Information

Disclaimer: Fairy Tail © Hiro Mashima

Title: Hopelessly

Rated: T

Genre: Hurt/Comfort, General, Romance (Mungkin)

Pairing: Natsu D x Lucy H

Description: Full Natsu P.O.V, AU, Typo (Tell me) OOC, Dll...

Italic/Miring = Berkata dalam hati

HURUF BESAR = Berteriak

.

Aku tak berdaya... Aku akan terus mencintaimu, aku tak berdaya... Akan kuberikan segalanya. Aku tak ingin kau menyerah! Aku takkan meninggalkanmu disaat kau jatuh... Hingga saat nya tiba...

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Aku Natsu, Natsu Dragneel. Aku hanyalah lelaki biasa (bisa dibilang buruk atau menyedihkan) Ayahku Igneel, sudah meninggal sejak 2 tahun lalu, tepatnya saat aku kelas 1 SMA, Dan ya, aku yatim piatu sekarang. Hidupku biasa saja, tak ada yang spesial. Aku menyambung hidup dengan bekerja apapun itu, asal bukan pekerjaan kotor aku lakukan. Dan sekarang pekerjaanku menjadi pelayan di sebuah kafe

"Natsuuuuuu!" Panggil seseorang dari belakang. Aku hafal betul siapa pemilik suara itu, aku hanya menolehkan kepala kebelakang. Terlihat Luce- Tidak bukan, tapi Lucy, Lucy Heartfilia. Ia tengah berlari kearahku.

"Yo..." Sapaku, seperti biasa.

"Hah... Hah... Hampir saja telat" Katanya. Kami sudah masuk ke dalam halaman depan sekolah Fairy Tail High School.

"Tak bisanya kau hampir telat, Ayahmu telat bangun atau apa?" Tanyaku. Pasalnya Luce memang diantar Ayahnya ke sekolah.

"Aku yang kesiangan. Hehe..." Jawabnya sembari nyengir. Aku tak berniat menjawab, jadi kami hanya berjalan memasuki kelas 12-A.

"Pagi~" Seperti biasa Luce selalu riang

"Pagi Lucy, Kau hampir telat, pelajaran dimulai 5 menit lagi!" Seorang wanita ber-rambut scarlet menyahut setengah membentak

"Tenanglah Erza, Yang terpenting aku tidak telat" Balas Luce.

"Jangan ulangi lagi, kalau bisa jangan sampai telat" Wakil ketua OSIS Erza Scarlet benar-benar sangat disiplin.

"Kalau itu Lucy bisa dibilang agak langka, tetapi kalau orang disebelahnya itu sudah biasa" Celetuk seseorang

"Diam kau Gray!" Balasku. Gray Fullbuster. Dia termasuk siswa populer bersama Erza, Luce, dan lainnya. Aku memang tak terlalu tahu (tak tertarik) tentang siswa-siswi populer dengan fans gila mereka itu.

"Jangan begitu Gray, Natsu pasti punya alasan kenapa dia sering masuk saat jam seperti ini atau telat" Ucap Luce yang mendudukkan diri di kursinya, disebelah Gray. Aku hanya diam saja berjalan menuju kursiku dibelakang dan dekat jendela. Ya... Dia benar aku telat karna masalah pekerjaan.

"Aku tahu alasannya, karna itu aku tak memarahi Natsu tadi" Kata Erza.

"Eh! Tunggu apa?!" Ucap Luce dan Gray bersamaan, tampaknya mereka penasaran.

"Natsu dia-"

"Tunggu! Erza jangan bilang kau..." Sial! Kenapa Erza harus mengatakannya? Disini, dikelas, didepan semua orang!

"Tenang saja Natsu aku mengerti" Balasnya dengan senyum kecil. Kuharap dia benar-benar mengerti...

"Natsu sering telat karna lelah, ia bekerja saat malam hari" Baguslah. Kupikir dia akan memberitaukan yang sebenarnya

"Memang apa pekerjaannya?" Tanya Luce

"Pelayan di kafe" Jawab Erza polos.

"Pfff... HAHAHAHA..." Gray langsung tertawa lepas. Sialan kau Erza. Semua murid langsung menatapku aneh. Mungkin mereka semua berpikir 'Anak SMA sudah bekerja? Dan lagi sebagai pelayan?' atau 'Apa orang tuanya tak punya cukup uang hingga ia harus bekerja? Kasihan sekali...'

"Ahaha... Jangan tertawa Gray!" Ucap Luce, disertai tawa. Sebenarnya dia membela atau tidak?

"Hahaha... Aku hanya berpikir, dia pasti keren dengan seragam pelayan! AHAHAHAHA..."

"Ahahahaha... Ja-jangan begitu Gray! Hahaha..." Dan Luce malah ikut tertawa. Mungkin bagi orang kaya menjadi pelayan sangat memalukan ya?

"DIAM! PELAJARAN AKAN SEGERA DIMULAI!" Dan beginilah akhirnya. Erza yang memulai dan Erza pula yang mengakhiri.

Laxus-sensei pun memulai pelajaran hari ini. Berkulat dengan rumus matematika benar-benar menyebalkan! Aku sudah berusaha semampuku, namun tetap saja nihil! Mungkin memang otakku yang kecil? Ya sudahlah. Kulihat kedepan Gray sepertinya sudah selesai. Ia tengah berbicara (berbisik) dengan Luce. Dia memang cerdas, tampan, dia juga termasuk murid populer, begitu juga dengan Luce. Dia itu cantik, nilai nya bagus baik dalam akademik dan non akademik. Semua siswa juga menyukainya, dia bahkan punya fans club kumpulan lelaki... Alay mungkin?

Termasuk juga aku. Ya... Aku! Aku juga menyukainya (tapi tak sampai gila seperti mereka) Aku mencintainya dengan normal dan wajar.

Kualihkan pandanganku, menerawang keluar jendela... Bosan.

Jujur saja aku benar-benar menyukai 'sahabatku' itu tapi... Aku tak berdaya. Lagipula percuma menyatakan cinta padanya. Dulu ada siswa bernama Loki yang menembaknya, namun langsung dia tolak. Padahal Loki cukup tampan, ia juga termasuk siswa populer. Tapi rumor nya Loki itu Playboy! Mungkin itulah alasan Luce menolaknya. Ada juga pria yang disukai banyak perempuan bernama Hibiki. Namun kembali Luce menolaknya (dengan halus)

Lalu jika pria 'sekelas' mereka ditolak olehnya bagaimana denganku?

Aku bodoh, nilaiku jelek, tak punya keahlian khusus, masuk kelas 12-A inipun karna keberuntungan. Lebih tepatnya menjawab asal saat ujian dan ternyata semuanya benar! Haha..

Wajahku pas-pasan, mata sipit, rambutku pink aneh. Tak hanya itu...

Aku yatim piatu, rumahku kecil, harta? Aku tak punya sama sekali! Aku bekerja hanya cukup untuk menyambung hidup. Aku bekerja susah payah hanya cukup untukku hidup sendiri (itupun harus menghemat)

Kalau aku jadi suaminya- tidak, tak perlu suaminya, cukup pacarnya saja. Aku yakin dia tak akan betah, karna tak ada kencan, hadiah dan sebagainya. Jadi bukannya membahagiakan, malah membuat sedih dan sengsara. Aku memang tak berdaya, aku juga takut ditolak olehnya. Aku takut merasa sakit. Pengecut? Katakanlah begitu, aku tak masalah dengan itu. Aku sudah cukup 'puas' melihatnya tersenyum sudah cukup buatku. Jadi sudahlah lupakan! Lupakan soal cintaku yang tak berguna ini...

.

.

Jam Istirahat

.

.

Aku duduk bersama Erza, dan Gray beserta Luce didepan kami. Oh ya, Erza ini adalah temanku sejak masih TK. Sedangkan Gray dan Lucy teman SMP. Kami berempat bersahabat.

Acara makan berjalan lancar seperti biasa, hingga Erza mengatakan...

"Kurasa... a-aku akan menyatakan perasaanku pada Jellal" Ucap Erza dengan wajah merah. Kami bertiga langsung berhenti mengunyah. Dan aku terbatuk.

"Uhuk! Uhuk!"

"A-a-ah... Cepat minum!" Kata Luce menyodorkan gelas berisi air

"Hah... Hah... Terimakasih" Ujarku setelah minum

"Tak kusangka kau menyukai ketua OSIS yang sangat pendiam itu" Celetuk Gray

"Kau juga pendiam bodoh!" Sahut Erza

"Kurasa mungkin saja karna kalian sering bersama jadi perasaan cinta itu tumbuh dengan sendirinya" Kali ini Luce ikut berpendapat

"Ya-yah... Daripada membicarakan aku, bagaimana dengan kalian?" Serentak kami menoleh padanya

"Maksudku... Misalnya kau Natsu, adakah seseorang yang kau sukai saat ini?" Aku? Semuanya langsung menatap kearahku. Erza sepertinya sangat antusias. Dan bahkan Gray juga ikut-ikutan.

"Aku..."

"Ya?" Luce benar-benar antusias

"Kurasa..." Luce mamajukan wajahnya sedikit mendekat

"Ya? Ya?" Sebegitu menariknya kah topik percintaan ini?

"Entahlah... Aku tak tertarik pada wanita" Bohong... Itu bohong...

"Oi! Oi! Jadi maksudmu kau menyukai sesama jeni-"

"BUKAN BEGITU GRAY! Maksudku... Tak ada wanita yang... Cukup menarik. Dan aku juga tak terlalu tertarik masalah percintaan" Itu juga bohong...

"Jadi maksudmu kau tak terlalu tertarik untuk jatuh cinta?" Tanya Luce

"Ya... Bisa dibilang begitu" Jawabku asal

"Kau ini aneh sekali ya... Kita ini sudah remaja, jangan takut untuk memulai suatu hubungan!" Kata Gray

"Aku tidak takut! Ck! Kalau begitu kenapa kau tidak memulai sebuah hubungan? Dengan Luce misalnya? Kalian sering bersama berarti bisa sa-"

"Ti-tidak tidak! Aku tidak begitu!" Potong Lucy dengan wajah memerah. Yang menurutku... Imut!

"Kami hanya sahabat" Tambah Gray enteng

"Oh ya. Ngomong-ngomong minggu depan kan ujian, apakah kalian sudah memutuskan untuk masuk ke universitas mana?" Tanya Erza yang mengalihkan topik

"Aku tak akan kuliah" Jawabku cepat.

"Apa?! Kenapa kau tak kuliah?" Kaget Erza

"Aku tidak bisa Erza..."

"Tak bisa? Kenapa?" Tanyanya

"Biaya" Jawabku singkat

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Kali ini Gray yang bertanya

"Itu hanya cukup untukku makan, itupun harus berhemat. Ditambah lagi uang kontrakan yang tinggal 3 bulan lagi..." 3 Bulan itu berkat tabungan Ayah. Jadi sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Maka dari itu setelah ujian aku berencana mencari pekerjaan. Jadi saat siang hari aku bisa bekerja, dan malamnya jadi pelayan di kafe. Mungkin dengan begitu bisa mencukupi kebutuhan hidup

"Ka-kalau begitu tenang saja! Aku akan membantumu!" Luce yang dari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara dengan lantang

"Luce?" Heranku menatap wajahnya yang tampak benar-benar serius.

"Kami juga akan membantumu, tenang saja. Ya 'kan Gray?" Kini Erza yang angkat bicara

"Tentu saja! Bukankah sudah jelas?" Tambah Gray

"Tidak! Tidak! Kalian tak perlu sampai seperti itu, lagipula sudah kuputuskan, aku akan langsung bekerja"

"Jangan putus asa begitu! Masih ada banyak jalan, ada beasiswa-"

"Luce aku ini bodoh, tak mungkin dapat beasiswa"

"Kalau begitu terima bantuan kami! Apa salahnya? Kita ini bersahabat bukan? Jangan membuang impianmu hanya karna uang!" Dia benar-benar keras kepala. Tapi aku suka itu. Aku suka Luce yang tak pantang menyerah!

"Terimakasih..." Ucapku pelan. Bibirnya langsung tertarik keatas. Aku bingung... Sebegitu inginnya kah kau membantuku? Apa untungnya bagimu? Tidak ada! Yang ada malah aku merepotkanmu, dan aku tak mau itu. Jadi...

"Tapi tetap kutolak!" Mendengar itu Luce langsung menatapku horor.

"Kau ini bodoh atau tak punya otak?! Lucy- tidak bukan, kami serius ingin membantumu bodoh!" Kata Gray yang bangun dari duduknya

"Bukan maksudku menolak, hanya saja..." Mereka menatapku heran. Apa karna suaraku yang semakin pelan atau karna wajahku terlihat menyedihkan?

"...Aku tak tahu akan memilih jurusan apa dan..." Aku menundukkan kepala kebawah, menatap lurus roti isi daging yang tersisa sedikit di tangan kanan.

"...aku tak punya impian" Itu benar... Aku tak memiliki impian. Memang apa yang bisa dilakukan orang bodoh sepertiku?

"Natsu..." Gumam mereka bersamaan. Mengangkat kepalaku kembali

"Sudahlah! Lagipula sudah kuputuskan untuk mencari pekerjaan setelah lulus SMA. Jadi nanti aku akan bekerja serius dan memperbaiki penghasilanku perbulan!" Kataku beserta grins andalanku

"Kau yakin? Memang nanti kau akan pekerja apa?" Luce masih tampak khawatir. Matanya menatapku dalam, dan itu membuat debaran jantungku bertambah cepat!

"Apa saja, aku bisa jadi pengantar pizza, atau kuli bangunan dan sebagainya"

"Kami selalu mendoakanmu" Sahut Erza sembari tersenyum

"Baiklah... Kalau itu keputusanmu... Semoga sukses!" Ujar Lucy yang suka tersenyum padaku. Gray tak menyahut tapi dia juga tersenyum seolah berkata 'aku mendukungmu kawan'

"Terimakasih... Hidup seperti ini sudah cukup bagiku, aku bahagia memiliki kalian" Ya... Itu benar. Bagiku ini sudah cukup. Aku bahagia. Tak peduli meski kau melihatku sebagai 'sahabat' bagiku itu sudah cukup. Natsu Dragneel kurang pantas bagi Lucy Heartfilia. Kau bisa mendapat yang seribu kali lebih baik dariku. Sedangkan aku akan ikut tersenyum bersamamu, karna melihat kau bahagia bagiku sudah lebih dari cukup, karna...

Aku tak berdaya

.

.

Pulang Sekolah

.

.

Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Aku berjalan di koridor dengan malas, menyebalkan! Siswa-siswi lain tampak sibuk dengan aktifitas mereka, ada yang pergi menuju ruang club masing-masing, ada yang sibuk dengan payung mereka... Aku? Aku tak punya keahlian khusus, jadi tak ada kegiatan ekskul. Jadi aku berjalan keluar sekolah

"Luce?" Heranku melihat ia berdiri sendirian diujung koridor sana.

"Hujannya belum reda ya, Tak pergi ke club sastra?" Tanyaku basa-basi.

"Hari ini tak ada kegiatan Natsu, kau tak membawa payung?"

"Tidak, kita harus menunggu"

"Kau tak menerobos hujan?" Tanyanya lagi

"Baju ini akan dipakai besok 'kan? Aku juga malas mencuci"

"Hmm..." Dan berakhirlah obrolan singkat kami. Aku hanya diam menatap hujan, aku tak berani menatapnya. Karna kita hanya berdua dan... Ini membuatku canggung!

"Natsu" Panggilnya tiba-tiba. Akhirnya aku memberanikan diri tuk menoleh padanya

"Y-ya?" Jantungku langsung berdetak dua kali lipat, dia menatap lurus ke wajahku!

"Aku masih belum percaya sepenuhnya, kau serius tak tertarik pada wanita? Sedikitpun?" Apa-apaan ini?! Apakah ini pertanda kalau ia ingin aku tertarik padanya?

"Aku hanya penasaran, masa ada lelaki yang tak tertarik pada wanita" Tambahnya. Angan-anganku benar-benar terlalu tinggi ya? Mana mungkin seorang Lucy Heartfilia menyukai pria yang sepertiku ini?

"A-aku..." Tunggu! Mulut ini langsung kututup lagi aku tak bisa mengatakannya!

"Jujur saja Natsu, aku tak akan membocorkannya pada orang lain!" Katanya

"Ada..." Kataku pelan

"Ada?"

"Ya... Ada gadis yang aku sukai"

"Siapa? Beritahu aku!" Tanyanya cepat

"Rahasia!"

"Hei! Ayolah... Aku kan sahabatmu sejak SMP!" Ia mulai merajuk. Lucu melihatnya seperti itu.

"Agar kita impas, jawab pertanyaanku dengan jujur. Kau... Menyukai Gray 'kan?" Meski rasanya agak nyeri, aku penasaran. Setidaknya kalau ia menyukai Gray aku bisa membantunya.

"Ba-baiklah... Aku memang mengagumi nya. Dia itu lu-lumayan tampan, da-dan juga keren" Melihatnya memalingkan wajah nya merah itu benar-benar menggemaskan!

"Sudah kuduga. Siapa yang tak menyukai Gray? Semua siswa juga pasti menyukainya. Dia memang keren saat bermain sepakbola! Dan lagi kau sangat dekat dengannya tak mungkin 'kan? Kalau kau tida-"

"Sudahlah! Sekarang giliranmu! Cepat katakan!" Potongnya yang mulai kesal. Bahkan saat kesal dia terlihat imut menurutku

"Dia..." Kutatap wajahnya dalam-dalam sebelum melanjutkan. Kau tahu Luce? Ini adalah 'bagian dalam diriku yang tak akan pernah kau ketahui'

"...Gadis yang baik, cantik, suaranya lembut, rambutnya juga indah. Tak hanya itu. Ia juga cerdas, tubuhnya bagus, langsing dan tak terlalu tinggi. Aku menyukai setiap bagian dari dirinya. Dan dia..." Aku memejamkan mataku erat. Mengghela nafas, lalu kembali melanjutkan

"...Tak pernah bisa bisa kuraih, Tak akan pernah bisa" Saat kebuka mataku, terlihat ia tengah terhenyak, dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Si-siapa gadis itu?" Tanyanya setelah kembali sadar. 'Satu hal yang pasti, aku tak akan pernah menunjukkannya'

"Kenapa aku harus memberitahumu?" Dan dia langsung memukul-mukul lenganku dengan kedua tangannya

"Dasar curang! Aku sudah memberitahumu! Menyebalkan! Aku benci kau, aku benciiiiiiiiiii!" Kau tahu Luce? Bukankah semua yang kukatakan itu mengacu padamu? 'Ini jelas terlihat dan mencoba berbicara'

"Ahahahaha... Sudahlah! Lupakan itu, kau menyukai Gray 'kan? Tenang saja, aku akan membantumu, kalau butuh bantuan panggil saja aku. Oke?" Aku merasa seperti orang bodoh, yang melepaskan cintanya untuk orang lain. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tak berdaya, aku hanya ingin melihatmu bahagia, bagiku itu sudah cukup! Biarlah keinginanku tuk bersamamu menjadi mimpi Indahku semata...

"Terimakasih... Dan itu Papaku datang menjemput" Balasnya sembari menujuk seseorang yang membawa payung menghampiri kami

"Aku duluan ya? Natsu" Katanya menghampiri Ayahnya

"Kau butuh tumpangan Natsu?" Tawar Ayahnya padaku

"Ah! Tidak, tidak usah. Aku masih menunggu seorang teman" Mereka berdua mengangguk tanda mengerti, padahal... Itu bohong!

Saat kulihat Luce menjauh. Aku mengangkat tangan kananku, seolah berusaha meraihnya. Ia memang dekat, sangat dekat tapi... 'mimpi indahku tertidur selamanya'

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Hari ini sudah masuk libur panjang. Dan sekarang aku harus pergi ke kafe karna sudah jam 18:00. Sedangkan untuk pekerjaan di siang hari aku belum mendapatkannya. Tapi tak apalah aku masih punya tabungan...

Saat sudah siap dengan sepeda tiba-tiba HP-ku bergetar

.

Dari Erza ternyata, ada apa ya?

"Halo?"

"Natsu temui aku di taman!" Katanya cepat

"Erza aku-"

"Ini soal Lucy! Kita harus membantunya!" Mendengar kata 'Lucy' seolah menghipnotisku

"Oke!" Dan dengan itu sambungan telepon kuputuskan, dan langsung pergi ke taman.

Aku pergi kesana secepat mungkin, kalau ini masalah Luce, tak ada alasan untuk menolaknya! Apalagi Erza bilang ia membutuhkan bantuan.

.

Aku sudah sampai di taman dan...

"NATSU!" Teriak Erza. Ternyata mereka tak masuk didalam. Tanpa pikir panjang aku langsung mengayuh sepedaku kearah mereka berdua

"Jadi perlu bantuan apa?" Tanyaku langsung ke topik utama

"Lucy ingin menyatakan perasaannya pada Gray" Jelas Erza.

"A-apa?!" Tentu saja aku kaget. Jadi dia ingin menunjukkan saat-saat dia 'menembak'? Tidakkah dia memikirkanku?

"Jangan kaget begitu. Aku punya rencana, dan aku butuh bantuan kalian" Jelas Luce. Jadi begitu. Tentu saja! Kami sahabatmu, dan aku juga pasti membantumu, apapun itu!

"Jadi begitu! Baiklah apa rencanamu?"

"Begini..."

Jadi Luce berencana membuat 'drama' dimana ia disuruh ke taman oleh Erza, sedangkan aku menyuruh Gray ke taman juga.

Dan aku akan 'membuntuti' Gray, sedangkan Erza akan menerima 'laporan'ku tentang lokasi Gray, dan memberitahukan pada Lucy. Lalu kita mempertemukan mereka secara tak sengaja

.

Rencana berjalan lancar, aku bersama Erza yang menjadi Ninja dadakan bersembunyi di semak-semak dan pepohonan. Sedangkan Lucy dan Gray sudah bertemu disana, di air mancur ditengah taman ini

"Ini terlalu jauh! Aku tak bisa mendengar suara mereka dari sini" Rutuk Erza

"Sudahlah, hanya tempat ini yang kutemukan. Lagipula kalau terlalu dekat kita bisa ketahuan!" Itu bohong. Sebenarnya aku sengaja memilih tempat ini agar aku tak mendengar suara mereka...

"Li-lihat mereka berpelukan!" Kata Erza yang wajahnya sudah merah padam

"..." Aku diam terpaku melihat mereka berpelukan. Dadaku sesak

"Me-menurutmu apakah mereka akan berciuman?" Tanya Erza tanpa mengalihkan pandangan.

Sial! Aku mengalihkan pandangan kearah lain asal bukan mereka. Membayangkan mereka berciuman, rasanya hatiku perih, nafasku mulai tercekal, tubuhku panas dan rasanya aku ingin meledak! Kulihat Erza masih fokus pada mereka berdua

"Mereka tak berciuman" Katanya. Mendengar itu aku serasa disiram air dingin. Itu lumayan membuatku tenang.

"Sudah selesai! Ayo kesana" Dan Erza pun keluar dari tempat persembunyian, lalu berlari menghampiri mereka. Sedangkan aku masih terdiam ditempat. Aku masih butuh waktu memenangkan diri, dadaku masih sesak!

"Haaa..." Tarik nafas

"Haaaahh..." Keluarkan. Terus begitu hingga beberapa saat, setelah dirasa sudah siap aku pun berjalan menghampiri mereka.

.

"Natsu! Darimana saja kau? Aku menunggu kepanasan disini!" Kesal Gray saat melihatku mendekat. Melihat dia yang merangkul Luce entah kenapa membuat jantungku kembali berpacu dengan cepat

"I-itu tidak penting! Jadi... Bagaimana?" Mendengar itu Gray mengernyit heran, hingga akhirnya Luce angkat bicara

"Sukses besar Natsu, Terimakasih bantuannya!" Ujarnya

"Jangan lupakan aku" Sahut Erza

"Jadi ini semua sudah direncanakan begitu?!" Suaranya sedikit naik pertanda kesal

"Tak apa Gray, yang terpenting berjalan lancar!" Kata Erza dengan senyum simpul

"Ini semua berkat kalian, terimakasih Erza, Natsu" Melihatnya tersenyum tulus padaku, membuatku tenang, sejuk. Rasa perih tadi langsung hilang seketika karna melihatmu bahagia

"Baiklah! Aku tunggu traktirannya. Ahahahaha..." Dan kalimat itu sukses membuat Gray naik darah! Hahaha... Kami tertawa bersama saat itu. Sementara aku tetap memakai 'topeng' aku tidak tahu harus merasa bagaimana. Terluka? Karna ia sudah menjadi milik orang lain? Atau senang? Karna ia bahagia bersama orang itu, yang juga sahabatku sendiri...

Aku tak berdaya... 'Aku akan terus mencintaimu'

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Langit biru cerah memang terlihat indah, dengan awan berbagai bentuk, entah bentuk apa itu, tapi aku menyukainya!

"Hah... Jika aku mati, aku ingin mati disini" Gumamku pelan. Ya mati... Disini, di padang rumput pinggir sungai kota Magnolia.

"Hah..." Kembali menghela nafas. Setelah melepas tas ransel yang berisi baju dan lainnya, aku membaringkan tubuhku di rumput hijau ini. Aku lelah, mencari pekerjaan ternyata sulit bagi lulusan SMA sepertiku. Aku memejamkan mata, lelah...

"Menyedihkan!" Sejak saat aku membantumu malam itu aku dipecat sebagai pelayan. Alasannya karna aku tak datang saat malam minggu, dan saat itu kafe sedang ramai. Meminta kesempatan kedua pun tak ada gunanya, karna sudah ada orang lain yang mengambil alih posisiku.

Sungguh lucu, lucu sekali! Aku mengorbankan hati, perasaan dan pekerjaan, atau bisa dibilang mengorbankan segalanya? Beberapa hari setelah dipecat aku diusir dari kontrakan. Setelahnya aku berjalan tak tentu arah dengan sepeda, mencari pekerjaan guna menyambung hidup. Aku tidur di mana saja, entah itu di kursi taman atau dibawah pohon, asal tubuh ini lelah dimanapun tetap bisa tidur nyenyak! Mandi di sungai pinggir kota ini, dan aku bersyukur sungai nya bersih!

Tabunganku juga sudah menipis dipakai untuk makan setiap harinya. Mengorbankan segalanya hanya untuk melihatmu bahagia? Memang apa yang bisa kulakukan?, Aku...

Tak berdaya.

"Setidaknya kalau aku mati, aku ingin melihatmu tersenyum..." Aku membuka mataku perlahan. Tak ada gunanya meratapi nasib!

"Natsu?" Wajahmu tiba-tiba muncul dari arah atas, atau arah belakang

"Luce" Aku bangkit duduk seraya menoleh kebelakang. Kupikir aku bermimpi, ternyata itu memang kau!

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku

"Aku bosan di dalam restoran disana itu, aku ikut Papa menghadiri pertemuan dengan rekan bisnisnya" Jawabnya sembari menunjuk restoran bintang lima di seberang jalan.

"Lalu kenapa kau malah kesini?" Aku heran, dia bilang ikut pertemuan tapi malah keluyuran begini

"Setelah makan, mereka membicarakan masalah perusahaan dan aku bosan. Jadi aku keluar dan menemukanmu disini" Jelasnya

"Hmm... Jadi kau kabur dari pertemuan itu ya? Dasar!"

"Aku tak ikut pertemuan itu! Aku hanya ikut untuk makan enak. Ahahahaha..." Dasar! Ternyata orang kaya sama saja ya?

"Kau sendiri? Apa yang kau lakukan disini? Dan lagi kenapa kau membawa ransel?" Tanyanya bertubi-tubi

"Aku... Entahlah..." Jawaku asal

"Entahlah? Apa maksudmu?"

"Aku diusir karna tak bayar kontrakan..." Kataku pelan

"Eh? Kenapa?! Ba-bagaimana dengan pekerjaanmu?!" Katanya langsung panik mendengar itu

"Aku dipecat karna..." Aku membuang muka tak ingin melihat wajahnya

"...Aku membuat kesalahan"

"Kesalahan?" Tanya nya lagi

"Ta-tak perlu khawatir, aku pasti mendapatkan pekerjaan lain kok!"

"Ngomong-ngomong..." Tiba-tiba ia tersenyum. Errr... Manis? Padaku?

"...sepertinya aku bisa memberimu sebuah pekerjaan"

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Sekarang aku duduk menunggu didalam mobil, di kursi pengemudi tepatnya. Singkat cerita, kini aku jadi supir pribadi keluarga Heartfilia. Tentu saja aku menolak sekeras yang kubisa, tapi... Kau terus memaksaku, dan itu membuatku tak kuasa tuk menolak, lagi-lagi aku... Tak berdaya.

Tuan Jude dan Nyonya Layla bahkan tak keberatan menampungku dirumah mereka. Mereka sangat baik. Mereka juga memberiku makan, karna tak mampu membalas kebaikan mereka, akhirnya kuputuskan untuk tak menerima gaji. Aku sudah menumpang disana, dan mereka membayarku? Jangan becanda!

Anggap saja menjadi supir gratis sebagai tanda balas budiku pada mereka. Meski menurutku itu masih belum cukup, dan aku ingin membalas budi mereka suatu saat nanti.

.

Clek! Pintu mobil dibuka. Luce masuk dan menghempaskan diri di kursi penumpang.

.

BLAM! Pintu ditutup dengan keras

"Ada apa denganmu?" Tanyaku heran melihat tingkahnya itu

"Gray lebih memilih bersama teman-temannya daripada jalan-jalan denganku" Jawabnya tanpa jeda, Lucu melihatnya merenggut kesal begitu

"Jangan memonopolinya begitu, dia juga butuh waktu untuk bersama teman-temannya. Cobalah mengerti" Sahutku

"Aku tahu, aku tahu! Tapi tetap saja aku kesal!"

"Moodmu sedang buruk ya? Baiklah kalau begitu..." Menginjak gas, akhirnya kuputuskan untuk pergi membawanya 'bermain' setelah pulang dari kuliah, pergi ke Game Center tak ada salahnya 'kan?

"Kenapa kita malah kesini?" Tanyanya tak kudengarkan. Aku keluar dari mobil dan membuka pintu tempatnya duduk.

"Ayo keluar!" Kutarik paksa dia keluar

.

Blam! Pintu mobil ditutup pelan

"Tunggu! Kau belum menjawab-"

"Lupakan masalahmu!" Aku memberikan grins padanya

"Ayo bersenang-senang!" Lalu kutarik pergelangan tangannya, membawa nya masuk ke Game Center.

"Jadi kita main mana terlebih dahulu?" Tanyanya antusias.

"Terserah padamu, pilih yang kau suka!"

"Hmm... Aku baru pertama kali kesini jadi... Yang mana ya..." Saat ia sibuk memilih, mataku menangkap Gray yang bersama temannya yang ber-rambut hitam panjang, dan dua gadis ber-rambut biru, yang satu rambutnya digerai, sedangkan satunya yang bertubuh mungil memakai bando.

Saat Gray melihatku, aku langsung tersenyum dan mengangkat tangan dengan jari telunjuk dan tengah yang diangkat membentuk huruf 'V' tak lama kemudian, sepertinya ia mengerti maksudku dan balas tersenyum padaku

"Kau baru pertama kali kesini 'kan? Aku tahu game yang bagus!" Dengan itu kembali kutarik tangannya dan pergi menjauh dari Gray dan teman-temannya.

Kami bermain berbagai macam game, dari mulai balapan, sampai game horor. Dan ia sampai berteriak 'Kya' dan menutup wajahnya dengan kedua tangan karna kaget dengan zombie yang tiba-tiba muncul. Aku sesekali memegang atau menuntun tangannya, memberitahu cara bermain. Meski niatnya begitu, tapi tetap saja wajahku memanas, dan jantungku berdetak dua kali lipat! Posisi ini seolah seperti aku memeluknya dari belakang!

Kami bermain sampai sore, tepatnya sampai Nyonya Layla menelepon karna khawatir! Haha... Kita berdua sampai lupa waktu karna asik bermain. Syukurlah... Aku senang bisa mengembalikan moodmu dan membuatmu tertawa kembali!

"Natsu" Panggil nya. Kami sudah sampai dihalaman rumah. Wajahnya tampak cantik, dengan cahaya matahari senja yang masuk melalui jendela mobil

"Ada apa?" Balasku singkat

"Terimakasih" Katanya pelan disertai senyuman. Aku tak menjawab, aku hanya membalas senyumnya itu dengan grins. Kau tahu? Untukmu 'akan kuberikan segalanya'

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Aku duduk dengan ekspresi datar di pojok ruangan memakan kue... Kue pernikahan tepatnya. Ya... PERNIKAHAN! Hari ini, hari ini adalah hari pernikahan Gray Fullbuster dan Lucy Heartfilia!

.

Prok! Prok! Prok! Ruangan tiba-tiba riuh dengan suara tepuk tangan

"Luce..." Kulihat dia yang berjalan pelan menuju altar, dimana Gray menunggu di atas sana. Ia tampak mempesona dengan gaun putihnya itu. Rambutnya dibiarkan terurai, tak digulung keatas entah kenapa. Tapi aku tak peduli! Dia cantik, sangat! Gaun putih tanpa lengan itu memperlihatkan bahu dan lehernya yang putih mulus tanpa cacat. Pandanganku terkunci padanya. Bahkan aku baru menyadari kalau ia dituntun Ayahnya menuju altar. Aku juga baru menyadari kalau ia membawa bunga. Entah bunga apa saja, yang jelas ada mawar disana.

Saat ia menaiki tangga menuju altar, aku tersadar. Aku menoleh ke kanan, disana Gray, Gray berdiri disana... Bukan aku. Dan saat itu hatiku terasa sakit!

"Hah... A-a-a-a... Ah... Hah..." Sial nafasku sampai tercekal! Luce sudah berdiri sana, didepan Gray.

"Aku... Aku harus pergi dari sini!" Aku bangkit dan berlari keluar. Aku tak ingin melihatnya! Aku tak ingin melihat mereka mengangkat janji seumur hidup!

"Hah... Hah..." Aku mendudukan diri di kursi pinggir kolam, diluar hotel bintang lima itu.

"Hah... Hah..." Sial! Dadaku masih sesak! Pandanganku lurus ke kolam dengan pantulan bulan purnama disana.

"Haaaaa..." Tarik nafas dalam-dalam

"Haaahh..." Keluarkan. Sial! Hatiku sakit!

"Tenang... Tenang... Aku harus kuat! Aku harus..."

"Haaaaa..." Tarik nafas

"Haaahh..." Keluarkan pelan-pelan. Tenang... Tenang... Pikirkan dia, dia sudah bahagia bersama Gray! Aku harus kuat! Ini semua demi dirinya, demi Luce! Relakan dia! Dia sudah bahagia, yang aku lakukan sudah benar. Aku harus kuat! Asal dia bahagia, aku tak peduli, 'akan kuberikan segalanya'

"Natsu?" Panggil seseorang. Aku menoleh kearah kiri

"Erza..." Wanita ber-rambut scarlet mendudukkan diri disampingku

"Mungkin kau bisa menipu semua orang, tapi tidak denganku" Ujarnya yang ikut memandangi kolam

"A-apa maksudmu?" Apa maksudnya ini? Menipu? Aku tak menipu siapapun

"Aku ini mengenalmu sejak kecil. Jadi kau tak bisa berbohong dihadapanku, aku tahu apa yang kau rasakan saat ini"

"Apa maksudmu? Aku berbohong? Tentu saja tidak! Aku-"

"Lucy!" Potongnya. Mendengar namanya, aku yang sudah lumayan tenang tadi kembali merasa sesak! Aku kembali kesulitan bernafas.

"Lu-luce? Di-dia... Dia... A-a-a-h... Hah... Dia-" Erza tiba-tiba memelukku. "Aku tahu... Aku tahu... Kuatkan dirimu Natsu" Hiburnya. Ia juga mengusap punggungku. Perasaan nyaman tiba-tiba menjalar dalam tubuhku, perlahan mataku terpejam, dan nafasku kembali normal.

"Setidaknya Lucy bahagia bersama Gray. Cinta tak harus memiliki, relakan saja dia. Kau pasti mendapatkan pasangan hidupmu kelak" Benar... Aku harus kuat! Jangan pikirkan rasa sakit ini! Pikirkan kebahagiaannya, senyumannya. Aku ingin ia tersenyum bahagia, meski bukan milikku, aku ingin ia bahagia! Dan inilah yang pilihan terbaik!

"Terimakasih Erza... Aku merasa lebih baik" Aku melepaskan diri dari pelukannya. Sementara Erza hanya tersenyum simpul. Aku benar-benar merasa lebih baik, terimakasih Erza, kau memang sahabatku. Pepatah setiap orang butuh sandaran itu ternyata ada benarnya juga.

"Lucy mengajak kita untuk ber-foto bersama, kalau kau tidak bisa aku akan-"

"Aku ikut!" Potongku cepat

"Kau yakin?" Tanya Erza memastikan

"Tentu saja!" Balasku dengan senyum tipis.

"Baiklah... Kuatkan dirimu, Natsu" Akhirnya kami berdua masuk kedalam. Luce tampak bersemangat untuk ber-foto bersama sahabatnya. Aku dan Erza pun naik ke altar, aku berdiri dikanan disamping Luce, sementara Erza disamping Gray.

.

Cekrek!

Foto berhasil diambil. Semuanya tampak tengah berbahagia, kecuali aku... Yang masih memakai 'topeng'

.

.

XXXXXXXXXX

.

.

Acara pernikahan sudah selesai. Sebelum masuk kerumah aku memasukkan mobil ke garasi terlebih dahulu. Dan saat aku masuk kedalam, didalam sangat sepi. Mungkin mereka semua lelah, ya... Wajarlah. Saat menaiki tangga hendak menuju kamar, kulihat Virgo mematikan lampu ruang tengah. Semuanya sudah bersiap untuk tidur ya?

"Hah... Melelahkan, apalagi untuk pengantin baru dengan malam... Pertama... Mereka?" Tanpa sadar aku mengatakan itu dan diriku langsung membatu diujung tangga.

"Aku harus pergi dari sini!" Dengan panik dan nafas memburu aku berlari menuju pintu utama

"Si-sial!" Membukanya perlahan

.

Blam...

Menutupnya perlahan pula. Kembali aku mengambil langkah seribu menuju garasi

"Aku harus menjauh dari sini! Aku tak ingin disini! Aku harus pergi!" Kuambil sepedaku, karna memilih mobil sama saja bunuh diri! Penghuni rumah pasti mendengar suara mesin dan aku tak bisa lari. Untunglah Taurus belum menutup gerbang rumah.

"Sial! Sial! Sial! Siaaaaal!" Aku mengayuh sepeda sekencang mungkin. Aku tak bisa berada disana, aku harus menjauh! Kamarku berada di lantai dua, sedangkan kamar mereka tepat dibawah kamarku! Sudah jelas 'kan? Malam ini 'malam pertama' mereka! Jangankan mendengarnya, memikirkan nya sudah MEMBUAT KEPALAKU MAU MELEDAK!

Sial! Aku terus mengayuh sepedaku entah kemana, aku tak peduli! Pokoknya harus menjauh dari sana. Aku... Aku...

"AaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH!" Berteriak pada langit malam tak ada gunanya. Sakit! Sesak! Jantungku seperti diremas! Remuk!

"Aaaa... Hah... A... Hah... Hah..." Aku mulai lelah.

"Hah... Hah..." Aku berhenti mengayuh, entah kenapa aku sampai di padang rumput pinggir sungai kota Magnolia. Aku pun turun dan...

.

BRAK! Sepeda itu kubiarkan roboh begitu saja.

"A-a-a-akh... Akh... Hah... Hah..." Berjalan lunglai kearah pohon besar di dekat sungai sana. Nafasku terengah, Hatiku sakit! Tangan kanan bergerak mencengkram dada kiri, gigi atas dan bawah beradu dengan kuat.

"Kenapa ini? Padahal tadi aku kuat. Kenapa sekarang malah..." Dengan gusar aku duduk dan menyadar di pohon itu

"Sial! Ayolah... Kuatkan dirimu Natsu! Dia bahagia! Dia sudah bahagia..." Entah kenapa mataku mulai panas, padahal udara disini dingin, aku juga tak memakai selimut apapun!

"Kenapa ini? Dia sudah bahagia! A-aku... Aku..." Suaraku serak, panas dimataku semakin menjadi-jadi, dan dapat kurasakan mataku mulai berair

"Kenapa? Ke-kenapa aku..." Cairan bening itu tiba-tiba itu mengalir di kedua pipiku

"Sial..." Kututup wajahku dengan kedua tangan, lalu membenamkannya di kedua lutut yang menghadap keatas

"Hiks... Hiks... Luce..." Malam itu aku menangis disini. Sendirian, dibawah pohon dekat sungai.

Natsu Dragneel tetap tak berubah, ia masih sama seperti saat SMA dulu, sejak saat pertama bertemu denganmu aku sudah..

'Aku tak berdaya... Aku akan terus mencintaimu, aku tak berdaya... Akan kuberikan segalanya untukmu'

.

.

.

One-shot/Two-shot? Keep/Delete?

.

Author Note

Yak! Aku datang dengan cerita (yang aneh?)

Jadi bagaimana? Keep/Delete? Lanjut atau stop disini?

.

HARGAILAH KARYA DAN KERJA KERAS ORANG LAIN DENGAN MEMBERIKAN REVIEW! ENTAH ITU KRITIKAN/PUJIAN PANJANG/PENDEK KARNA DENGAN REVIEW PENULIS AKAN MENGETAHUI ADA YANG MEMBACA CERITANYA!