Disclaimer: BoBoiBoy hanya milik Monsta.

Sudah Mendingan

Lanjutan dari Tiduran Lantai


Kesadarannya perlahan-lahan terkumpul. Taufan mulai mendengar suara jam di kamarnya berdetak. Ah, sudah berapa jam ia tidur? Matanya masih terlalu berat untuk dibuka. Ia terus berbaring begitu tanpa membuka matanya sampai ia mendengar suara lain selain suara jam kamarnya.

Suara orang tidur.

Taufan perlahan-lahan membuka matanya. Berusaha memfokuskan penglihatannya yang masih kabur itu. Ketika ia melihat ke sampingnya, ia sama sekali tidak menyangka Ice tengah tidur di sebelahnya dengan muka tenang.

Oke.

Taufan diam.

OKE, INI APAAN?

Taufan langsung keluar dari ranjangnya. Gerakan yang tiba-tiba itu membuat Ice sedikit terganggu dari tidurnya. Untunglah laki-laki pemalas itu tidak terbangun.

Taufan sendiri masih memelototi adik kembarnya yang satu itu. Pantesan sempit! Ada adeknya yang nyempil ternyata.

Di saat itulah Taufan mendengar seseorang membuka pintu kamarnya.

"Oh," ujar Gempa di ambang pintu. "Pagi."

Taufan tidak membalas sapaan itu malah menunjuk-nunjuk Ice tanpa suara. Gempa mengangkat aslinya sebentar sebelum mengerti maksud Taufan. "Maaf ya, Ice kemarin belum lihat kamu sama sekali. Jadi dia khawatir gitu. Makanya tidur sama kamu."

Gempa masuk ke kamar Taufan. Rupanya ia membawa segelas air dan pil obat. "Aku tahu kamu enggak suka obat, tapi ini yang terakhir kalau kamu memang sudah sembuh." Gempa menaruh keduanya di atas meja Taufan. "Kamu masih panas gak? Kemarin suhumu naik soalnya."

"Aku mendingan kok," ujar Taufan dengan cengiran khasnya. "Tenang aja."

"Ya, ya," balas Gempa dengan sedikit ragu. "Ukurlah dirimu sendiri. Siapa tahu memang mendingan." Ia kembali berjalan ke pintu.

Sesaat, laki-laki dewasa itu tampak ragu-ragu dan gelisah bagi Taufan. Hal itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum senyum Gempa kembali. Mungkin Taufan salah lihat.

"Jangan lupa sarapan di bawah," ujar Gempa pelan—atau lembut mungkin? Lemah? Taufan tak yakin. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. "Ada makanan favortimu."

Taufan sudah pasti salah lihat tadi.

(Lagi pula, sejak kapan Gempa lembut kembali? Sepertinya baru kemarin ia jahat kepadanya.)