[ Calling ]
Cast :
Min Yoongi X Park Jimin
Kim Namjoon, Kim Seokjin
Genre :
Angst (ga yakin tapi)
[!] Typo(s), OOC, BL
.
.
"Shit!"
Minggu pagi yang indah, diawali dengan umpatan dari laki-laki yang sedang bergumul dibalik selimutnya. Ponselnya terus berdering sejak setengah jam yang lalu. Tubuhnya terlalu malas untuk sekedar beranjak mengambil ponselnya. Dan lagi, ia baru sampai di apartemennya pukul 3 pagi.
Ini hari libur. Dan idiot mana yang berani menghubunginya jam 5 pagi. Bahkan matahari saja belum bangun, kenapa dia berani-beraninya membangunkannya.
Ponselnya kembali berdering nyaring. Akhirnya laki-laki bermarga Min itu menyerah. Membangunkan dirinya, mengambil ponsel dan tanpa babibu ia berucap "Halo?"
"…Yoongi hyung" ucap suara dari seberang telfon.
Min Yoongi mematung seketika. Suara ini. Suara yang sangat familiar ditelinganya. Di hatinya.
"Hyung.." ucap suara itu lagi, terdengar lebih lirih.
Yoongi menggeleng keras. Dengan tangan bergetar, ia mencoba menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat nama dari penelfon yang membuat kepalanya pening.
Park Jimin.
Laki-laki dua puluh lima tahun itu menghela nafas gusar. Tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Sambungan telfon masih berjalan, tapi tidak ada diantara mereka yang berbicara. Membuat suasana kamar Yoongi menjadi lebih sunyi.
"Hyung, aku merindukanmu.."
Setetes air mata jatuh dari manik obsidian Yoongi. Ia kembali mendekatkan ponsel ke telinganya. Bibirnya ia gigit kuat-kuat demi menahan isakan. Katakanlah Yoongi cengeng, tapi ia benar-benar tidak bisa menahannya. "J-jimin.. Ini benar kau Jimin? S-sayang?" kata Yoongi terbata. Diremasnya selimut disebelahnya. Meluapkan emosinya.
"Ya, hyung.. ini aku" Yoongi benar-benar tak kuasa menahan tangisnya. Selama ini, pemuda Min itu mati-matian berusaha kuat didepan semua orang. Bahkan Namjoon dan Seokjin yang selama ini berada disisinya sebagai sahabat tidak pernah melihatnya menangis sejak kejadian itu.
"Aku pernah berjanji untuk menghubungimu lagi kan? Sekarang aku menepati janjiku" Yoongi hanya diam. Tak sanggup bicara. Ia hanya mendengarkan, menikmati suara yang selama ini dirindukannya. Karena Yoongi berpikir, bisa jadi ini hanya mimpi dan akan segera terbangun sebentar lagi.
"Hyung, hiduplah dengan bahagia. Berhenti memikirkanku. Aku baik-baik saja disini, okay?"
"Kau dimana?! Katakan kau dimana, Jimin?" ucapnya gusar. Melompat dari ranjang, mengambil kunci mobil di nakas dan segera berlari keluar apartemen. Laki-laki itu tidak peduli jika ia hanya memakai kaos kebesaran dan celana training hitam tanpa alas kaki. Yang terpenting adalah ia bisa bertemu Jimin. Jimin-nya.
"Kau tak akan bisa menemukanku dimana pun, hyung. Karena dunia kita sudah berbeda. Aku diberi kesempatan untuk bisa menghubungimu karena aku dulu telah berjanji dan aku tidak ingin mengingkari janjiku. Kembalilah ke apartemen" perintahnya.
"T-tidak! Aku pasti bisa menemukanmu, Jim. Hanya katakan padaku kau ada dimana dan aku akan segera kesana" Yoongi berhenti berlari ketika sampai didepan mobilnya, ia kembali gusar tapi ia harus menemukan Jimin secepatnya.
"Hyung, dengarkan aku"
"Jimin, kumohon…"
"Waktuku tidak banyak hyung…" lirihnya. Yoongi mengurut pangkal hidungnya dan berusaha menahan dirinya untuk tidak nekat membawa mobilnya membelah jalan Seoul dan mencari Jimin.
"Berhentilah hidup seperti ini. Mulailah belajar untuk mengurus dirimu sendiri. Tanpaku. Kau tau aku selalu mencintaimu, hyung. Jadi mulalilah hidup seperti sebelum kau mengenaku. Kau bisa kan? Aku yakin kau bisa, hyung"
"Dan juga… aku minta maaf untuk waktu itu karena marah padamu dan membuat kita seperti ini... maafkan aku"
"Ah.. kurasa sudah waktunya. Hyung, aku mencintaimu. Selalu. Selamat tinggal" Mata Yoongi membulat. Tidak. Panggilan ini belum berakhir. Ia belum mengatakan bahwa hidupnya tersiksa tanpa Jimin disampingnya. Hidupnya hancur. Ia tidak bisa lagi merasakan apa itu kasih sayang. Apa itu cinta. Hanya pada Jimin ia bisa merasakan itu. Dia tidak lagi marah pada Jimin karena hal sepele itu. Dia ingin Jiminnya disini. Sekarang. Disisinya.
Layar ponselnya sudah berubah hitam. Yoongi berusaha untuk menghubungi Jimin lagi tapi hanya operator wanita yang menjawabnya. Berkali-kali seperti itu hingga akhirnya ia terduduk di lantai basement. Menangis.
.
.
"Apa yang terjadi dengan Yoongi kemarin, Namjoon?" Tanya Seokjin pada laki-laki berlesung pipi didepannya.
"Saat aku ingin mengantarkan dokumen yang harus ditanda tanganinya, aku menemukannya di basement. Dan dia sedang menangis" Seokjin diam. Namjoon menghela nafas.
"Ini sudah 3 tahun. Apa dia akan terus-terusan seperti itu? Apa dia tidak peduli dengan hidupnya?!" Namjoon berkata emosi. Seokjin berusaha menenangkan kekasihnya itu dengan menggenggam tangannya lembut. "Yoongi pasti sangat mencintai Jimin. Setelah Jimin meninggal ia tidak pernah menangis. Dia pasti sangat merindukan Jimin"
Seokjin dan Namjoon adalah sahabat Yoongi. Mereka yang ada untuk Yoongi ketika Jimin meninggalkan semua orang. Merawatnya. Menguatkannya. Dan membantu untuk melupakan Jimin. Mereka tau bahwa Yoongi sangat mencintai Jimin. Bergantung pada Jimin. Poros hidupnya hanya pada Jimin. Tapi semenjak Jimin pergi, Yoongi menjadi acuh dengan hidupnya.
Bekerja terus menerus. Jarang makan jika Seokjin tidak datang mengunjunginya. Sering melamun. Apartemen berantakan. Dan tidak peduli pada orang lain. Hal ini membuat Seokjin maupun Namjoon selalu mengecek keadaan Yoongi. Setiap hari secara bergantian. Meskipun semua perhatian dua sahabatnya hanya dianggap perhatian atas dasar simpati. Menurut Yoongi.
Park Jimin.
Laki-laki kekasih Min Yoongi itu pergi sesaat setelah mereka bertengkar karena Yoongi membatalkan kencan mereka secara sepihak. Padahal Jimin telah membuat jadwal kencan yang berbeda dari biasanya. Menikmati sungai han sore hari ditemani ramen dan cola serta pelukan hangat kemudian akan berjalan-jalan malam di daerah Hongdae. Karena mereka biasanya akan berkencan di apartemen Yoongi ataupun Jimin dengan alasan Yoongi malas keluar rumah.
Tapi karena pertengkaran kecil itu Jimin menjadi marah pada Yoongi, dan pergi dari sungai han dengan luapan emosi. Ia menganggap Yoongi hyung-nya sudah tidak menghargainya. Di akhir sambungan telfon ia hanya bilang akan menghubungi lelaki pucat itu nanti. Dan Yoongi tidak percaya itu menjadi percakapan terakhirnya dengan sang kekasih.
Jimin itu ceroboh. Dia keras kepala. Emosinya membuat lelaki berambut blonde itu tidak peduli dengan sekitarnya. Ia menerobos lampu merah pejalan kaki, tertabrak mobil dan meninggal di tempat.
Hingga Min Yoongi menyesal setengah mati.
.
.
"Aku juga mencintaimu, Jim. Hubungi lagi aku nanti"
!
Hello~ Jadi aku author baru yang mencoba peruntungan di dunia per-FF-an lagi setelah 4 tahun hiatus hehe..
Minta saran dan kritiknya yaa para readers ffn ^^ karena ini berpengaruh banget sama aku apakah harus lanjut nulis cerita lagi atau berhenti cukup sampe sini aja
Aku juga ada rencana buat nulis sequelnya ini juga, sekalian minta saran apa kudu dibikinin atau engga, kalo banyak yang minta ya dibikinin secepetnya wkwk
Makasih yang udah baca dan review, Yoonmin love you 3
