Pemuda itu terbangun, matanya mengerjap pelan menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Tubuhnya telungkup dengan pejar rasa sakit di seluruh bagian, dia meringis pelan lalu beranjak duduk dengan susah payah.

Ditepisnya poni rambut kuning yang lengket di dahi. Masih setengah sadar, Pemuda itu mulai mengawasi sekitar, memperhatikan lingkungan yang asing baginya.

Tempat remang-remang juga tanah yang lembab dengan pepohonan akar gantung membuatnya tampak menyeramkan. Tak lupa, di sekitarnya terdapat banyak genangan air dengan sesuatu yang misterius di dalamnya. Dia bahkan bisa mendengar kodok ngorek bergelora membuat barisan anthem. Aishh.

Pemuda itu menggerutu tentang cukup sekali ini saja model yang biasanya high class sepertinya ada di tempat menjijikkan ini. Dia—Kise Ryota, tidak suka sesuatu yang tidak cantik, apalagi kotor seperti ini.

Kise mencoba berdiri walaupun kelihatan kesakitan, rasanya seperti dipukul dengan palu di semua bagian. Terlalu hiperbolis memang, kalau betulan pasti tulangnya sudah remuk.

Tangannya bersedekap, dengan jari tangan kanannya memegangi dagunya. Dahinya berkerut, tampak berpikir. Bagaimana ia bisa berada disini? Tempat apa ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti muncul dibenaknya, dunia antah berantah kah?

Kise bergidik, bisa dilihat dari bulu kudukknya yang sudah berdiri. Buruknya lagi, sinar bulan yang sedikit tertutup awan juga tidak membantu, malah membuat semakin mencekam.

Kepala kuning itu mulai bergumam tentang sesuatu seperti pergi ke sekolah, sms dari Aiko-chan—salah satu fansnya, yang memang tidak penting—pemotretan untuk menjadi cover majalah, pulang ke rumah.

"—tunggu, apa aku memang sudah sampai rumah ya-ssu?" membantah pikirannya sendiri, dan berakhir dengan keputusan 'sesuatu terjadi di perjalanan pulang'. Terhanyut dengan pikirannya sendiri, dia tak sadar ada sesuatu mengintai dibalik gelapnya pepohonan.

Kise tak akan sadar, kalau saja suara desingan itu tak mendekat. Matanya menatap nyalang pada pepohonan di belakangnya, jantungnya berpacu. Cahaya bulan yang bersinar, membuatnya melihat sesuatu—atau seseorang—keluar dari balik pepohonan dengan memegang...?

Sebuah gergaji mesin?!

Secara naluri tanda bahaya, tubuhnya berlari ke arah berlawan dari suara itu berasal. Wajahnya pucat dengan sumpah serapah refleks keluar dari mulutnya. Dia baru saja bangun dan menyadari telah terdampar pada tempat antah berantah, lalu sekarang dikejar seorang psikopat?!

Demi gunting keramat Akashi, Kise masih ingin hidup! Dia bahkan belum minta maaf kepada Kuroko karena dengan cerobohnya dia menumpahkan Vanilla Milkshake kesayangan bocah imut itu—dan berjanji tidak akan menumpahkannya lagi kalau dia masih boleh selamat. Seperti Kuroko Dewa-nya saja.

Berlari tak tentu arah yang terus berkompetisi siapa yang berhenti, dia yang kalah. Tidak dipedulikan lagi tubuh yang tadinya sakit, ataupun deru napasnya yang tidak beraturan, Kise bahkan masih bisa mendengar suara desingan mesin yang semakin mendekat dengan suara kaki yang berlari mengejarnya. Kise terus berlari, dan rasa senang membuncah saat dia mendapati cahaya dari sebuah desa.

Dia masih bisa selamat!

~oOo~

Kuroko memandangi keadaan di luar jendela dalam diam sambil menyeruput Milkshake kesukaannya, keadaan kedai yang cukup ramai tidak mengganggu aktivitasnya itu. Sementara manusia di depannya merajuk meminta perhatian.

"Kurokocchi dengarkan aku! Kau selalu saja mengabaikanku ketika aku bercerita-ssuuu!~" Tampak tidak terganggu, Kuroko tetap bergeming yang membuat pemuda ini semakin merajuk dengan bibir semakin manyun. "Kurokocchiiii..."

Kuroko menyerah, menoleh datar ke arah si pemuda. "Aku mendengarkanmu Kise-kun." Jawabnya acuh sembari menyedot minumannya lagi, sementara Kise terus merengek. "Jadi, setelah menemukan desa itu, apa yang terjadi?"

Senyum Kise melebar, mulai melanjutkan ceritanya dengan antusias. "Jadi, setelah itu aku terus berlari sampai menubruk sebuah rumah, sialnya-ssu! Suara mesin itu masih terdengar! Apa psikopat itu tidak takut dengan keramaian ya-ssu? Ah, tapi saat itu malam hari sih, jadi sepi,"

Dahi Kise mengkerut, tampak berpikir. "yah, terserahlah. Pokoknya, setelah aku berlari ke tengah desa, yang untungnya masih ramai, suara itu menghilang-ssu! Aku lega." Kise masih terus mencerocos tak sadar kalau Kuroko menyelinap keluar dari kedai—menghindar, tentu saja.

"Dan kupikir, aku seperti melihat seseorang yang familiar diantara kerumunan penduduk desa-ssu! Tapi, apa cuma khayalanku saja ya? Hmm... lalu setelah itu, entah bagaimana aku ditawari untuk menginap di rumah salah seorang penduduk desa-ssu, mungkin karena aku tampan jadi mereka memperbolehkan menginap dengan gratis ya? Seperti yang diharapkan dariku-ssu~ lalu besoknya Kurokocchi tau sendirilah, kita bertemu—KUROKOCCHI!"

Dengan tergesa Kise segera berlari keluar dari kedai, kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri mencari si pemuda rambut biru. Kise merengut, ini bukan kali pertama dirinya ditinggal sendiri oleh Kuroko saat dia bercerita, apa salahnya mendengarkan dia bercerita sampai selesai? Dia juga bercerita simpel kok. Oke, tolong seseorang timpuk saja Kise dengan kain pel. Dan sekarang dia bingung harus mencari Kuroko ke mana.

Untuk kesekian kalinya, Kise mengutuk hawa keberadaan tipis Kuroko yang menyebalkan membuatnya sulit ditemukan.

Sambil terus menggerutu, Kise berjalan menelusuri jalan setapak. Ini sudah minggu ketiga sejak dirinya berada di dunia antah berantah ini—pun bertemu dengan Kuroko. Waktu berjalan dengan cepat, huh?

Kise mengerutkan dahinya, tampak berpikir. Sejauh yang dia pahami selama beberapa minggu disini, dunia ini aneh. Benar, tidak ada orang waras yang akan bilang kalau kau terdampar ke tempat antah-berantah itu tidak aneh.

Tapi ini benar-benar aneh.

Terlalu banyak misteri di dalamnya, terlebih disini juga terdapat beberapa tempat yang ada di dunia nyata. Untuk replika dunia nyata, tapi berbeda, Kise benar-benar menyukai dunia ini. Benar-benar menyenangkan, seperti tempat yang selama ini didambakannya.

Suara dentingan jam membuyarkan lamunannya. Dia memandang Jam besar di tengah kota, jarum pendeknya pada angka tiga dan jarum panjang pada angka dua belas—menunjukkan pukul tiga tepat.

Jam yang rusak.

Tapi yang terpenting sekarang, Kise harus menemukan Kuroko kesayangannya. Siapa yang tau apa yang akan terjadi pada pemuda baby face itu? Kalau diingat-ingat lagi, saat pertama kali Kise bertemu Kuroko—dia agak pangling dengannya.

Terlalu sibuk memikirkan pemuda biru itu, tak sengaja Kise menabrak seseorang yang membuatnya mengaduh. Sementara, orang yang ditubruknya hanya diam tetapi menatapnya tajam. Dan itu membuat kedua bola matanya melebar.

"Akashicchi?"


Bunyi berdebam menghantam tanah, distorsi dengan ekstensi matahari tidaklah valid. Semuanya campur aduk, bahkan gravitasi hanya mampu menarik benda-benda alam.

Hanya dua orang yang menyaksikan dari jauh tidak merasakan ketakutan akan hal demikian ini. Mereka duduk bersebelahan, seorang pemuda tampak takjub dengan apa yang terjadi, sedangkan seorang yang lain hanya tertawa cekikikan.

"Menarik bukan?" orang yang tertawa memulai pembicaraan, sementara pemuda yang memandang takjub tampak tidak terusik dengan perkataan yang dilontarkan. "Kau itu orang yang menarik. Kau tidak takut akan hal seperti ini."

Pemuda itu menoleh kepada orang disebelahnya, "Kupikir me-reset nya tidak akan seperti ini."

Perkataan pemuda itu membuat orang disebelahnya tertawa terbahak. "Tentu saja! Jika tidak seperti ini tidak akan menarik bukan? Yah, walaupun bagi setiap orang itu berbeda," orang itu berdiri, lalu mencondongkan badannya sedikit kepada si pemuda. Senyumnya merekah—bak iblis. "nah, karena kau sekarang juga immortal sepertiku, akan kutunjukkan bagaimana cara kerjanya."


First published: July, 16 2016

Re-edit: February, 14 2019