Es Krim
.
Disclaimer : Naruto is Masashi Kishimoto's
.
#NHFD8/Future/
.
"Jadi apa maumu?"
"Tidak ada."
"Benarkah?"
"Uhm..."
"Lalu mengapa wajahmu kusut seperti itu?"
"Kau salah lihat. Aku sudah menyetrika wajahku pagi tadi."
"Hahahaha... Lucu... Lucu..."
"Jika lucu mengapa tawamu seakan dipaksakan?"
Si pemuda hanya mengendikkan bahunya.
"Kau bisu?"
"Kalau aku bisu, lantas siapa yang berbicara denganmu sejak tadi?"
"Kalau kau tidak bisu, mengapa kau diam saja ketika aku bertanya?"
"Aku sudah menjawabnya."
"Kapan?"
"Tadi."
"Coba kau ulangi jawabanmu!"
Pemuda rambut pirang itu kembali mengendikkan bahu.
"Aku tidak mendengar."
"Mana bisa endikan bahu didengar?"
"Yang aku butuhkan jawaban, bukan endikan bahu."
"Hey, itu juga merupakan jawaban, kau tahu?"
"Tidak."
"Jawaban tidak harus dengan perkataan atau ucapan, bisa saja dengan bahasa isyarat."
"Ah, aku tidak paham."
"Kau tidak perlu memahami itu, kau hanya perlu memahamiku."
Sang gadis melirik mengejek. Bibirnya mencebik sinis. Tapi pemuda yang duduk di sampingnya pura-pura tidak melihat. Seakan terhanyut pada keramaian orang-orang yang berlalu lalang.
"Naruto-kun!"
"Hm?"
Pemuda itu masih tidak mau menoleh. Membuat sang gadis menggembungkan pipinya kemudian meniup poninya dengan uap yang timbul dari cibiran bibir bawah.
"Aku benci Naruto-kun!"
Dengusan diterimanya sebagai tanggapan. Pemuda itu beralih menatap sang gadis yang membelakanginya. Tertawa geli dalam hati kemudian tangannya terulur, membelai pelan rambut indigo yang tergerai panjang.
"Kalau kau benci padaku, kenapa kau di sini menemaniku?"
"Si-siapa bilang aku menemanimu? Aku hanya ingin makan es krim."
Kendati netranya tak mampu melihat, Naruto tahu jika sang gadis sedang memanyunkan bibirnya dengan pipi yang bersemu merah.
"Baiklah! Jadi kita akan makan es krim?"
Tidak ada respon. Naruto menghela nafas pelan.
"Ne, Hinata. Aku mau beli es krim di kedai depan. Kau mau tidak?"
Masih bergeming.
"Ya sudah, aku tinggal ya. Aku mau membeli es krim vanilla."
Nada suaranya terdengar biasa, tetapi intensinya jelas kentara. Iris biru si pemuda melirik jenaka pada punggung kecil gadisnya. Sambil bibir berkedut menahan seringai yang menuntut untuk dilepaskan.
Tapi gadis itu masih terdiam.
"Baiklah! Es krim vanilla, aku dataaaang..."
Sepasang kaki si pemuda melangkah pelan. Sedikit melenggak lenggok dengan asa untuk menggoda.
"Na-Naruto-kun."
Naruto menyeringai lebar. Kemudian memasang ekspresi datar dan menoleh menatap sang gadis.
"Hm?"
"A-aku ikut!"
"Tadi kau diam saja?"
"Uhm... Tapi aku mau ikut."
Gadis itu melompat berdiri dan berlari kecil mengejarnya.
Detik selanjutnya tangan keduanya saling bertaut. Saling mengunci dalam genggaman. Saling menyalurkan kehangatan. Berayun ke depan dan belakang seiring dengan langkah kaki mereka yang penuh semangat.
"Ne Hinata?"
"Hm?"
"Aku menyayangimu."
"Aku juga menyayangi Naruto-kun."
"Jadi, kau mau menjadi kekasihku?"
"Bukannya aku memang kekasihmu?"
"Benarkah? Mengapa aku tidak tahu?"
"Karena kau bodoh dan tidak peka."
"Hei, jangan mengatai kekasihmu seperti itu."
Hinata mengendikkan bahunya.
"Kau bisu ya?"
"Kalau aku bisu, lantas siapa yang berbicara denganmu sejak tadi?"
"Kalau kau tidak bisu, mengapa kau diam saja ketika aku bertanya?"
.
Dan percakapan serupapun berulang kembali.
-oOo-
Saya tidak tahu ini drabble atau ficlet ya?
RnR Please ^^
