"Ayolah, Chan~ Datang pagi untuk hari ini saja ya ya ya," pinta Jeno kepada Haechan melalui ponselnya.
Dari sana terdengar suara Haechan mendengus.
"Tidak mau. Aku itu sudah murid kelas 11 sekarang. Lagipula bukankah kita masuk pukul 8 pagi? Kau itu niat sekali sih sekolah, sampai ingin datang pukul 6 pagi," gerutu Haechan.
Jeno merajuk, tanpa sadar memajukan bibir bawahnya kesal. "Chan iih~."
"Sialan Jen. Suaramu itu menggelikan tahu."
"Memang dasar kau itu, Chan. Masih sempat-sempatnya menghinaku disaat serius seperti ini."
Haechan berdecih. "Serius pantatmu. Sudahlah aku mau tidur lagi. Dadah."
Klik.
Sambungan telepon diputuskan secara sepihak. Membuat Jeno yang masih ingin berbicara terpaksa mengatupkan bibirnya kembali.
Memang dasar si Haechan itu. Tidak bisa mengerti sahabatnya sekali sih.
Padahalkan alasan Jeno ingin datang pagi karena ingin bertemu kak Jaehyun yang tampan itu.
Aih, Haechan memang tidak mengerti dirinya sih.
Siapa sih yang tidak suka dengan kak Jaehyun, si ketua OSIS yang tampan itu? Yang jago basket dan memiliki lesung pipi manis.
Ya, jawabannya Haechan.
Haechan itu aneh. Lebih suka yang lembek macam kak Winwin dibanding yang seksi macam kak Jaehyun.
Tuh kan malah jadi berbicara tentang Haechan. Makin banyaklah pahala anak itu karena kita bicarakan, padahal kerjanya hanya buat dosa terus, duh.
Kembali ke Jeno saat ini.
Dengan semangat yang berkobar Jeno mengambil tas ransel hitamnya sebelum akhirnya keluar dari kamar.
"Eomma, aku berangkat sekolah ya~," ucap Jeno senang.
Eomma Jeno yang sedang menyusun sarapan hanya menatap Jeno bingung.
"Lho Jen, kamu kan masuk jam 8. Rajin sekali ingin masuk sekolah," ujar eomma.
Jeno meringis pelan. Tak ibunya tak Haechan sama saja ternyata.
"Sudah ada teman-temanku kok di sekolah, jadi pasti ramai," jawab Jeno sekenanya seraya mengisi botol minum dengan air.
Eomma Jeno berteriak meminta Jeno untuk menunggu sebentar karena bekal untuknya belum jadi.
"Tidak usah, eomma. Aku jajan saja nanti. Bye, eomma. Aku menyayangimu." Jeno mengecup pipi ibunya pelan lalu pergi keluar rumah.
Hate Love
Jeno merengangkan tubuhnya. Bus pagi ini cukup ramai karena banyak anak baru yang bersekolah pagi hari. Adik kelasnya tentunya.
Kantin sekolah adalah tujuan utama Jeno sekarang. Sebenarnya ia juga tidak yakin jika sudah ada temannya yang datang. Mana ada murid yang mau datang ke sekolah 2 jam lebih awal?
"Oi, Jaem."
Wah, baguslah Jaemin sudah datang. Berarti Jeno tidak sendirian dong.
Jaemin menoleh. "Widih, Jen. Rajin amat datang jam segini. Anggota OSIS saja banyak yang belum datang."
Namanya Na Jaemin. Anggota OSIS yang katanya mendapat tugas untuk mengatur berjalannya MOS nanti.
Jeno hanya tertawa. "Mau ketemu kak Jaehyun hehe," jawab Jeno malu-malu.
Mendengar itu Jaemin menjadi melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Aku rasa tadi aku mendengar bahwa kak Jaehyun sedang membicarakanmu hmm... tapi aku tidak mendengarnya terlalu jelas," ujar Jaemin kemudian.
Jeno menunduk malu. Apakah kakak kelasnya itu masih menyukai dirinya seperti saat ia kelas 10 dulu?
Melihat Jeno yang terus menunduk, Jaemin pun menepuk bahu Jeno pelan.
"Mungkin dia masih memiliki perasaan untukmu. Tapi ada baiknya jika kau menghapus perasaanmu, karena ku dengar ia sudah punya kekasih."
Jeno hanya tersenyum kecil. Ia juga masih tidak yakin dengan perasaannya.
Hate Love
"Sudah jam setengah delapan. Harusnya Haechan sudah datang," ucap Jeno seraya melirik ponsel ditangan kanannya.
Tengok kanan, tengok kiri, tengok kanan, tengok kiri.
Jeno benar-benar tampak seperti anak hilang sekarang.
"JENOO!"
Ah, suara nyaring itu. Siapa lagi kalau bukan Haechan. Jeno menarik tangan Haechan, memaksanya untuk segera berjalan ke kelas.
"Kita sekelas lagi," ujar Jeno.
"Memangnya kita di kelas mana?" tanya Haechan.
Jeno mengerutkan dahinya. "Sebentar. Kelas berapa ya? Aku lupa-eh kita di kelas 11-5. Iya, kelas 11-5," jawab Jeno.
Bruk!
Tubuh Jeno menabrak seorang pemuda dengan tidak sengaja. Pemuda itu hanya menatap Jeno sinis lalu pergi meninggalkan Jeno dan Haechan yang menatap pemuda itu bingung.
"Aku sudah minta maaf, tapi kenapa ia melihatku sinis sekali?" Jeno menatap Haechan yang hanya dibalas dengan tatapan tak peduli darinya.
Haechan merangkul bahu Jeno, mengajak sahabatnya itu untuk segera pergi ke kelas. "Sudah biarkan saja orang itu."
Keadaan kelas saat ini lumayan ramai saat Jeno dan Haechan sampai. Sepertinya sebagian besar murid-murid di kelas ini sudah mengenal satu sama lain sehingga mereka tidak terlalu canggung.
Haechan dan Jeno mengambil tempat duduk tepat di depan papan tulis, karena memang hanya bangku itu yang tersisa. Sebenarnya masih ada dua bangku kosong di kelas itu, tetapi sudah ada tas yang mengisi bangku itu.
Tuk tuk tuk...
Murid-murid yang semula berdiri segera duduk ke tempat masing-masing, menyisakan dua bangku kosong di pojok kelas.
"Selamat pagi, Pak Sehun."
Jeno yang sedang mengucap salam untuk pak Sehun menolehkan wajahnya ke pintu kelas. Di sana ada pemuda yang tadi ia tabrak dan pemuda yang tidak ia kenal.
"Permisi, Pak," ucap mereka. Pak Sehun hanya mengangguk membiarkan kedua pemuda itu duduk.
Kegiatan sekolah hari ini hanya diisi dengan perkenalan dan pemilihan ketua kelas.
Entah perasaan Jeno saja, tapi ia rasa Murk--nama pemuda yang ia tabrak tadi--selalu menatapnya sinis.
Eh, namanya Murk kan? Atau Mork?
Ah sudahlah tidak penting.
"Murk, bisakah kau minggir sebentar. Aku ingin menulis susunan kelas," ucap Jeno kepada Mark yang sedang berdiri di depan papan tulis.
Haechan yang sedang duduk di samping Jeno hanya meringis lalu berbisik pelan, "Namanya Mark, Jen."
Jeno mengangguk. "Ya, maksudku Mork, bisakah kau minggir sebentar saja?"
Mark yang mendengar itu hanya menatap Jeno sinis lalu pergi meninggalkan kelas.
"Namaku itu Mark, bodoh."
Jeno yang mendengar ucapan Mark hanya bisa bersabar walaupun hatinya sudah panas.
"Sialan sekali si Murk itu. Aku kan memintanya baik-baik, kenapa dia sinis begitu sih?! Dasar menyebalkan!"
Haechan lagi-lagi meringis, dalam hatinya ia membatin, "Namanya Mark astaga!"
Hate Love
"Dasar jelek!"
Jeno membulatkan matanya.
Si Murk itu memanggilnya jelek begitu?! Siapa lagi yang ada di dekat Murk selain dirinya, Jeno?
Walaupun batin Jeno sudah mencak-mencak ingin mengatai Murk balik, tapi ia sadar diri.
Murk itu baru mengenalnya tadi, mana mungkin pemuda Lee itu langsung membencinya benar?
Jadi dengan santai Jeno mendelik. "Apa maumu?!"
Murk hanya tertawa tidak jelas sebelum akhirnya menyeringai sinis.
"Tidak apa-apa, jelek. Hanya merasa bingung kenapa ada manusia sejelek dirimu."
Jeno menggeram kesal. Baru pertama kalinya ada seseorang yang menghina dirinya walaupun mereka baru mengenal. Wah, si Murk memang sudah gila!
"Oh ya? Kalau aku jelek, kau apa? Buruk rupa?"
Mark terdiam. Keduanya saling menatap sengit. Mark tanpa sadar berdecih lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Jeno.
Melihat Mark sudah tidak ada dari pandangannya, Jeno mengelus dadanya pelan lalu mengambil napas dan menghembuskannya keras.
"Eomma, aku takut."
Hate Love
Mark menggeram kesal. Ia benci Jeno, sungguh.
Melihat wajah sok imut itu rasanya benar-benar membuat Mark ingin menghajarnya, tapi ia cukup sadar diri untuk tidak membuat keributan di sekolah.
Dan Mark sungguh tidak suka saat pemuda Lee itu membalas menatapnya sengit.
Mark benci Jeno. Titik.
Dan Mark dengan sungguh-sungguh berharap agar pemuda bernama Lee Jeno itu dihanguskan dari muka bumi ini.
Hate Love
author notee:
haiii~ i'm backkk
maaf kalau chapter pertamanya pendek, aku lagi bingung mau nulis apa hehe. untuk chapter selanjutnya aku usahakan supaya lebih panjang
danke
