Disclaimer: I own nothing but the story

Bungou Stray Dog Reference


Angin awal musim semi masih membawa rasa dingin dari lelehan salju. Chanyeol mengenakan hoodie biru gelap selagi berjalan-jalan pukul lima pagi. Ia menyusuri trotoar sambil merentangkan tangan ke atas sesekali. Peregangan memang paling pantas dilakukan kala menguap tak bisa dihentikan.

Sudut matanya sampai berair karena kebanyakan menguap. Padahal ia yakin sudah memiliki kualitas tidur yang baik semalam. Apalagi kantor agensi detektif menyelesaikan kasus sampai tuntas kemarin. Jadi tidurnya jauh lebih nyenyak. Langkahnya menjadi lebih pelan ketika tujuannya sudah terlihat.

Bunga-bunga yang bermekaran lebih indah dilihat bersama dengan sungai, bukan?

Cheonggyecheon selalu sepi jika belum pukul 9 pagi. Dan Chanyeol bersyukur ia bisa menyempatkan diri menikmati suara aliran sungai yang menenangkan. Dari trotoar atas, ia melihat diameter sungai itu cukup meluap akibat pecahan es musim dingin. Mungkin mencapai paha orang dewasa.

Di antara suara angin dan aliran arus, percikan air samar-samar merasuki pendengarannya. Chanyeol menoleh, mencari sumber suara. Kakinya melangkah menuju jembatan dan menumpu siku di sana. Lengannya bertumpuk. Senyuman mengembang.

Di bawahnya, di atas permukaan air, seorang lelaki tengah menari dengan tempo lagu waltz. Gelombang air tercipta setiap kakinya menapak. Ringan seperti dedaunan gugur. Surai coklat kemerahan berkibar mengikuti angin dingin. Tubuh itu hanya dibalut kaos merah kebesaran dan celana jeans hitam. Pendar jingga seperti matahari terbit di atas sana mengelilingi tubuhnya.

Si pengguna gravitasi. For The Tainted Sorrow.

Chanyeol menopang wajah dengan satu tangan. Memperhatikan setiap gerakan artistik yang dilakukan. Bagaimana lelaki itu memutar tubuh lalu berpindah tempat atau bagaimana tangan itu membentang dari atas ke bawah, gerakannya memang lemah namun penuh makna.

Cahaya jingga disekelilingnya adalah tanda bahwa kekuatannya sedang aktif. Lelaki itu memanipulasi gravitasi, membuat dirinya menapak di atas air dengan bobot seringan bulu.

Chanyeol dan lelaki itu pernah bekerja sama dalam menjalankan misi. Mereka bukan berasal dari agensi detektif yang sama, namun pemerintah sudah kewalahan menghadapi rentetan kasus sehingga meminta dua agensi membantunya.

Mereka tidak akur. Tidak pernah akur. Bahkan sejak umur lima tahun saat pertama kali bertemu di Taman Kanak-Kanak. Seoul memang sempit sehingga harus mempertemukan mereka lagi dan lagi. TK, SMA, lalu saat bekerja pun harus berjumpa kembali.

Namun sudah menjadi rahasia umum tentang Chanyeol yang menyimpan perasaan lebih kepada si pengguna gravitasi. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengganggunya. Lagipula Chanyeol tidak begitu suka jika harus bersikap baik-baik. Dia lebih memilih caranya sendiri. Meski itu artinya membuat kesal pujaan hati.

Matahari masih mengintip dari awan yang menutupi hampir seluruh hamparan langit sejauh mata memandang. Chanyeol menunduk lagi. Lelaki itu masih menari di bawahnya, belum menyadari keberadaan Chanyeol.

Sudah saatnya mengganggu.

Chanyeol membuka mulut dengan lebar, meraup napas banyak-banyak lalu—

"SELAMAT PAGI WAHAI MANTAN PARTNERKU, BYUN BAEKHYUN!"

Baekhyun mematung. Kakinya berhenti berpindah-pindah dengan aestetik, kepalanya menoleh ke belakang. Menyadari bahwa ada jembatan maka ia mendongak.

"Uh, lihat, si maniak bunuh diri, Park Chanyeol." desis Baekhyun pelan pada dirinya sendiri. Sedang mengejek betapa tidak beruntungnya ia bertemu dengan pembuat onar sepagi ini.

"SEDANG OLAHRAGA PAGI YA DI BAWAH SANA?"

Baekhyun ingin sekali melempar batu sungai pada pria di atas jembatan itu. Suara lantang itu mau berat atau melengking tetap saja mengganggu. Apalagi Chanyeol memiliki baritone dalam yang kalau dipaksakan teriak seperti klakson soak.

"Ngapain kau pagi-pagi ke sini, hah?" balas Baekhyun sambil menunjuk pria itu.

Chanyeol menggelengkan kepala lalu mengelilingi mulutnya dengan tangan sebagai pengeras suara. "AKU TIDAK MENDENGARMU. COBA LAGI."

"Cih, mana mau aku berteriak seperti orang bodoh." Baekhyun membuang muka, berniat menepi dari sungai.

"AH, HEI TUNGGU! TUNGGU DULU JANGAN MINGGAT!"

Baekhyun terpaksa menurut atau dia akan mendengar teriakan itu lebih lama lagi. Ia kembali memutar tubuh, menghadap jembatan yang berjarak beberapa meter darinya.

Chanyeol tersenyum lebar secerah mentari dari atas sana. Ia mengangkat satu kaki. Alas sepatu menapak pada pembatas jembatan. Baekhyun mengernyit bingung. Lalu ketika sadar, Chanyeol sudah melompat. Melemparkan dirinya dari pembatas jembatan.

"AKU TERJUN YA!"

Diserukan dengan wajah bahagia dan nada riang tiada tara.

Baekhyun auto panik. Dasar maniak bunuh diri!—jeritnya dalam hati sambil berlari secepat kilat. Ia tidak bisa menyelamatkan Chanyeol yang atas kesadaran penuh terjun dari jembatan setinggi tujuh meter. Sudah menjadi hukum kekuatannya baru bisa aktif jika menyentuh objek yang dimaksud.

Dalam jangkauan akhir, Baekhyun melompat jauh, tangannya terentang ke depan tepat waktu untuk menangkap Chanyeol sebelum pria itu terbanting air dingin.

Napas Baekhyun memburu akibat adrenalin dibuat syok. Chanyeol menatapnya masih sambil tersenyum tanpa dosa. Cahaya jingga perlahan ikut berpendar disekeliling Chanyeol, membuat pria itu terpengaruh gravitasi juga.

Chanyeol mendongak, melihat malaikat penyelamatnya.

Baekhyun memasang wajah galak, "Apa kau gila?! Percobaan bunuh diri di hadapanku?! Kau mau aku dituduh jadi tersangka ya?! Ini belum jam kerja dan kau sudah membuat kepalaku mau pecah! Untung saja aku tidak satu agensi—"

"Aku tahu kau pasti ada di bawah untuk menangkapku."

Asap yang keluar dari mulut Baekhyun mendadak hilang. Wajah Baekhyun memerah—karena amarah. Catat! Karena amarah!

Chanyeol tersenyum lebih lembut, "Itu gunanya kepercayaan, bukan? Partner?"

Ah.

Sangat menyentuh.

Hati beku Baekhyun mencair seperti pecahan es di atas sungai. Matahari mulai muncul, awan sudah bergeser mengikuti arah angin. Kelopak bunga mekar lebih mantap ketika terkena paparan cahaya untuk fotosintesisnya. Kicauan burung terdengar dari atas sana.

Sebuah pagi yang indah di sungai Cheonggyecheon.

Dug dug.

Jantung Baekhyun detakannya terdengar sampai telinga.

"No Longer Human, aktifkan."

Baekhyun mengerjap. Tunggu sebentar. Itu. Itu kan. Pendar putih keperakan menggantikan jingga disekeliling keduanya. Kekuatan Chanyeol baru saja diaktifkan. Dan Baekhyun masih menggendong Chanyeol. Baekhyun masuk jangkauan kekuatan si maniak bunuh diri. Itu artinya…

"CHANYEOL KAU—"

BYUR!

Pada akhirnya malah keduanya tercebur air sungai yang dingin menusuk bagai ribuan jarum di pagi hari.

"—KEPARAT!"

Baekhyun cepat-cepat berdiri dari sungai dangkal itu sementara Chanyeol masih terduduk di sana sambil tertawa kesetanan. Puas mengerjainya. Kekuatan Chanyeol adalah membuat kekuatan orang lain menjadi tidak berguna hanya dengan menyentuhnya.

Tubuh kedunya basah kuyup. Air dingin mengalir dari ujung rambut kemerahan Baekhyun, turun ke leher dan jatuh merembes pada punggung. Ia mulai menggigil.

Chanyeol mendongak, melihat backlight tubuh Baekhyun.

"Mandi pagi yang segar, ya?"

Nyengir.

Kicauan burung melintasi mereka lagi.

Baekhyun memeras kaos merahnya bagian bawah dengan wajah masam.

"Mati saja kau."

"Ya, itu impian terbesarku."

.

.

.


FINISH


a/n: ending dengan gaje. Ok. Maaf.

Buat memperjelas, For The Tainted Sorrow itu kekuatan Baekhyun, mengendalikan gravitasi. Sementara No Longer Human itu kekuatan Chanyeol, menonaktifkan kekuatan orang yang disentuhnya. Additional information, saya baru sembuh dari tipus, maaf nggak update cerita lain.

Terima kasih sudah membaca~!