Judul : Beauty dan Kyuubi
Chapter 1 :
Author : Kakashy Kyuuga
Disclsimer : Naruto punya om Masashi ^_^
Genre : Fantasy and romace.
Pairing : Naruhina, SasuHina
Tersebutlah di sebuah istana yang jauh dari dunia luar, sebuah istana yang tak pernah tertulis dalam sejarah mana pun. Sebuah istana yang jika mendengarnya pun akan meragu tentang keberadaannya, sebuah istana yang tentu saja telah hilang dalam cerita kehidupan modern saat ini, sebuah istana yang tak mungkin di kenang apa lagi di ceritakan, sungguh ironis keberadaan istana itu harus berakhir tanpa sejarah seperti ini.
Namun, hal inilah yang membuat seorang pria separuh baya menjelajahi seluruh dunia untuk mencari penggalan-penggalan dari kisah istana ini, kisah istana yang hanya di ceritakan dan di sampaikan dari mulut ke mulut orang-orang tertentu.
Tidak sembarang orang dapat menceritakan kisah istana dan pangeran yang menjaganya, tidak semua orang. Hanya orang tertentu, mereka sangat sedikit bahkan sangat langka, merekalah yang menjaga kisah ini agar tetap ada.
Merekalah yang menyebarkan kisah ini, kisah tentang sebuah istana yang megah dan mewah di tengah hutan Konoha, sebuah istana misterius dari berabad-abad yang lalu, sebuah istana yang di kutuk.
20 tahun yang lalu pria separuh baya dengan ciri khas mata klannya yang serupa amethyst, pria ini tak sangaja bertemu dengan seorang pemuda yang tengah mabuk di sebuah bar. Tak sengaja dia mendengar igauan pemuda itu mengenai sebuah istana yang megah di tengah hutan, jika seseorang bisa menemukan istana itu maka dia telah menemukan harta karun yang tak terkira.
oOo
Bulan di langit malam Konoha meredup, seiring menggelapnya kota Konoha yang tertutup awan cumulus. Angin bertiup kencang menggoncangkan segala yang dia temui dan akhirnya menimbulkan suara-suara gemuruh nan menakutkan. Perlahan, awan pun memuntahkan isinya berupa deraian air yang lebat membasahi tanah Konoha.
"Tou-san, di luar sedang ada badai," suara seorang gadis belia berusia sekitar 14 tahun mencoba menahan ayahnya di depan pintu.
"Tou-san tidak bisa berdiam diri saja seperti ini, penelitian ku sebentar lagi akan selesai!" pria bersurai coklat panjang itu bersikeras tetap ingin pergi.
"Aku tidak akan membiarkan tou-san pergi, sebentar lagi Hinata-nee-chan akan pulang. Aku tidak ingin dia bersedih lagi karena tou-san!" gadis itu kembali mencoba menahan ayahanya.
Dhuuuaaarrr!
Suara Guntur memecah di udara malam menambah suasana genting di rumah sederhana milik mereka, lilin yang menyala sesekali bergoyang akibat hembusan angin yang masuk ke dalam rumah melalui celah-celah dinding yang terbuka.
"Ini juga demi nee-chan mu dan kamu, Hanabi. Hanya ini satu-satunya cara untuk mengambil kembali rumah dan semua harta kita dari tangan mereka, sebentar lagi. Sebentar lagi, tuo-san hamper menemukan istanah itu," pria bersurai coklat panjang itu menatap yakin pada putri bungsunya, berharap putrinya memahami apa yang dia rasakan dan apa yang dia pikirkan.
"Tapi, tou—."
"Tou-san tak akan lama, tou-san akan segera kembali. Saat kembali, tou-san akan membawa emas untuk kalian, agar kau dan nee-chan bisa beli pakaian yang bagus," pria itu memotong kata-kata putrinya, dia tersenyum pahit melirik gaun kusut dan kotor yang di pakai putrinya, dia tidak ingin menyogok putrinya seperti apa yang terlihat, dia hanya ingin menyenangkan kedua putrinya.
15 tahun yang lalu, mereka adalah keluarga yang sangat kaya. Namun karena penipuan dari salah satu temannya, akhirnya pria itu kehilangan seluruh harta kekayaannya dan jatuh miskin. Setelah kejadian itu, istrinya jatuh sakit dan kemudian meninggal.
Sejak saat itu kehidupan mereka mulai keras, tak ada yang mengenali mereka sebagai keluarga kaya lagi. Sekarang mereka hanyalah kumpulan pengemis di tepian jalanan, berharap mendapat sedikit belas kasihan.
Melihat penderitaan kedua putrinya, akhirnya membuat pria itu kembali teringat pada cerita tentang istana yang hilang itu. Meski dia tahu jika cerita itu hanyalah sebuah dongeng dan tak setenar kisah yang lain, bahkan mendengar ceritanya saja tidak pernah.
Keadaannya memaksannya untuk mengambil tindakan, akhirnya tanpa memikirkan kebenaran cerita itu, pria itu mulai menjelajahi seluruh negeri Konoha untuk menemukan penggalan kisah istana misterius itu. Namun, bertahun-tahun dan sejauh apa pun dia mencari, dia sama sekali tidak menemukan bukti yang bisa menguatkan cerita itu.
Suara pintu di ketuk akhirnya menyadarkan pria itu dari kenangannya, dia segera menatap pintu yang perlahan terbuka memperlihatkan seorang gadis bersurai indigo panjang, iris matanya sangat mirip dengan kedua orang yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan cemas.
"Nee-chan!" gadis bersurai coklat panjang histeris saat melihat kondisi kakak perempuannya yang selain basah kuyub wajahnya juga terdapat memar.
"Hinata! Apa mereka melakukannya lagi padamu?" satu-satunya pria di antara mereka juga ikut terkejut dan marah saat melihat kondisi putrinya.
"Tou-san, Hanabi. Aku tidak apa-apa, aku melakukan kesalahan. Ini hanya luka memar, di kompres sebentar juga akan hilang," jawab gadis indigo itu dengan senyum ringannya, seharusnya dia tahu ke dua orang tersayangnya tidak akan percaya dengan senyum palsunya itu.
"Aku akan mengobati lukamu," ucap Hanabi pelan memedam perasaan sedihnya seraya berjalan meninggalkan kakak dan ayahnya yang masih berdiri di depan pintu.
"Hinata, izinkan tou-san untuk pergi. Tou-san janji, akan membuat hidup kalian lebih baik lagi. Jadi berhentilah bekerja di keluarga uchiha, tou-san tidak ingin mereka memperlakukan mu seperti ini!" suara pria itu terdengar bergetar Menahan amarah dan penyesalan.
Sekali lagi senyuman yang ringan namun terlihat ikhlas dan tenang itu kembali tergambar di wajah putih nan nan cantik milik gadis itu, dia melangkah mendekati ayahnya dan memeluknya.
"Aku sangat menyayangimu, ayah. Cerita istana yang hilang itu tidak ada, itu hanya cerita hayalan yang di buat-buat. Aku mohon, ayah. Jangan lakukan itu lagi, aku tidak apa-apa hidup dan bekerja seperti ini," suara halus gadis itu sekali lagi memakukan ayahnya, membekukan segala ide yang sudah dia siapkan untuk membuat putrinya menyerah.
"Hi, Hinata. Kau menganggap ayah gila?"
Hinata, gadis indigo itu mengeratkan pelukannya. Seakan ingin mejelaskan melalui pelukannya tentang perasaannya yang sebenarnya. "Aku hanya tidak ingin kehilangan ayah lagi," bisik gadis itu pelan.
oOo
Angin bertiup kencang, seolah tengah meronta dari kekangan alam. Suara gemuruh kilat dan Guntur saling sahut menyahuti menghiasi langit malam Konoha yang gelap dan kelam. Dedaunan beterbangan menari dan pasrah di terbangkan angin, terbang jauh entah kemana angin akan membawanya.
Dedaunan yang beterbangan mengarungi hutan, menyebrangi sungai, melewati gunung-gunung dan akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pagar tua dan hancur termakan alam.
Suara gemuruh dan petir yang bergemuruh memberikan kesan angker pada bayangan pagar yang di liliti tanaman merambat. Petir yang bersinar sedikitnya memberikan penerangan pada apa yang ada di dalam pagar itu.
Dhuaaarrr!
Sebuah puing-puing bangunan tampak tua dan tak terurus telihat saat cahaya petir menerangi langit malam. Sebuah bangunan yang sangat besar, bahkan terlalu besar untuk ukuran seorang bangsawan terkaya. Bangunan tua yang tak terurus dan terbengkalai di tengah hutan yang sulit untuk di tembus.
Tapi, mengapa ada bangunan seperti itu di tengah hutan?
Hhhoooaaarrrrrggghhhh!
Brruuukkkhh!
Samar-samar dari kejauhan terdengar suara geraman yang menyeramkan disusul suara gemuruh yang menggemparkan seisi hutan, burung-burung beterbangan, seluruh penghuni hutan berlari ketakutan menjauhi pagar istana.
Sementara itu di luar pagar seseorang bertudung berdiri di bawah bayangan pepohonan menyembunyikan sebagian tubuhnya, sosok itu menatap jauh ke dalam pagar tua itu seolah tengah melakukan komunikasi dengan seseorang yang tak terlihat.
"Akan ku pastikan membawanya kembali, putri yang akan membebesaskan mu, pangeran."
oOo
Hhooaaarrrggghhh!
Hinata tersentak bangun dari tidurnya saat dia mendengar suara geraman dari kejauhan.
"Nee-chan, apa kau bermimpi buruk lagi?" Tanya Hanabi saat dia melihat kakaknya ketakutan.
"Ti, tidak. Nee-chan hanya kaget bangun, nee-chan harus segera ke rumah Uchiha," jawab Hinata mengelak dari pertanyaan adiknya.
Di setiap malam dia selalu mengalami mimpi yang sama, dia mendengar suara geraman dari kejauhan, suara geraman yang lama-lama terdengar sedih.
Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah, Hinata bergegas pergi ke rumah majikannya. Uchiha. Bangsawan terkaya di Konoha, bangsawan yang telah berhasil menyingkirkan saingan terberat mereka, bangsawan Hyuuga dan membuat heires Hyuuga menjadi maid di keluarga Uchiha.
oOo
Praakk!
"Sasuke sama, berhentilah membanting barang-barang Mikoto sama!" seorang pria berkaca mata hitam bulat histeris panic tak mampu menghentikan si bungsu Uchiha ini.
"Sudah aku bilang pada mu, ebisu! Siapa yang menyuruh Hinata kembali ke rumahnya!" teriak pemuda bersurai raven tak peduli pada butlernya yang stress antara hidup dan mati.
"Itu, itu Mikoto sama yang menyuruhnya," jawab Ebisu gugup, dia takut jika jawabannya akan membuat majikannya ini makin marah.
"Sasuke, Hinata itu bukan boneka mu. Dia itu adalah pelayan di rumah ini, jangan berbuat seolah dia adalah milikmu," pria bersurai hitam panjang di kuncir tiba-tiba muncul di antara mereka dan menatap kasihan pada keramik-keramik korban kemarahan adiknya. Pria itu hanya mendengus pelan melihat aksi brutal adiknya.
"Setelah ini, Hinata harus tinggal di sini. Dia hanya boleh melayaniku!" balas Sasuke seraya berjalan meninggalkan kakaknya yang hanya tersenyum lucu padanya.
Langkah Sasuke sedikit tertahan saat dia melihat gadis indigo yang berjalan ke arahnya sambil melamun membawa keranjang pakaian. Sebuah seringai terukir di wajah putihnya, Sasuke kembali melanjutkan jalannya mendekati gadis indigo itu, dan—.
Bruk!
"Ittai!" rintih Hinata kesakitan karena tepian keranjang pakaian menekan perutnya.
"Apa yang kau lakukan?!"
Hinata terbelak kaget begitu dia mendengar suara majikannya, sungguh diantara semua majikan di rumah ini, Sasuke adalah majikan yang selalu coba dia hindari.
"Su, sumimasen. Sasuke sama," jawab Hinata pelan, dia tidak berani mengangakat wajahnya, apa lagi melihat wajah majikannya yang satu ini. Melihat wajahnya akan menambah penderitaannya.
"Sepertinya kau kesakitan?" Hinata terbelak kaget, apalagi kini tangan Sasuke bergerak menyentuh wajahnya. Napasnya seakan tercekat di tenggorokan membuat dia semakin tersiksa. Sontak Hinata langsung bergerak mundur, menjauh dari majikannya, membuat tangan Sasuke yang menyentuhnya terlepas.
Iris onyx Sasuke membulat, seolah ada sesuatu yang menyengat hatinya. "Mengapa kau selalu menjauhi ku, Hinata?" Tanya Sasuke tanpa menurunkan tangannya.
"Aku, aku, ada pekerjaan yang harus aku selesikan!" jawab Hinata ketakutan, tangannya meremas kencang keranjang pakaian.
Tap, Sasuke melangkah mendekati Hinata dan berhenti di depannya. Kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata, Hinata yang merasakan hal itu tercekat dan begrerak mundur, namun sebelum niatnya terwujud Sasuke lebih dulu menahan tangannya dan kemudian menariknya hingga wajah Hinata menabrak dada bidang Sasuke.
"Tugas mu adalah melayaniku, hari ini dan selamanya!" bisik Sasuke.
"Lepaskan aku, Sasuke—sama," kata Hinata pelan dan terdengar berat seraya mendorong tubuh Sasuke menjauh darinya, dia tidak suka di perlakukan seperti ini oleh Sasuke.
"Aku tidak akan melepaskanmu, aku akan mengembalikan derajatmu. Menikalah denganku," balas Sasuke mengabaikan permintaan Hinata dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku tahu kau tidak sedang hilang ingatan, aku bukanlah pilihan yang tepat untuk seorang pangeran seperti mu. Lagian, hubungan kita sudah lama berakhir," kata Hinata yang tak mampu berbuat apa-apa dalam dekapan Sasuke. Jika ingin jujur, dia sangatlah merindukan mantan tunangannya ini, merindukan cintanya.
"Meski kau bukan lagi seoranhg heires aku tidak peduli, karena kau adalah heires yang sebenarnya di hatiku. Aku mohon, janganlah menjauh dariku," bisik Sasuke pelan.
Sungguh perasaan Hinata seakan hancur, dia benci melakukannya, tapi dia tidak mampu menahannya. Setetes air mata jatuh mengaliri pipi porselinnya.
"Sasuke sama, aku mohon lepaskan aku," kata Hinata mencoba tegar seraya melepaskan dirinya dari dekapan Sasuke. "Aku harus bekerja."
"Sampai kapan kau akan bersikers seperti ini, meski kau bekerja selama hidup mu kau tidak akan mampu membayar semua hutang ayahmu!" kata Sasuke seraya melepaskan pelukannya dan mencoba kembali meyakinkan Hinata akan perjuangan sia-sianya.
Hinata bergerak mundur setelah Sasuke melepaskannya, "Aku, aku—," Hinata mencoba menatap mata Sasuke, mencoba meyakinkannya. "Aku bisa membayar semuanya," lanjut Hinata seraya kembali berjalan melewati Sasuke sambil menunduk menyembunyikan matanya yang memerah
Sasuke terdiam, dia membiarkan Hinata pergi. "Kita lihat saja, nanti. Akan ku buat dirimu mengemis di depanku!"
Sementara itu, di sisi lain. Sisi yang tersmbunyi oleh tiang-tiang pilar tampak seorang pria lain berdiri menatap intens mereka.
"Sasuke, sebaiknya kau berhenti mengejar maid itu. Apa kau lupa, semakin kau mendekatinya, maka tou-san akan semakin membuatnya dan keluarga menderita," Sasuke mendelik pada pria yang di balik pilar.
"Sejak kapan kau di situ, nii-san?"
"Yah, sejak tadi. Oh, yah. Kau harus siap-siap, putri dari bangsawan Haruno akan datang berkunjung, kau tahu tou-san tidak suka jika rencananya diganggu," kata pria itu seraya berjalan mendekati Sasuke.
Sasuke hanya menatap dingin pada kakaknya itu. "Hn, aku tahu."
oOo
Di luar pagar megah bangsawan Uchiha.
Seorang gadis cantik dengan gaun merah marun terurai indah membungkus tubuhnya yang indah dan membuat kulit putihnya terlihat makin bercahaya, surai pink sebahunya yang indah bergoyang lembut tertiup angin menegaskan kesan seorang putri pada sosoknya.
"Sakura sama, selamat datang," sambut pria bersurai hitam panjang dan di kuncir.
"Itachi nii-chan!" pekik gadis itu bahagia melihat pria itu. "Di mana Sasuke-kun?" Tanya gadis itu begitu dia tidak menemukan Sasuke datang menyambutnya.
"Sebentar lagi dia akan datang, dia sangat senang saat mengetahui kau akan datang berkunjung," tambah Itachi membuat gadis pink itu tersipu bahagia.
"Benarkah?"
"Apa kau meragukan cintaku, Sakura?" Sakura, gadis pink, si putri Haruno itu terkejut saat mendengar suara seksi milik tunangannya.
"Sasuke-kuuuunnnn!" pekik Sakura seraya berlari mendapati Sasuke yang berjalan mendekatinya. Tepat saat itu, Hinata datang hendak melayani Sakura.
"Apa kau merindukan aku, Sasuke-kun?" Tanya Sakura dengan manjanya membuat wajah dingin Sasuke tersenyum lucu, sambil melirik Hinata yang berjalan di belakang Sakura, dia meraih tangan Sakura dan mencium punggung tangan Sakura.
"Setiap hari kau selalu membuat ku merindu, putri Sakura."
Hinata yang mendengar itu hanya menelan paksa ludahnya dan bersikap senormal mungkin meski darahnya berdesir deras.
Melihat kehadiran Hinata, putri sakura merasa terganggu. Dia melirik kesal hinata, "Hinata, kau tidak perlu mengikuti ku. Jika aku butuh sesuatu, aku akan memanggil mu," kata Sakura menghentikan langkah Hinata yang mengikuti mereka.
Hinata membalas mengangungguk pelan dan kemudian berjalan mundur meninggalkan Sasuke dan Sakura berduaan, sementara Sasuke hanya menyeringai puas melihat Hinata yang terlihat canggung.
Melihat itu, itachi berjalan menghampiri Hinata. "Sakura adalah sorang putri yang sempurna, iya kan Hinata?"
Hinata masih menunduk, dia tidak berani menatap Itachi. "Iya, seorang putri yang sangat sempurna dan cocok untuk tuan Sasuke," jawab Hinata pelan.
"Hn, sebaiknya kau jaga jarak dari Sasuke jika kau tidak mau sesuatu terjadi pada keluargamu."
"Aku tahu," jawab Hinata pelan, berusaha menyimpan perasaannya yang tersakiti.
oOo
Nun jauh di sana, di suatu tempat yang tak pernah di jamah oleh manusia selama ratusan tahun. Tempat yang jauh, merentasi hutan, menyebrangi sungai-sungai dan melewati gunung. Sebuah tempat yang sulit di lewati, suatu tempat yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia.
Namun di tengah-tengah hutan yang sunyi itu, di tengah teriknya matahari menyinari bumi. Dari jauh terdengar samar-samar suara derap lari yang saling sahut menyahut dan terdengar lebih dari satu.
"Shikmaru! Berhenti!"
"Cih mendokusai!"
"Sai, turunlah sebentar!"
"Ada apa Gaara? Apa ada yang tertinggal?"
"Antenaku tidak mendeteksi adanya bahaya, ada apa?"
"Woof, woof! Berhenti menggoyang-goyangkan antenamu, Shino! Itu membuatku kesal!"
"Huuu~~, huuu~~."
"LEE! BERHENTILAH BERSUARA ANEH DI SIANG BOLONG INI!"
"Ino-chan, tenanglah. Jangan berteriak nanti kelopakmu berguguran lagi."
Suara derap itu seketika berhenti dan yang terdengar hanya percakapan dari beberapa orang dari balik lebatnya hutan.
"Mengapa kau menghentikan kami, Gaara?"
"Kau tahukan, sebentar lagi kutukan itu akan berkahir."
"Yah, Kiba benar. Kita harus menemukan seorang putri untuk mengakhiri kutukan ini."
"Aku tidak mau terus dan aku tidak ingin hidupku berakhir dengan wujud seperti ini!"
"Karena itu kita harus bergerak cepat."
"Aku tahu, tapi kalian juga tahu. Kita tidak bisa keluar dari hutan ini, atau Shikamaru punya cara lain?"
"Kenapa kalian melihat ku seperti itu? Aku bukan ahli sihir, dan aku tidak bisa menghentikan sihir itu."
"Huu~, huu~. Kemarin aku melihat Kakashi bisa keluar dari hutan ini, tapi dia keluar dalam wujud manusia."
"Itu wajar, mengingat kemampuan Kakashi."
"Tapi dia tidak akan bertahan di luar sana."
"Cih, tak berguna! Kita hanya bisa mengharapkan Kakashi untuk membawa putri untuk pangeran!"
"Putri, cepatlah datang!"
"Dia harus datang!"
Hoooaaarrrggghhh!
Percakapan mereka terhenti saat suara geraman terdengar menggema dalam hutan menerbangkan burung-burung berlarian ketakutan.
"Dia mulai mengamuk lagi, aku sudah tidak tahu bagaimana cara menghentikannya."
"Sebaiknya kita kembali ke istana sebelum dia menghancurkan semuanya."
"Semuanya, ayo kita pergi!"
"Hai!"
oOo
Hari kian menggelap, menggantikan tugas matahari menyinari siang. Bulan yang berteger di langit malam Konoha terlihat meredup, Hinata melangkah keluar dari rumah bangsawan Uchiha dengan langkah yang berat. Peluh membasahi wajahnya hingga membuat surai indigo indah miliknya melepek.
Sementara itu dari pintu yang berbeda, sebuah kereta kencana yang indah melambangkan kebesaran dan keagungan seorang bangsawan keluar dari halaman bangsawan Uchiha. Hinata hanya menatap sedih pada kereta itu, dia menatap sedih pada penghuni kereta itu.
"Selain cantik, putri Sakura juga sangat baik. Dia sangat ramah, lembut dan tidak sombong, sungguh putri yang sempurna. Dia benar-benar sangat cocok untuk seorang pangeran," Hinata hanya berdiam diri mendengar percakapan sesama maid di sampingnya.
"Yah, semoga saja dia mendapatkan seorang pangeran seperti di dongeng-dongeng itu."
"Bukankah, Sasuke sama juga terlihat seperti seorang pangeran?"
Cukup! Telinga Hinata sudah geram mendengar percakapan yang menyebalkan itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Hinata langsung pergi meninggalkan teman-teman maidnya.
Memang, Sakura sangatlah sempurna untuk seorang putri. Menjadikan Sakura sebagai saingan? Itu tidak mungkin, meski dia memenangkan cinta Sasuke itu mustahil baginya untuk bisa memiliki Sasuke.
Hinata melangkah pelan menyusuri jalanan yang masih ramai dengan orang-orang yang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing, dari jauh Hinata masih bisa melihat kereta yang membawa Sakura menjauh melewati kerumununan.
Namun langkah Hinata sedikit tertahan saat dia melihat seseorang bertudung tiba-tiba menghadang kereta Sakura, sepertinya orang itu ingin bertemu dengan Sakura. Tapi sepertinya para pengawal Sakura tidak mengijinkan orang itu menemui Sakura, dan akhirnya orang itu di tendang menjauh dari kereta hingga dia jatuh menabrak beberapa orang.
Setelah melakukan itu, kereta Sakura kembali melaju meninggalkan kerumunan.
oOo
Sedih, marah, kesal. Semua menjadi satu dalam diri Hinata, putri? Seorang putri seperti apa itu? Dia sama sekali tidak seperti seorang putri yang lembut hatinya, dia sama sekali tidak peduli pada orang itu, padahal orang itu benar-benar ingin menemuinya.
"Nona, kau harus menolongku!"
Hinata tercekat kaget begitu sebuah tangan yang dingin dan gemetaran menahan tangannya, ingin berteriak? Tidak, dia akan menarik perhatian orang-orang. Dengan perasaan takut Hinata mendekati orang yang menahan langkahnya itu.
"Anda baik-baik saja? Sepertinya anda tidak sehat?" hati Hinata terenyuh melihat konsdisi orang itu, apa lagi dia tahu siapa orang itu. "Anda yang tadi ingin menemui Sakura sama?"
"Iya, aku harus menemuinya. Hanya dia yang bisa menyelamatkan kami," kata sosok bertudung itu. "Nona, tolonglah aku. Aku, aku in, ingin menemui sang put, putri—."
Bruuk!
Hinata histeris kaget karena orang itu tiba-tiba jatuh pingsan.
"Tuan! Tuan!"
TBC.
