[Chaptered]
Title : Sasuke itu Kamseupay
Chapter : 1 /?
By : Gatsuaki Yuuji
Main Cast : Namikaze Naruto & Uchiha Sasuke
Disclaimer : All Chara punya Papi Kishi. FYI, Papi Kishi itu Papiku.
Genre : Family, Sad
BGM : Home Made Kazoku - Kimi ga Kureta Mono
Namikaze Naruto.
16 tahun.
Selepas pulang sekolah, aku dijemput oleh Iruka-san, supir pribadiku. Dengan langkah gontai, aku berjalan masuk ke mobil dan duduk di belakang supir. Kalau aku bisa memilih, aku tidak ingin dijemput seperti ini. Aku kan bukan anak kecil lagi! Aku sudah berumur 16 tahun, dan aku juga sudah kelas XI. Tapi sayang, seberapa keras aku berkata seperti ini pada mama, mama sama sekali tidak mau peduli. Aku hanya bisa pasrah. Jika aku terus berkeras pada egoku, ini akan menyakitkan diriku sendiri. Dan aku juga tidak suka kesakitan.
Sesampainya di rumah. Aku berjalan lemas memasuki rumah. Terdengar suara dari televisi yang menyala di ruang keluarga.
"Tadaima~", kataku pelan sambil melangkahkan kaki menuju tangga.
"Okaeri!", sahut seseorang dari belakangku.
Merasa asing dengan suara berat laki-laki barusan, akupun menoleh ke sumber suara.
"Siapa kau?", ketusku ketika melihat seorang anak laki-laki yang mungkin sebaya denganku. Anak laki-laki berambut hitam dengan model pantat ayam itu tersenyum padaku.
Dia mengikatkanku akan seseorang.
"Uchiha Sasuke. Yoroshiku!", jawabnya dengan lantang sambil tersenyum padaku.
"Bukan Uchiha lagi, tapi Namikaze. Namikaze Sasuke, sayang!", sambung mama yang muncul dari atas tangga.
Perlahan mama menuruni anak tangga dan menghampiriku.
"Namikaze?", tanyaku bingung.
"Iya, mulai saat ini. Sasu-chan adalah kakakmu", jawab mama sambil menepuk pundakku.
"Ka, kakak!", kagetku.
"Karena kamar Sasu-chan belum siap sepenuhnya. Untuk sementara berbagi kamarlah dengan Sasu-chan. Mengerti, Naru?", jelas mama sambil tersenyum.
Aku hanya diam sambil menunduk.
"Nah, ajaklah kakakmu ke kamar. Kalian bisa saling berkenalan lebih lanjut", pesan mama sebelum meninggalkan kami.
Aku terus menunduk sambil menggigit bibir bawahku dan mengepalkan kedua tanganku dengan kuat. Aku benar-benar kesal, marah, dan sama sekali tidak mengerti dengan ulah mama ini!
Seorang kakak? Untuk apa?
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh kedua tanganku yang mendingin, kunaikkan kepalaku, melihat sang pelaku.
"Jangan dikepal, tanganmu jadi dingin", kata laki-laki yang bernama Sasuke sambil melonggarkan kepalanku.
"Ajak aku ke kamarmu, Naru", sambungnya sambil tersenyum lagi.
Lagi, aku teringat pada seseorang yang paling kubenci. Dengan kesal, aku menampar pipinya dengan tangan kananku.
PLaaaaK...
"Aku benci senyumanmu!", ketusku sambil mulai menapaki anak tangga menuju kamarku yang terletak di lantai 2.
Sesampainya di kamar. Aku meraih remote AC yang tergantung di dinding, dan menekan tombol power. Dengan kesal aku melempar remote itu ke ranjang. Aku menjatuhkan diri di atas ranjang, mencengkram dada sebelah kiriku.
"Menyakitkan~", keluhku.
TooooK TooooK...
Terdengar suara ketukan pintu.
"Permisi", kata Sasuke sebelum masuk ke kamarku.
"Wah! Kamarmu benar-benar luas dan rapi!", seru Sasuke terpesona setelah melihat sekeliling.
"Kamarmu 3 kali lipat lebih luas dari kamarku. Tapi, kamar ini sedikit dingin, ya Naru", sambungnya.
"Kamseupay!", umpatku.
"Kamseupay?", tanyanya bingung.
Aku bangkit berdiri dan duduk di atas ranjang.
"Aku heran, dari mana mama memungutmu? Dan mengapa mama bisa memungut Kamseupay sepertimu!", sindirku sambil berpangku tangan.
"Mama tidak memungutku. Aku diadopsi olehnya. Sebelumnya aku berasal dari Desa Oto, tepatnya dari Panti Asuhan Chidori", jelasnya panjang lebar tak lupa dengan tersenyum, "Kalau boleh tahu, Kamseupay itu apa ya?", tanyanya penasaran dan diakhiri dengan senyuman lagi.
"Cih!", umpatku sambil meraih teko kaca ukuran 1L berisi air yang terletak di atas meja sebelah ranjang.
Aku menarik tutup teko dan menyiram wajahnya dengan air yang ada di teko.
"Jangan tersenyum di hadapanku. Itu terkesan menertawakanku!", desisku sambil meletakkan tutup teko dan teko ke asalnya.
"Aku tidak menertawakanmu. Jadi, hilangkan kesan itu dari pikiranmu, adikku", jelasnya sambil menyeka air dari wajahnya.
"Aku bukan adikmu, Kamseupay!", marahku sambil menampar pipi kirinya lagi.
"Mama bilang, kau adikku, dan aku akan berusaha untuk menjadi kakak yang baik untukmu. Karena itu janjiku pada mama sebelum aku diadopsi. Jadi, terimalah aku sebagai kakakmu, Naru", jelasnya sambil tersenyum lagi.
"Kau membuatku muak!", teriakku sambil meraih teko tadi dan bermaksud menghantamkan ke dahinya. Tapi tanganku terhenti ketika melihat tatapannya yang begitu sendu.
Aku menjatuhkan teko dengan kesal.
PRaaaaNG...
Teko itu pecah ketika membentur lantai.
"Mengapa... kau tidak menghindar!", teriakku sambil menahan sakit di dada kiriku.
"Tubuhku tidak bisa merespon cepat atas serangan yang begitu tiba-tiba", jelasnya yang terdengar seperti gurauan.
"Kuso!", umpatku sambil mencengkram kuat dada kiriku.
Benar-benar sesak dan menyakitkan. Penyakit sialan ini kambuh lagi! Aku tidak sanggup menahan berat tubuhku. Apakah aku akan jatuh menimpa pecahan teko kaca tadi? Aku hanya bisa pasrah menjatuhkan diri.
BRuuuuK...
Akupun terjatuh. Pandanganku mulai kabur, aku hanya bisa melihat wajah Sasuke yang tidak begitu jelas.
"Mana yang sakit, Naru?", samar-samar tedengar suara Sasuke yang begitu panik.
Dengan perlahan, aku membuka kedua mataku.
"Bagaimana keadaanmu, Naru?", tanya mama yang duduk di pinggir ranjang sebelah kiriku.
"Menyedihkan", jawabku.
"Kendalikan emosimu, sayang. Jangan mudah marah", pesan mama sambil mengusap-usap rambut pirangku.
Aku sudah bosan mendengar pesan mama yang isinya seperti itu terus.
Aku membalikkan badanku membelakangi mama.
"Mengapa harus mengadopsi dia?", tanyaku.
"Supaya kau tidak kesepian", jawab mama.
"Aku sudah terlanjur kesepian. Aku sudah terbiasa dengan itu. Jadi apa yang mama lakukan itu sudah terlambat dan tidak berguna", kataku lirih.
"Jangan berkata seperti itu. Mama akan selalu memberi yang terbaik untukmu",
"Dengan kehadirannya, apakah itu yang terbaik untukku?",
"Iya. Sasu-chan itu anak yang baik. Dia punya jiwa seorang kakak. Dan mama rasa, kau butuh sosok kakak seperti dia. Dia akan menjagamu, menemanimu, bermain denganmu, dan kau juga bisa berbagi cerita padanya. Karena kalian seumuran, mungkin kalian akan cepat akrab", bujuk mama.
"Aku tidak butuh dia. Aku tidak butuh seorang kakak. Kalau mama masih menyanyangiku, tolong pulangkan saja dia", pintaku.
"Mama tidak akan memulangkannya", tolak mama.
"Kurasa, mama lebih menyayanginya daripada aku. Tentu saja, karena dia sehat, sedangkan aku penyakitan. Setelah papa meninggal, kakek pasti butuh seorang penerus untuk meneruskan perusahaannya. Karena aku tidak punya harapan, makanya mama mengadopsi anak untuk menggantikan posisiku", jelasku panjang lebar mengeluarkan semua uneg-uneg yang selalu menghantuiku.
"Jadi, seperti itukah jalan pikiranmu!", ketus mama marah.
"Iya! Aku...takut... Aku... benar-benar takut, jika apa yang aku pikirkan ini menjadi nyata. Aku...tidak ingin posisiku tergantikan oleh dia, atau siapapun. Aku...tidak ingin diremehkan ataupun dikasihani hanya karena aku sakit. Aku ingin mereka tahu bahwa aku juga bisa", jelasku menahan supaya aku tidak menangis.
Mama memelukku dari belakang. Aku dapat merasakan bahwa mama sedang menangis.
"Mama tidak akan membiarkan siapapun menggantikan posisimu. Inilah janji mama untuk masa depanmu. Jangan takut, karena kau masih punya harapan. Meskipun kau sakit dan berbeda dengan mereka, tapi mama yakin kau bisa menjadi yang terbaik",
Perkataan mama membuatku sedikit tenang. Tapi, aku tidak bisa terlalu berharap sepenuhnya dengan janji mama.
Terputus
Review pleae :D
