tidak."

"Yakin?" goda Luhan.

"Yakin." Jawab Kyungsoo dengan lugas.

"Tapi, siapa yang tahu kedepannya seperti apa kan?" tanya Luhan sambil tersenyum simpul dan mengangkat cangkir kopinya. Kyungsoo pun tanpa sadar tersenyum tipis menanggapi guyonan Luhan.

Semua orang juga tahu, Luhan hanya bercanda dan hanya ingin menggoda Kyungsoo. Tapi mungkin ada juga yang berharap itu tidak hanya sekedar guyonan kan?

.

.

TBC

.

.

Ide ini muncul waktu aku, mba ber sama ayahnya mba ber mampir ke café buat ketemu sama pemilik café. Semacam coffee house sebenernya, dan pemiliknya itu juga seorang pengusaha kopi sekaligus barista. Disana ayahnya mba ber sibuk ngobrol ama pemilik café, mba ber sibuk ngecek MoU (surat perjanjian) punya si pemilik café, katanya sih MoU tentang pembelian kopi dari si pemilik café ke satu hotel di belanda. Dan aku sibuk buka notebook punya mba ber, ngetik fanfic buat kalian semua AHAY!

.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA DAN

DENGAN TULUS MENCINTAIKU

(ahay!)