Sunbae~!

Oneshot fanfic - Remake of "Kelas 6~!" Hai Miiko! Vol.29 - Story by Ono Eriko

(dengan perubahan dan penyesuaian di sana-sini)

xxx

"Mulai hari ini kalian kelas 3. Tahun ini adalah tahun terakhir kalian di SMA, jadi...belajarlah yang rajin! Demi masuk universitas favorit!"

"Yaaaa..." Siswa kelas 3-3 SMA Seoul menjawab serempak. Guru Kim selaku wali kelas mereka pun tersenyum bangga.

"Sesuai tradisi sekolah kita, hari ini kalian akan menyambut siswa baru kelas 1 di upacara penerimaan. Dan seperti biasa kalian akan mencari "adik angkat" kalian untuk setahun ke depan sampai kalian lulus. Sudah siap semuanya??"

Guru Kim bertanya dengan semangat tapi sebagian siswa malah menanggapi dengan malas-malasan. Tentu saja mereka malas. Tradisi sekolah mereka yang satu ini agak konyol sebenarnya menurut sebagian dari mereka.

Setiap siswa kelas 2 yang baru saja naik ke kelas 3 wajib menjadikan salah satu siswa baru kelas 1 sebagai adik angkat mereka. Setiap kakak angkat memiliki kewajiban untuk membantu adik angkatnya. Salah satunya adalah membantu dalam hal belajar, meskipun mereka sendiri sudah dibebankan banyak pelajaran sebagai persiapan ujian kelulusan dan ujian masuk universitas.

Banyak siswa sudah protes akan tradisi itu, tetapi kepala sekolah bersikeras melanjutkan tradisi yang sudah berjalan hampir 10 tahun lamanya. Alasannya karena sistem kakak dan adik angkat ini dianggap bisa mengurangi kasus pembully-an di sekolah. Selain membantu di bidang pelajaran kakak angkat juga diminta untuk melindungi adik angkatnya dari kasus pembully-an oleh senior, baik senior kelas 2 maupun kelas 3. Para siswa pembully harus berpikir dua kali kalau mau membully anak baru karena setiap siswa kelas 1 akan memiliki kakak angkat di sekolah yang nantinya melindungi mereka.

Tentu saja itu harapannya. Pada kenyataannya banyak juga yang mengabaikan aturan tradisi itu dan kasus pembullyan pun kerap terjadi, tapi tidak separah di sekolah lain sih. Ditambah lagi tidak semua siswa kelas 1 juga ingin memiliki kakak angkat. Hmm...kepala sekolah sepertinya harus memikirkan solusi lain yang lebih baik.

Kembali ke pencarian adik angkat. Kini seluruh siswa SMA Seoul telah berkumpul di aula besar milik sekolah dan mereka pun berbaris sesuai tingkatan dan kelas. Taeyong dan teman-teman sekelasnya juga sudah berbaris dengan rapi di sana. Ia dan teman sebangkunya Doyoung terus-terusan melihat ke arah anak-anak kelas 1.

"Yaaa...siapa yang mau kujadikan adik angkat ya? Doyoung-ah, apa menurutmu akan ada yang memilihku?"

Doyoung memegang dagunya seraya mengamati wajah Taeyong. Setelah selesai, ia memiringkan kepalanya dengan gaya sok ahli. "Ck, kurasa akan sulit, kau 'kan sangat pasif... Ditambah wajahmu seram. Kurasa tak akan ada adik kelas yang berani mendekat." Analisis Doyoung sok meyakinkan.

"Yaaa!!" Taeyong merajuk. Padahal ia bertanya serius, tapi Doyoung selalu saja meledeknya.

"Ya...yang ku katakan benar 'kan? Dulu waktu kita kelas 1 juga kita takut sama kakak kelas 3, apalagi kalau kakak kelasnya tak ramah, ya seperti kau ini. Hwahahaha..." Doyoung tertawa puas sekali karena sepertinya Taeyong sudah tak bisa lagi membalas perkataannya.

Dalam hati Taeyong membenarkan ucapan Doyoung. Ia seseorang yang introvert kalau tak ingin dibilang anti sosial. Ia tak terlalu pandai bergaul. Temannya di kelas juga tak banyak. Maksudnya bukan tak ada yang mau berteman dengan Taeyong hanya saja temannya yang benar-benar akrab sangat sedikit. Sebut saja Doyoung sahabatnya sejak SMP, lalu Jaehyun tetangganya, dan...ng, tak ada lagi yang lebih dekat dengan Taeyong selain mereka berdua.

Ngomong-ngomong soal Jaehyun. Anak itu sepertinya sudah diincar oleh banyak adik kelas 1. Lihat saja banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang pada Jaehyun. Jelas saja, Jaehyun tampan, pintar, jago olahraga, bersikap baik dan berasal dari keluarga kaya. Semua karakteristik itu langsung terlihat dengan sekilas melihat wajahnya. Sungguh. Kalian bahkan tak perlu mengenal Jaehyun lebih jauh untuk tahu semua itu. Semua orang sudah membicarakannya. Tak heran Jaehyun menjadi idola kemanapun ia pergi.

Doyoung juga sebenarnya cukup eksis di sekolah. Ia adalah penyiar tetap radio sekolah, sering ditunjuk menjadi MC di acara-acara penting sekolah, bahkan menjadi pengisi acara pentas seni setiap tahunnya, semua itu berkat suara indahnya, yang enak didengar saat ia bicara maupun saat ia sedang bernyanyi. Doyoung juga terkenal pintar dan pernah mencalonkan diri jadi ketua OSIS, walau tak jadi terpilih sih.

Taeyong dikelilingi oleh orang-orang hebat. Karena itulah ia merasa dirinya biasa-biasa saja. Sangat biasa malah. Nilainya di kelas tak terlalu bagus, bukan yang terburuk, tapi tetap saja tak sebagus nilai Doyoung dan Jaehyun. Ia juga tak jago olahraga. Kemampuannya biasa-biasa saja ditambah ia tak pernah melakukan olahraga apapun di rumah. Karena main game di kamar terdengar lebih menyenangkan dan tak banyak bahayanya bagi Taeyong.

Ia juga penakut. Ia takut pada banyak hal. Takut ketinggian, takut hantu, takut kotor, takut rumah sakit, takut sendirian, dan banyak ketakutan lainnya. Tapi yang paling ia takuti adalah melihat sahabat-sahabatnya sedih karenanya. Makanya ia selalu bersikap baik pada Doyoung dan Jaehyun. Meskipun ia sering minder, tetapi saat bersama mereka ia bisa menjadi dirinya sendiri. Ia sering membawakan bekal untuk Doyoung dan Jaehyun, buatannya sendiri, dan selalu mendapat pujian dari keduanya. Ah iya, itu dia kelebihan Taeyong, ia jago memasak!

Taeyong mulai mengedarkan pandangannya setelah kepala sekolah selesai memberikan kata-kata petuah dan membiarkan seluruh siswa kelas 1 dan 3 mulai berbaur untuk mencari pasangan kakak-adik angkat. Tak ada aturan khusus dalam memilih kakak-adik angkat sebenarnya. Asal terjadi kesepakatan di antara siswa kelas 1 dan 3 maka terciptalah ikatan kakak-adik angkat itu. Laki-laki dan perempuan boleh menjadi kakak-adik angkat, tetapi lebih diutamakan laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Di bagian depan aula, tiga orang guru telah siap mendata pasangan kakak-adik angkat yang sudah terbentuk dan nantinya mereka akan diberi kartu tanda kakak-adik angkat. Menyenangkan 'kan kedengarannya?

Doyoung menarik tangan Taeyong agar tak terpisah jauh darinya. Doyoung ini sebenarnya sudah seperti ibu Taeyong, selalu khawatir kalau sahabatnya itu kenapa-kenapa. Taeyong anaknya gampang nyasar sih.

"Oppa!" Teriakan seorang gadis terdengar dari belakang Taeyong dan Doyoung. Gadis itu pun melewati Taeyong dan Doyoung demi mendekati Yuta, anak kelas Taeyong dan Doyoung juga.

"Kurasa itu adiknya Yuta. Yuka-chan. Yuta pernah menunjukkan fotonya. Kau ingat 'kan?" tanya Doyoung begitu ia sadar Taeyong juga tengah memperhatikan interaksi antara gadis itu dengan kakaknya yang tak lain adalah Yuta.

Taeyong mengangguk. Matanya berbinar melihat siswi kelas 1 itu. Bukannya ia naksir, hanya saja penampilan Yuka-chan benar-benar seperti karakter anime yang sering Taeyong tonton atau baca komiknya. Sangat khas Jepang. Taeyong kagum. Oh ya, keluarga Yuta itu pindahan dari Jepang, tapi karena sudah lumayan lama di Korea, mereka sudah tak seperti orang asing lagi.

Di sisi lain ada juga adik Taeil (saingan Doyoung dalam pemilihan ketua OSIS dan sekarang masih menjabat sebagai ketua), seorang siswa laki-laki berwajah kalem persis seperti kakaknya.

"Doyoung, Taeyong, kenalkan, ini adikku. Namanya Renjun. Dia juga siswa baru di sini." Taeil memperkenalkan siswa baru di sebelahnya.

"Salam kenal, sunbae." sambung Renjun sambil membungkuk sopan.

Doyoung dan Taeyong pun memberi senyum terbaik mereka. Kalau mau dihormati oleh adik kelas, maka harus jadi kakak yang ramah, begitu pesan guru Kim tadi. Untung saja Renjun juga anaknya sopan sama senior. Damai sekali rasanya kalau semua orang di sekolah kalem seperti Taeil dan Renj-

"Ya! Yang namanya Jung Jaehyun yang mana?"

Baru saja mau bilang damai, sudah ada yang bakal bikin kacau sepertinya.

Semua mata yang berada di sekitar sumber suara itu menatap heran. Apa-apaan anak kelas 1 ini. Dengan lantangnya dia bertanya yang mana yang namanya Jaehyun.

"Aku yang bernama Jung Jaehyun, ada apa ya?" Jaehyun mendekat pada siswa kelas 1 itu. Bawaaan tenang dan tak tersulut emosi walaupun anak itu kurang sopan.

"Huh, anak yang tak sopan." Gerutu Doyoung di belakang Jaehyun. Taeyong setuju dengan Doyoung, tapi ia penasaran juga apa yang mau dilakukan anak itu pada Jaehyun?

"Kau kenal Jaehyuni?" bisik Taeyong pada Jaehyun yang dijawab dengan gelengan olehnya.

Siswa kelas 1 itu tampak sumringah begitu melihat siapa yang bernama Jaehyun. Ia pun mengamit tangan Jaehyun dan berkata dengan tatapan berbinar khas anak anjing. "Aku mau jadi adik angkatnya Jaehyun-sunbae, boleh ya?"

"E-eh, boleh saja sih..." Jaehyun tampak gelagapan. Ia tak masalah sih jadi kakak angkat siapa pun, tapi kalau tiba-tiba begini...

"HAECHAN!!"

"Hyung?"

"Eh?! Adiknya Ten?"

"Ten punya adik, ya?!"

Ten yang baru datang dengan terengah-engah tampak malu dengan tingkah sembarangan adiknya, Haechan. Sekadar informasi, Ten juga teman sekelas Taeyong. Sudah menjadi rahasia umum di kelas kalau Ten itu menyukai Jaehyun.

"Apaan sih Haechan?! Lepaskan tangan Jaehyun!" perintah Ten pada Haechan yang masih juga memegang tangan Jaehyun. Dalam hati Ten mendumel, 'aku saja belum pernah pegang-pegang tangan Jaehyun!!'

Tapi sebagai adik yang penurut (sebaliknya maksudnya) Haechan tak juga melepaskan Jaehyun dan malah membalas perkataan Ten dengan seenak jidatnya. "Apaan sih hyung? Aku 'kan penasaran Jaehyun-sunbae itu orangnya seperti apa."

Ten makin geram, akhirnya ia menjewer Haechan agar menjauh dari Jaehyun. "Maaf ya Jaehyun, jangan terlalu dipikirkan. Dia anaknya memang agak..."

"Di rumah, hyung selalu ngomongin Jaehyun-sunbae, sih!" Masih sempat-sempatnya Haechan membongkar aib Ten.

"HAAECHAAAN!" Hilang sudah muka Ten di depan Jaehyun. Tapi Haechan tak juga mau berhenti sampai di situ.

"Tapi katanya Jaehyun-sunbae lebih memilih anak bernama Taeyong!"

Ten terkejut, Jaehyun terkejut, Taeyong terkejut, semua orang terkejut, karena kefrontalan Haechan. Wajah Jaehyun memerah, paling jelas di bagian telinganya. Ten ingin membekap Haechan saat itu juga. Dan yang paling heran tentu saja Taeyong. Kenapa namanya dibawa-bawa dalam drama antara Jaehyun-Haechan-Ten?

"Cukup Haechaaan..." Ten memijat dahinya, sudah kehabisan akal untuk menyumpal mulut ember Haechan.

"Jadi yang mana yang namanya Taeyong?"

Doyoung meremas tangan Taeyong sebagai sinyal agar ia tak usah ikut-ikutan. Tapi memang dasarnya Taeyong tak sadar situasi, Taeyong dengan polosnya mengangkat tangan saat Haechan bertanya.

"A-aku Taeyong..."

Haechan memperhatikan sosok kecil di belakang Jaehyun yang baru saja mengangkat tangan dan bersuara. Yang namanya Taeyong ini... tak lebih tinggi darinya dan kakaknya dan penampilannya...

"EEH? YANG BENAR SAJA?! MASA INI SAINGAN HYUNG SIH?? CULUN BEGITU! BERCANDA 'KAN?!"

Tuh 'kan benar firasat Doyoung. Taeyong pasti tak akan lolos dari mulut pedas si anak kelas 1 kurang ajar itu. Dasar "cabe" bersaudara, batin Doyoung. Enak saja sahabat baiknya direndahkan.

"Sudah Haechan, ayo kucarikan kakak angkat yang lain!" Ten menarik paksa Haechan untuk menjauh dari Taeyong dan kawan-kawan. Ia juga sempat berbisik minta maaf pada Taeyong sebelum berjalan semakin jauh. Haechan masih juga mengatakan hal-hal seperti "ternyata... lawan seperti itu 'kan gampang sekali dikalahkan, hyung..." selagi ditarik Ten menjauh.

Orang-orang yang melihat hanya bisa mengelus dada. Sabar...namanya juga anak baru.

"Apaan sih... Kok dia jahat? Aku 'kan tak jahat padanya!" Taeyong merajuk pada Doyoung dan Doyoung pun menenangkan Taeyong sambil memberi 'puk puk' gratis.

"Anak zaman sekarang ya, mulutnya tak kenal takut. Semoga adik angkatku manis dan sopan..." Doa Doyoung sekalian.

Jaehyun cuma bisa diam di belakang. Masih berusaha menghilangkan rona merah di wajah putihnya yang kelewat putih itu.

xxx

Untuk semakin mengakrabkan siswa kelas 3 dan kelas 1, khusus pada hari itu kepala sekolah memberikan waktu bebas sampai jam makan siang untuk kakak angkat mengajak adik angkatnya mengelilingi sekolah dan mengenalkan berbagai elemen sekolah mulai dari tata ruangan sampai organisasi dan klub yang ada di sekolah.

"Berbaurlah dengan anak kelas 1 selama waktu bebas ini..."

Taeyong mengingat-ingat pesan kepala sekolah tadi. Ia ingin menurut sih, tapi kalau dilihat-lihat...

"Jaehyun populer sekali ya..." Taeyong bisa melihat banyak siswa kelas 1 yang sedang mengerumuni Jaehyun, meminta direkrut ke klub basket yang diketuainya. Ada juga beberapa siswi yang tak tertarik pada klub basket tapi tertarik untuk berfoto bersama Jaehyun.

"Eh? Doyoung juga..." Di sisi lain Doyoung juga tengah gencar mempromosikan klub jurnalistiknya. Doyoung tak lupa mempromosikan segmen radio sekolah yang dibawakannya juga. Seketika fansnya bertambah karena Doyoung lihai sekali menarik perhatian orang-orang.

"Huft...cuma aku yang tak bisa berbaur." Taeyong mendesah. Ia menengok ke sebelahnya. Di sana ada adik angkatnya yang tak lain adalah seorang bocah culun berkacamata. Rasanya tadi Taeyong mengajak anak itu menjadi adik angkatnya karena merasa kasihan, ia teringat pada dirinya saat masih kelas 1 dulu. Taeyong jadi menyesal memilih anak itu karena anak itu sama pasifnya dengannya.

'Jja...aku juga harus berusaha!' Taeyong bertekad dalam hati. Ia pun menarik tangan adik angkatnya kelewat antusias dan mengajaknya berkeliling untuk mengenalkan klub-klub di sekolah. "Aku memang bukan anggota klub yang populer. Tapi klub memasak juga menyenangkan loh, ayo kukenalkan pada teman-temanku!" Ajak Taeyong ceria.

Taeyong kadang tak sadar. Senyumnya sangat manis saat ia benar-benar ceria. Tak ada kepalsuan di dalamnya, sehingga setiap orang bisa merasakan ketulusan senyum itu. Dan satu lagi yang tak banyak orang sadari, Taeyong sebenarnya sangat rupawan, hanya saja kerupawanan itu sering tertutupi oleh kacamata besar yang selalu Taeyong pakai ketika di sekolah. Coba kalau dilihat dengan lebih dekat, seperti yang sekarang dilakukan oleh sang adik angkat, pasti akan ketahuan di mana letak pesona seorang Lee Taeyong. Mata besarnya, hidung mancungnya, bibir tipisnya yang pink alami, dan pipinya yang kadang chubby kadang tirus. Ugh, menggemaskan.

Seseorang baru saja merona parah. Ehem, sepertinya Taeyong punya fans baru. Adik angkatnya sendiri!

xxx

Jaehyun melihat Taeyong dari kejauhan. Melihat senyum Taeyong dari kejauhan saja sudah membuat Jaehyun ikut tersenyum, apalagi kalau dilihat dari dekat. Lesung di pipi Jaehyun terbentuk sempurna. Para fans dadakan Jaehyun langsung histeris. Mana ada yang tak histeris melihat senyum tampan Jaehyun?

Haechan yang berada di sekitar Jaehyun mengikuti arah pandang Jaehyun pada Taeyong dan melihat ekspresi Jaehyun setelahnya membuatnya memutar otak. Ia harus melakukan sesuatu.

"Jaehyun sunbae, ajari aku juga dong!" Haechan menyeruak di antara siswa lainnya. Dengan alasan minta diajari dribble basket, ia pun berhasil mengambil posisi di sebelah Jaehyun.

"Eh, menurut sunbae, kakakku bagaimana?"

Jaehyun cukup terkejut mendengar pertanyaan Haechan, tapi karena ini bukan kali pertama Haechan berkata ceplas-ceplos padanya, ia pun mulai belajar untuk mengabaikan pertanyaan anak itu.

Haechan tak menyerah. "Kakakku manis 'kan? Pintar dandan lagi! Selalu tampil fashionable!"

Jaehyun paham Haechan tak akan berhenti mengganggu kalau tak mendapat jawaban yang memuaskannya. Makanya Jaehyun mengacak-ngacak surai coklat Haechan dan berkata dengan sok kerennya. "Itu bukan urusan anak kecil!" lalu ia tinggalkan Haechan di belakangnya.

Haechan cemberut karena rambutnya jadi berantakan, tapi ia belum puas.

"Jadi maksud sunbae, lebih baik Taeyong itu?! Dia 'kan tak asik. Penampilannya juga biasa saja. Kalau dibandingkan sama kakakku-"

Jaehyun berhenti. Ia berbalik lalu didekatinya wajah Haechan supaya anak itu berhenti bicara yang aneh-aneh soal Taeyong. Haechan bungkam sesaat.

"Yang namanya Taeyong itu...memang orangnya tak asik, sangat ceroboh, dan susah bergaul... Tapi dia punya banyak kebaikan..." Wajah Jaehyun terlihat berbeda dari biasa saat mengatakan itu. Wajahnya terlihat...bangga?

Haechan terdiam. Ia tak senang Jaehyun membela Taeyong habis-habisan. Tapi mau bagaimana lagi. Sepertinya benar Jaehyun lebih memilih Taeyong dibanding kakaknya. Haechan kesal karena tak bisa membantu kakaknya mendapatkan Jaehyun.

"Tapi hyungmu juga baik sih..." Jaehyun menambahkan dengan tersenyum ramah agar Haechan tak kecewa. Ugh, senyumnya memang lain dari yang lain, pantas saja kakaknya naksir, batin Haechan.

"Sudah ya. Coba kau lihat klub lain juga. Kalau kau tertarik pada klub memasak. Kau bisa tanya-tanya pada Taeyong." bujuk Jaehyun. Kebetulan Taeyong baru saja lewat dekat mereka dan mendengar nama dan klubnya disebut Taeyong pun mendekat pada Haechan. Wajahnya sumringah karena biasanya tak banyak yang tertarik dengan klub memasak, apalagi laki-laki.

"Waah, Haechan, kau tertarik masuk klub memasak? Ayo ikut denganku, akan kukenalkan-"

Taeyong berhenti karena menyadari tatapan horor Haechan. 'Eh? Kenapa aku dipelototi?? Seraaaam!'

xxx

Bel tanda istirahat makan siang usai berbunyi, saatnya bagi seluruh siswa untuk masuk ke kelas masing-masing dan berkenalan dengan wali kelas dan teman sekelas mereka (khusus anak kelas 1). Taeyong tengah melaksanakan tugas dari guru Kim untuk membawakan peta besar dari ruang guru ke kelasnya. Saat mendekati toilet, Taeyong melihat sosok yang tak asing sedang berdiri kebingungan di sana. Ia pun mendekat.

"Haechan?" panggil Taeyong pelan, yang dipanggil menoleh perlahan. Wajahnya tampak cemas dan memerah entah karena apa. "Ada apa..."

Taeyong melihat ke bawah dan menyadari sesuatu. 'Eeehh?? Celananya basah?! Dia ngompol?!'

Melihat ekspresi Taeyong, Haechan sudah bisa menebak ke arah mana pikiran Taeyong.

"Ya! Ini bukan ngompol!" Haechan setengah berteriak membela diri dan selanjutnya tanpa diminta, ia pun menceritakan apa yang terjadi padanya. Rupanya ia ketumpahan jus yang di bawa salah seorang kakak kelas dan tumpahannya pas sekali di bagian tengah celananya.

Haechan berulang kali merutuki kesialannya di hari pertama masuk sekolah. Ia sudah berusaha membersihkan celananya dari tumpahan jus, tapi yang ada malah celananya semakin basah dan ia terlihat seperti orang yang ngompol di celana. Kakak kelas pelaku penumpahan jus bukannya membantu malah menertawakannya. Haechan jadi malu dan tak berani keluar dari toilet padahal kelasnya sudah mau dimulai. Makanya ia cemas sekali.

Taeyong jadi iba melihat sitausi Haechan. Tak ada niatan sedikit pun di hatinya untuk menertawakan Haechan. Ia ingin membantu tapi bagaimana ya?

"Kau punya seragam cadangan?"

Pertanyaan bodoh Taeyong, tentu saja Haechan tak punya, ini hari pertamanya sekolah, ia tak mungkin menyiapkan sejauh itu.

Haechan menggeleng, ia tak tahu harus bagaimana. Ia memang agak bandel tapi ia tak pernah bolos masuk kelas dan ia tak mau seharian di toilet ini, menunggu celananya kering. Haechan ingin menangis saja rasanya.

Menyadari ekspresi memelas Haechan, Taeyong memutar otak. Otaknya memang tak bisa bekerja secepat itu, tapi ia biasanya bisa menemukan ide yang bagus.

"Ah, aku ingat! Aku punya seragam olahraga di lokerku. Mau pakai celana olahragaku? Kurasa ukuran kita sama, celanaku akan muat untuk-"

"Tapi bukannya tak boleh pakai celana olahraga di dalam kelas?" Haechan tampak putus asa karena ide Taeyong sepertinya tak akan berhasil.

"Ah, kau benar! Apalagi untuk anak kelas 1. Aku baru ingat aturan itu. Hm... Atau... Kau mau pakai celanaku yang ini?" Taeyong menunjuk celana yang sedang dipakainya.

"EEEHH? Sunbae, kau gila?!"

"Tak apa! Ayo bertukar. Kau tak masalah 'kan pakai celana orang lain?"

Karena diyakinkan oleh Taeyong, Haechan akhirnya memasuki bilik toilet yang bersebelahan dengan Taeyong. Tak butuh waktu lama, mereka telah bertukar celana. Haechan memakai celana kering dan bersih milik Taeyong sementara Taeyong memakai celana basah Haechan.

"Sunbae, kau benar tak apa-apa?" Haechan sekarang cemas pada keadaan Taeyong. Memangnya Taeyong tak malu apa pakai celana basah begitu? Mana warna celana yang krem itu makin memperjelas basahnya.

Taeyong tersenyum, sekali lagi meyakinkan Haechan bahwa ia tak apa-apa. "Aku bisa berlari ke kelas supaya tak ada yang lihat. Mengambil celana olahragaku dan menggantinya. Guruku pasti maklum kalau kuceritakan ini karena kecerobohanku. Guru Kim sudah tahu sih aku ceroboh hehe..."

Haechan terdiam. Ia sungguh merasa tak enak pada Taeyong. Ia sudah berpikiran jelek tentangnya tadi, tapi sekarang Taeyong malah menolongnya. Bukan hanya menolong, tapi berkorban untuknya.

Taeyong yang melihat Haechan diam malah berusaha menghibur. "Tenang saja! Tak akan kuceritakan pada siapapun yang sesungguhnya!" Taeyong memberikan kelingkingnya, tanda ia berjanji.

Kekanakan sekali, pikir Haechan. Tapi Haechan tak bisa tak mengingat kata-kata Jaehyun tadi.

"Tapi dia punya banyak kebaikan..."

"Te-terima kasih..."

"Eh?"

"Terima kasih sunbae! Aku berhutang padamu! Aku akan selalu mengingat kebaikanmu! Kau... Kau sunbae yang paling keren!!!"

Taeyong heran, tapi senang. Haechan sudah tak lagi memandang tak suka padanya.

"Ya sudah sana, cepat ke kelasmu. Kalau di sini terus, percuma juga kita bertukar celana."

Haechan mengangguk, ia pun keluar lebih dulu dari toilet. Setelah sebelumnya berteriak berjanji akan menraktir Taeyong besok. Taeyong hanya mengangguk-angguk menanggapi dan sekarang ia harus memikirkan caranya kembali ke kelas tanpa bertemu orang-orang. "Er..."

xxx

Bel tanda usai sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Jaehyun sedang berjalan sendirian keluar gedung sekolah saat..."Jaehyun sunbae!"

Jaehyun menoleh karena mendengar namanya dipanggil dari belakang. Suaranya sudah Jaehyun kenal karena seharian ini sudah berapa kali anak itu mengganggunya. Haechan. Sekarang apa lagi?

"Ternyata Taeyong sunbae memang baik ya!" Haechan hanya berhenti sekilas untuk mengatakan itu lalu berlari meninggalkannya.

Jaehyun dibuat heran. Tapi akhirnya ia tersenyum melihat Taeyong yang berjalan bersama Doyoung di depannya dicolek iseng oleh Haechan. Taeyong marah-marah sedikit sambil memanyunkan bibirnya imut. Jaehyun ingin melihat Taeyong yang imut terus, tapi fokusnya berpindah pada celana Taeyong. Seragamnya yang biasa sudah berganti jadi celana olahraga. Padahal hari ini tak ada jam pelajaran olahraga. Kenapa-

Ah, Jaehyun sepertinya paham. Walaupun ia tak tahu persis apa yang dilakukan Taeyong dan apa yang terjadi di antaranya dan Haechan, yang pasti Taeyong telah berhasil meluluhkan anak itu.

Jaehyun bangga.

"Itu baru Taeyongku..."

""Taeyongku" siapa?"

"E-eh Yuta, bukan apa-apa kok..."

"Ei...ketahuan nih... Bilangin Taeyong ah..."

"YAAA!!"

END

xxx

Oneshot Jaeyong pertama! wkwkwk. Gatau deh bisa disebut fanfic Jaeyong atau ngga karena momennya sedikit.

Ini remake dari cerita komik hai, miiko! By Ono Eriko vol.29 yang judulnya "Kelas 6~!". Ada yang baca komiknya juga?

Maaf kalo aneh. Namanya juga disambung2in.