"Yaaaaaaaakk!"
Jeritan laki-laki itu mengalun keras di pagi hari yang seharusnya tenang.
Pipinya merah padam, dan matanya melotot kesal melihat gadis yang tengah berdiri di pintu balkon kamarnya tersenyum dengan cerah padanya tanpa dosa sama sekali.
Bagaimana ia tidak kesal?!
Ia keluar dari kamar mandi dan menemukan seorang gadis yang bahkan sudah berumur 18 tahun tengah menatapnya jelas tanpa malu-malu dengan balutan handuk saja dipinggang.
Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika menjadi laki-laki itu?
"Celana dalam warna apa yang kau kenakan hari ini?"
Apa dia seorang maniak? Pertanyaan macam apa itu?!
Ia semakin melotot pada gadis itu. "Kau itu benar-benar gadis gila!"
"Aku hanya ingin menyamakan warna underwearku dengan underwearmu. Itu romantis sekali kan?"
.
.
.
~ Girl Next Door ~
.
.
.
Mark Lee.
Laki-laki berumur 19 tahun yang mempunyai fans club tersendiri karena paras tampannya. Pintar akademik, bahkan juga nonakademis. Flower boy bagi para remaja disekitarnya.
Tapi sejujurnya, Mark membencinya. Jika ia boleh memilih, ia lebih suka menjadi seseorang yang biasa saja. Hidupnya tidak bisa tenang sama sekali dengan kelebihan berlimpah ini. Terutama pada tetangganya.
Lee Donghyuck, gadis yang lebih sering dipanggil Haechan. Tetangga aneh yang membuat gairah hidupnya berkurang setiap harinya.
Gadis yang terlalu ceria, hiperaktif, aneh dan sangat cerewet. Benar-benar kepribadian yang bertolak belakang dengannya. Kata pertama ketika namanya disebut, yang ia ingat hanya kata 'stres dan gila'dikepalanya.
Mereka sudah bertetangga sejak dahulu kala, mungkin dari nenek moyangnya juga. Rumah mereka bersebelahan dan ia harus mengakui orang tua mereka sudah terlampau dekat. Sampai-sampai kamar mereka berdua bersebalahan dan hanya dipisahkan oleh tembok dan bahkan balkon kamar mereka bisa mereka lewati tanpa takut untuk jatuh saking dekatnya rumah mereka. Itulah alasan mengapa gairah hidupnya semakin berkurang tiap harinya.
Pagi ini saja gadis itu sudah melewati batas lagi!
Ia tahu bahwa mereka sudah bertetangga sejak dalam kandungan, tapi tidak berarti gadis itu bisa seenaknya saja masuk ke dalam kamarnya. Dia laki-laki 19 tahun! Dan dia gadis 18 tahun yang bahkan sudah mendapatkan menstruasi pertamanya! Mereka sudah bukan lagi anak ingusan yang tiap kalah bermain akan menangis dan mengadu pada orang tua mereka. Demi apapun! Dia perlu privasi!
Geez
Gadis itu tidak mengerti hidup sama sekali.
"Markurius!"
Dan terjadi lagi...
"Kenapa kau tampan sekali?"
Lihat tatapan anehnya itu?
"Eh kau mau pergi kemana? Aku membawakanmu minum."
Kaos olahraganya ditarik begitu saja.
Ia meliriknya malas melihat sebotol kaleng soda dingin terjulur didepannya. Gadis itu tersenyum lebar seperti biasa.
Tanpa basa basi, ia mengambilnya dan kembali duduk. Jika ia menolaknya, gadis itu akan tetap bersikukuh agar ia menerimanya. Dan itu akan membuatnya terjebak lebih lama lagi dengan tetangga anehnya ini.
"Sejak kecil aku tahu kalau kau akan tumbuh menjadi laki-laki tampan seperti ini. Oleh karena itu aku menikahimu."
Ia tersedak. Terbatuk-batuk karena kaget dengan wajah Haechan yang mendekat aneh padanya. Gadis itu dengan sigap mengarahkan kaos olahraganya untuk mengelap bibirnya.
Matanya melotot. "Apa kau tidak punya tisu atau sapu tangan?!" tanyanya heran dan kesal setelah berhasil mengosongkan soda dari tenggorokannya.
"Aku hanya punya ini." Ujarnya sambil menunjukkan kaos olahraganya yang sudah berubah warna akibat soda.
"Itu jorok! Jangan lakukan lagi." Bahkan urat-urat lehernya terasa sedikit menegang saking kesalnya. Mereka habis berlari di lapangan, bermain bola, dan tentu itu semua membuat mereka berkeringat bukan? Gadis ini memang tidak tahu bagaimana cara hidup sama sekali.
Gadis itu mengedikkan bahu ringan. Tidak terganggu dengan petuah Mark sedikitpun. "Itu keadaan darurat. Kau mungkin saja bisa mati karena tersedak."
Ia memutar mata kesal. Tidak masuk akal.
"Kenapa kau tidak mengatakan terima kasih dengan cara yang lebih normal saja? Daripada mengatakan jorok. Aku akan lebih suka."
Lehernya tiba-tiba saja terasa kaku. Soda dingin yang ada ditangannya bahkan tidak bisa membuatnya lebih tenang. Ia mengurut tengkuknya.
"Kau bercanda?"
Gadis itu tertawa ringan, "Baiklah. Itu memang caramu. Sama-sama kalau begitu."
Ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Haechan memang diciptakan untuk mengukur seberapa panjang kesabaran seorang Mark Lee setiap harinya.
"Ganti bajumu. Pelajaran selanjutnya akan dimulai."
Itu adalah strategi agar Haechan segera pergi darinya. Sudah cukup setiap harinya ia melihat gadis ini dimana-mana. Ia butuh ruangan tanpa 'Lee Donghyuck'! Walaupun itu singkat.
Haechan menatapnya aneh lagi, jika ia tidak salah lihat ada binar binar aneh disana.
"Ayo ganti baju bersama!"
Lagi-lagi tengkuknya menjerit minta diurut. Lihat tatapan yang semakin berbinar itu? Apa dia serius? Ia bertanya-tanya dimana letak kesalahan otak gadis itu. Jika ia bisa mereparasinya, maka ia akan mereparasinya sekarang juga.
.
.
.
~ Girl Next Door ~
.
.
.
"Tidak bisakah kita pindah rumah saja, bu?" Mark menekan pertanyaannya, menunjukkan betapa serius ia mengatakannya.
Wanita setengah baya itu tersenyum geli sambil melanjutkan kegiatan memasaknya. "Ini tentang Haechan?" Tanpa mengangguk, ibunya sudah paham kalau tebakannya benar.
"Ibu pikir Haechan menggemaskan."
Mark nyaris menyemburkan air mineralnya ke wajah ibunya jika Mark tidak bisa menahannya dengan tepat. Ia hampir tersedak untuk kedua kalinya dalam satu hari?! Keburuntungan yang bagus.
"Bagaimana makhluk itu bisa menggemaskan?!" ia tidak bisa menahan kejengkelannya mengetahui pendapat ibunya sendiri.
"Ibu suka melihatnya menempel padamu."
Untuk kesekian kalinya, ia semakin yakin bahwa pindah rumah adalah pilihan yang sangat bijak untuk dirinya dan keluarganya.
"Ibu tidak berencana untuk menjodohkan aku dengan dia kan?" semoga dugaannya ini salah besar.
"Jika kau mau, ibu bisa mengaturnya."
Mark melotot mendengarnya. Ibunya ini lama-lama juga seperti Haechan. Virus Haechan benar-benar mematikan. Pilihan yang sangat tepat untuk menjauhinya.
.
.
.
.
Give me your thought ^^
Next or Delete?
