FIRST: Mata-Mata?

Seorang gadis yang mengenakan helm putih non full face terlihat sedang mengendari motor bebek. Ia lewati dengan lihai belokan-belokan gang untuk menuju rumahnya. Sesekali ia bersenandung kecil. Mengingat lagu yang tadi dipakainya untuk latihan menghapal koreografi.

Angin malam berhembus menerpa wajahnya yang mungkin agak sedikit kucel karena seharian di akhir pekan ini ia pakai untuk berlatih dance bersama teman-temannya. Ya, menari adalah kesukaannya. Terlebih lagi, orangtua Sakura sangat mendukung kegiatan yang sedang anaknya jalani. Impiannya hanya satu. Menjadi idol. Maka dari itu, iapun harus berlatih dan berusaha sekeras mungkin dari sekarang. Tapi, berhubung hari sudah larut ia akan menambah kecepatan laju motornya agar cepat sampai kerumah.

Di kejauhan matanya memandang, terlihat ada sekumpulan pemuda yang.. entahlah sejak kapan menjadi ada di situ—rumah salah seorang warga yang memang sudah lama tak dihuni, pagarnya pun sudah tidak ada. Setahunya, ia juga sering pulang larut akhir-akhir ini, tapi tidak pernah melihat mereka. Terlebih lagi, ia harus melewatinya. Kalau tidak, mana mungkin ia bisa pulang. Karena itu satu-satunya jalan untuk sampai ke rumahnya.

.

.

.

Two Million ryo

Naruto © Masashi Kishimoto

Story by cimoeleventy

Warning : AU, OOC, misstypo everywhere, bahasa campur aduk, alur kecepetan, de-el-el.

Genres : Romance, Friendship, Humor (gagal).

Main Pair : ItaSaku—slight: ItaSaara.

.

.

"Ehh.. ehh! Lihat deh ada cewek tuh. Fffuitt~ Godain ah." salah satu pria bergigi tajam dengan mata segaris seperti mata ikan hiu agak menyeringai—membuatnya terlihat seram. Ia sisir rambutnya dengan sisir yang suka dibawanya setiap saat pada kantong celananya.

"Dasar ganjen! Ngaca dulu woi. Mending juga dia mau di godain sama kau. Yang ada, dia malah kabur duluan sebelum kau godain." seorang cowok berambut klimis abu menimpali. Ia teguk kembali sake-nya.

"Iya, lagian menurutku senpai kayaknya gak boleh godain cewek itu. Kasihan soalnya. Pasti dia gak bakal bisa tidur abis ini." Satu lagi cowok berambut hitam jabrik, berkomentar. Teman-temannya biasa memanggilnya Obito, tapi ia lebih suka dipanggil Tobi.

Kisame—pria yang sedari tadi mendapat bully-an secara tak langsung—segera memelototkan kedua bola matanya diiringi hidung kembang-kempis membuat dia tampak lebih seram berkali-kali lipat dari yang tadi.

"Apa kau bilaaanggg?!"

Nyali Tobi seketika ciut. Ia langsung ngacir ketempat Itachi, Sasori, Deidara dan Pein yang sedang bermain kartu dengan serius. "Seraaaam! Aku takut."

"Payaah! Kenapa sih kau selalu menang! Akh!" Deidara langsung ngedumel gak jelas. Ia tolehkan kepalanya kebelakang karena ada sesuatu yang menggeliat di balik punggungnya. "Kau kenapa sih! Pergi sana!"

Tobi menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak mau. Kisame sedang marah. Aku takut kalau aku melihatnya, aku takkan bisa melihat mentari pagi besok."

"Tsch! Halah. Minggir sana!"

Mengabaikan Tobi yang sempat grasak-grusuk, Deidara langsung fokus kembali pada kartunya. Bibirnya membentuk seringai lebar.

Pak!

"Tujuh hati! Kupastikan kali ini kau kalah ditanganku, Uchiha Itachi!"

Di awali dengusan, dengan tenang Itachi menaruh kartunya. Tiga deret sama kartu As.

"Arghh! Sial! Aku udahan ah!" Deidara langsung pergi dari permainan dan memilih untuk bergabung dengan Kisame dan Hidan di luar. Ia butuh refreshing sejenak. Pria berambut kuning itu tak habis pikir, kenapa Itachi selalu menang. Dengan mendecakan lidah, ia langkahkan kakinya lebar-lebar. Tentu saja kepergiannya masih diintili oleh Tobi.

Ketenangan seketika tercipta, tatkala Deidara pergi. Maka dari itu, setelah beberapa saat mereka semua terdiam, Sasoripun mulai membuka suara. "Kau masih memikirkan Saara, Itachi?"

Pein hanya mendengarkan dan lanjut mengambil kartu yang berada ditumpukan deck setelah ia melempar kartu miliknya. Terdengar helaan napas berat dari pria berambut raven itu. "Sulit melupakan dia. Aku masih penasaran terhadapnya. Dan berharap bisa memperbaiki hubungan kami."

"Ternyata seorang Uchiha Itachi yang dipuja-puji semua orang bisa sebodoh ini kalau masalah perempuan." Komentar Sasori sambil melanjutkan permainan.

"Ck." Itachi mendengus, "Aku benci mengakuinya. Tapi kau benar. Sulit melupakan cinta pertama. Terlebih lagi, dia yang tiba-tiba memutuskan hubungan tanpa sebab."

"Kenapa kau tidak mencari wanita lain saja? Siapa tahu dengan kehadiran wanita baru di hidupmu bisa membuatmu melupakannya." Sasori mencoba memberi saran.

"Masalahnya tidak sesepele itu. Aku yakin Saara masih mencintaiku." jelasnya.

"Tch, aku curiga, Saara menggunakan guna-guna untuk membuatmu kepikiran olehnya terus."

"Kalau kau sebegitu penasaran. Kenapa tidak coba untuk menyeledikinya saja?" Pein tiba-tiba bersuara. Membuat Itachi dan Sasori menengok kearahnya secara bersamaan.

"Hn? Untuk apa?"

"Untuk mengetahui apakah memang benar Saara masih mencintaimu atau tidak."

Itachi tentu saja menolak akan ide yang keluar dari mulut Pein. "Tidak mungkin Pein. Aku ini laki-laki, pasti akan sulit, dan dia mengenalku, bagaimana caranya—"

"Cari seorang gadis yang kau bayar untuk memata-matainya." sela Pein tenang.

Kalimat yang terlontar dari mulut Pein sukses membuat alis Uchiha sulung itu berkerut samar. Berpikir sejenak. Sampai lamunannya terpecah, ketika mendengar keributan yang lumayan bising di luar markas.

.

.

.

"E, e, e, eehhh! Neng manis, mau kemana?"

Sepertinya Kisame melupakan kekesalannya beberapa menit yang lalu dan tetap memberhentikan motor scoopy pink milik gadis yang menjadi incarannya dari kejauhan itu. Tangan besarnya ia tahan pada kedua stang motor gadis itu. Agar dia tak bisa kemana mana.

"Minggir. Aku mau lewat." Sakura berujar ketus.

Kisame memundurkan wajahnya kala mendapati bentakan. "Eits. Galak amat sihh. Jangan galak-galak dong, nanti ga ada yang mau loh!"

Mendengarnya, gadis itu—Sakura—berdecak sebal. Hell , bisa tidak sih cowok seram itu tinggal memberikannya lewat untuk jalan pulang. Dirinya sedang malas berdebat karena sudah terlalu lelah. Apalagi hari ini banyak sekali gerakan yang menguras tenaga.

"Tuh! Tuh! D-deidara- senpai, kasihan cewek itu lagi digodain sama Kisame. Tolongin dia, ya."

Tiba-tiba muncul lagi dua orang, yang satu berambut kuning panjang dengan poni yang menutupi hampir sebagian matanya. Dan satu lagi berambut hitam jabrik, berdiri di belakang pria berambut kuning, yang sudah memasang wajah kesalnya.

"Lalu apa peduliku?! Biarkan saja dia dimangsa oleh Kisame. Aku tidak peduli. Sudahlah ming... gir."

Entah apa yang membuat Deidara menghentikan omongannya, ketika mata itu tidak sengaja melihat ke arah Kisame dan Sakura. Awal niatnya yang ingin mengacuhkan mereka, malah ikut-ikutan berdiri di samping Kisame dengan kedua tangan yang ia masukan dalam kantung celananya. Agar terlihat cool.

Tobi pun speechless di tempat. Ia melirik ke arah Hidan, tapi percuma nampaknya pria itu sudah dalam tingkat kemabukan yang tinggi, buktinya dia sudah tertidur ditempatnya yang tadi dia gunakan untuk minum-minum.

"Ngapain kau kemari?" Kisame melirik sinis ke arah Deidara. Nampak tidak suka, incarannya menjadi target Deidara juga dalam sekejap.

"Ehem! Hai." Deidara mengeluarkan senyum manisnya. Mengabaikan pertanyaan yang sempat terlontar dari Kisame tadi.

Emerald hijau milik Sakura hanya menatap bosan ke arah dua pria di hadapannya kini. "Bisakah kau mencari gadis lain? Aku lelah! Jadi, minggir atau kutabrak kalian!"

Sakura mulai menggas motornya dengan maksimal. Ia sama sekali tidak takut dengan dua pria di depannya.

Eh?

Kenapa tiba-tiba motornya mati mendadak?

"Jangan membuat keributan. Nanti tetangga sebelah bisa bangun."

Ternyata terjawab sudah keheranan Sakura tadi. Kunci motornya di ambil oleh cowok berponi panjang layaknya perempuan. Sedikit mengingatkannya akan sahabatnya—Ino. Untuk sesaat, segera ia tepis-tepis pikirannya itu; sama sekali tak penting. Sakura segera menurunkan standard motornya. Dan berdiri untuk merebut kembali kunci motornya. Dia menggeram kesal. "Kembalikan kunci motor Ayahku!"

"Ohaha jadi ini milik Ayahmu ya." Deidara cengengesan saat mendengar jawaban polos yang terlontar dari gadis yang masih memakai helm itu. Sedangkan Kisame, karena sudah nggak mood ia pun balik, dan membiarkan incarannya menjadi target Deidara.

"Puji syukur, Kisame telah sadar. Akhirnya doaku terjabah. Tinggal Deidara- senpai." Tobi yang melihat Kisame melewatinya langsung tersenyum bahagia. Dan mulai merapatkan kedua tangannya lagi. Sungguh mulia tindakannya.

Sakura yang baru menyadari tingginya hanya sedagu pria itu. Lantas terdiam sejenak. Sumpah demi apapun. Tubuhnya lemas. Terlihat dari dahinya yang mengeluarkan bulir-bulir keringat. Kerongkongannya terasa kering mendadak. Dan ia butuh istirahat untuk mengembalikan staminanya. Barusan. ia melompat-lompat untuk mengambil kunci motor dari pemuda aneh berambut panjang warna pirang. Itu benar-benar menguras tenaganya.

"Kok diem sih? Kau ngga mau ambil emangnya?"

Sakura berdecak sebal, dengan helaan napas iapun berkata, "Kalau dalam hitungan ketiga, kau tidak kembalikan, aku akan teriak kencang-kencang supaya semua orang dengar." ancamnya serius.

"Silahkan saja." balas Deidara malah kesenangan.

Sakura memejamkan matanya.

"Satu.."

Pria dengan rambut kuning itu hanya menatap Sakura dengan dagu yang ditopang serta pandangan berbinar-binar.

"Dua.."

Masih tak ada reaksi sama sekali.

"Tiga."

Karena pria itu tak kunjung bereaksi, lantas ia pun berteriak histeris dan menjerit minta tolong layaknya orang yang kerasukan.

Deidara membulatkan matanya. Langsung bertindak cepat. Ternyata gadis ini tidak main-main. Menyusahkan. Tangannya segera ia bekap ke mulut Sakura.

"Hmmpphh!"

"Hei, ada apa ini?" suara baritone menginterupsi kegiatan Deidara.

"Hanya gadis gila."

Mendengarnya, Sakura membulatkan bola matanya, tanpa berpikir dua kali langsung menggigit tangan Deidara sampai membiru.

"A-aw! Sial! Gadis aneh! Ck."

Sakura tiba-tiba memincing sinis pada 3 pria yang baru datang di hadapannya. Segera ia tudingkan jari telunjuknya pada pria di tengah yang memiliki mata sehitam oniks.

"Kau! Kau pasti ketua dari semuanya yang ada disini kan?" tuduh Sakura ngasal.

Alis Itachi Uchiha terangkat satu, "Hn?"

"Duh! Tidak usah berpura-pura deh! Asal kau tahu saja, aku ini, dalam hitungan tahun kedepan akan menjadi seseorang yang terkenal. Maka dari itu kuhabiskan banyak waktu untuk berlatih. Dan sekarang, tenagaku sudah habis untuk mengalahkan kalian semua satu persatu. Jadi, kuminta kau si ketua geng abal, untuk mengembalikan kunci motorku. Cepaatt!" Jelas Sakura panjang lebar dengan napas terengah-engah. Tangannya menadah pada pria berambut raven terikat itu. Wajahnya menunjukan ketidak santaian emosi.

"Baiklah. Aku akan bersedia menolongmu, asal kau juga menolongku." Tidak seperti Sakura, Itachi terlihat santai membalas perkataannya.

"Hah?"

Sakura tak mengerti. Tangannya bergerak turun. Alisnya mengernyit heran, tanda ia akan berpikir. Menolong apa? Sakura saja nggak kenal sama sekali sama mereka semua, apalagi cowok sok kegantengan‒sialnya, emang ganteng banget‒ yang memiliki garis tipis di kedua bawah matanya. Jangan-jangan.. pikiran Sakura sudah melayang negatif kemana-mana. Tak jauh berbeda dengan Sakura. Sasori maupun semua anggota Akatsuki—kelompok yang mereka beri nama—juga mengernyit bingung.

"Maksudmu apa Itachi—" Pertanyaan Sasori tersela karena pemuda bermarga Uchiha itu langsung menjelaskan.

"Aku mau membantu asal kau bersedia menjadi mata-mataku; untuk memata-matai seseorang."

Semuanya nampak tercengang dengan kalimat yang keluar dari mulut Uchiha sulung itu. Kecuali, Pein tentunya.

"Kau pikir aku mau?!"

"Harusnya sih. Karena aku juga akan memberikanmu upah dari kerjaan dadakamu ini." Pria itu tampak berpikir. "2 juta ryo kalau kau berhasil. Bagaimana?"

Hidan seketika bangun dari tidurnya, begitu mendengar kata uang. "Kenapa tidak aku saja, Itachi?"

Itachi mengangkat bahu acuh. "Aku butuhnya seorang gadis."

"Kau gila! S-shh!" Hidan berkomentar pedas, lalu tak lama tertidur lagi akibat terlalu banyak berteriak kepalanya pusing mendadak.

"Bagaimana?"

Hmm.. Sakura nampak berpikir. Kalau disimak baik-baik, sebenarnya ini lebih menguntungkan dirinya kemana-mana sih. Itachi hanya membantu mengambil kunci motornya dan dia malah ditawari pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan, tugasnya mudah pula, hanya menjadi mata-mata.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Sakura tak tahu makna sebenarnya dari mata-mata itu apa. Dirinya memasang tampang berpikir karena iming-iming uang yang lumayan besar, lagipula di saat seperti ini sangat aneh apabila ia bertanya 'mata-mata itu apa' pada segorombolan pria tidak jelas di hadapannya, yang ada malah dirinya ditertawakan.

Diapun dengan gengsi, merubah pikirannya lagi; supaya terlihat jual mahal. Ngga mungkin kan, ia akan menerima pekerjaan ini begitu saja. Nanti yang ada, dirinya dianggap matre lagi—walaupun kenyataannya iya.

"Akan kujawab besok. Tapi, kau harus mengembalikan kunci motorku cepat. Aku butuh waktu untuk istirahat dan berpik—"

"Aku butuh jawabanmu sekarang. Atau kuncimu tak akan pernah kukembalikan."

"Cih! Okee, oke, aku mau. Memangnya aku harus memata-matai siapa?" Sakura menjawab ogah-ogahan setelah diancam Itachi. Sebenarnya tanpa diancampun Sakura akan menjawab 'mau' tapi karena gengsi seorang Sakura Haruno itu tinggi, jadilah seperti ini.

"Saara."

"Saara?"

"Akan kujelaskan nanti. Mana ponselmu?"

"Eh? Untuk apa?"

"Cepat."

Dengan kesal iapun mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya. Terlihat Itachi nampak menggerakan kedua ibu jarinya pada layar ponsel miliknya yang baru saja diambil pria itu.

"Itu nomorku. Kusimpan dengan nama Uchiha."

Meski batinnya masih bertanya-tanya, Sakura tetap menggumamkan 'Iya' sebagai jawaban. Ia ambil ponsel miliknya dari tangan Itachi. "Sekarang mana kunciku?"

"Deidara."

Deidara yang paham maksud dari Itachi, langsung melemparkan kunci itu dengan malas ke arah Sakura berada.

Set!

Hap. Sakura menangkap kunci motor itu dengan tepat. Tanpa basa-basi ia berjalan menuju motornya berada. Dan langsung melaju menuju rumahnya. Melewati mereka semua dengan sebal. Dasar orang-orang aneh, pikirnya.

"Ah! Ngga asik ah! Bubar-bubar!" Deidara memasang tampang masam dan langsung mengarahkan tungkai kakinya masuk menuju basecamp didalam. Tentunya melewati Tobi yang masih sibuk melafalkan doa-doa untuk Deidara.

Plak!

"Aduuhh! Jidatku! Hei—Eh? Dei- senpai? H-hei senpai ! Ittai..! "

Kalimat Tobi tentu saja terhenti di karenakan kerah bajunya yang ditarik oleh Deidara untuk ikut masuk kedalam.

Sepeninggal Sakura pergi. Sasori, yang notabane-nya berada disamping Itachi lantas bertanya dengan penuh keheranan. "Kenapa kau menyuruh gadis asing itu? Padahal kau bisa meminta tolong Konan untuk membantumu."

Pein yang mendengar itu lantas mendengus. "Takkan kuizinkan."

"Hhh. Dasar over proktetif."

"Biar."

"Mata-mata ya.. " Itachi bergumam, agak menyeringai sedikit.

"Eh? Apa?" Sasori lantas bertanya ketika mendengar sesuatu di indera pendengarannya. Pein pun melirik sedikit lewat ujung matanya.

"Tidak ada." Pemuda berambut raven itu tersenyum sampai kedua matanya menyipit. Ia rangkul kedua karibnya. "Mari kita lanjutkan lagi, permainan yang tadi sempat tertunda."

Sasori mengelak, "Hhh. Pasti kau lagi yang menang. Aku sampai bosan. Sesekali kek kau kalah demi kami."

Itachi lantas mendengus geli.

Saara.

Pikiran Itachi langsung terpecah ketika mengingat nama itu di kepalanya. Bibirnya berkedut membentuk sebuah senyum samar. Pancaran matanya berubah menjadi sendu.

Kita akan segera bertemu lagi.

TO BE CONTINUED

a/n:

Soal dua juta ryo anggap aja kalo di rupiahin jadi 20 juta #ngawur kalo di indo kan uang segitu tuh besar, kalau di kehidupan anime naruto... ya gatau juga sih#gubrak. I knoww ini terlalu pasaran idenya... tapi biarlah author yang baru belajar ini menyalurkan hobinya :D ide ini murni dari otak aku, tangan ini gatel pengen upload skrg *modem mau abis #gubrak

Trs stlhnya aku bakalan hiatus *bulandepanuts #fiuhh #abaikan. Masalah romancenya belum muncul, ini masih chapter awal jadi semua butuh proses. Untuk Konan, dia itu pacarnya Pein, ga msk dlm anggota. Soal sifat Tobi di sini bayangin aja yg waktu Tobi muncul pertama kali di Naruto Shippuden.

Btw, awal niat itu pengen bikin SasuSaku eehh malah kebablasan jadi ItaSaku #bodoamat

Aku males searching geng Taku soalnya #jder.

Lagian juga feel-nya entah kenapa lebih dapet ke Itachi.. tau deh kalau menurut kalian... kosa kataku dalam berbahasa puitis juga masih sedikit dan jatohnya.. amburadul *hiks*

Dan.. maka ini adalah the first ff bersambung, bisa kali ya.. reader semua yg baca lgsg ninggalin jejak, butuh riview #puppyeyesnojutsu *tringtringtring*

Akhir kata... Terima kasih udah yang mau sempetin baca dengan alis mengkerut-kerut karna pusing dan gak ngerti dgn baca cerita gajelasku ini hiks..