Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : M
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Family, Friendship
Pair : Itachi x Hinata
Sligth
Deidara x Ino
~ Please Look At Me ~
WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD amburadul, Penempatan tanda baca tidak sesuai, OOC, OC, CRACK PAIR, NO BAKU, Alur kadang cepat dan lambat dan masih banyak kekurangannya.
.
.
.
.
.
X0X0X0X0X0X0X0X
DRAP
DRAP
DRAP
Deidara berlarian cemas di lorong rumah sakit menuju ruang operasi. Pria tampan bersurai kuning ini langsung pergi kerumah sakit saat dihubungi oleh kedua orang tua Ino kalau gadis ponytail itu terkena luka tembak di pundak kanannya. Jantung Deidara serasa copot dan nyawanya lepas sesaat dari raganya ketika mendengar berita ini.
"Hosh...Hosh..."
Nafas Deidara terengah-engah dan keringat membanjiri tubuh serta wajahnya namun ia tak mempedulikannya.
"Ba-bagaimana ke-keadaannya?" tanya Deidara sedikit terengah-engah.
"Dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawanya," jawab ayah Ino karena sang istri terus menangis di depan ruang operasi.
Deidara menatap nanar pintu ruang operasi. Didalam ruangan itu Ino tengah berjuang melawan maut, kedua tangan Deidara mengepal erat menahan gejolak emosi hatinya. Deidara merasa sedih dan takut jika harus kehilangan Ino, ia tak ingin gadis bersurai kuning panjang ponytail itu pergi terlebih meninggalkannya sendirian di dunia ini.
"Ino..." gumam Deidara pelan.
PUK
Ayah Ino menepuk pelan pundak Deidara memahami perasaan pria bersurai kuning itu, "Kita berdoa saja semoga Ino selamat," kata Inojin penuh harap.
"Ya," timpal Deidara sendu.
Didalam lubuk hatinya yang terdalam Deidara berdoa serta berharap pada Tuhan agar tidak mengambil Ino dari sisinya karena kini ia menyadari juga mengakui kalau ia mencintai Ino dan ingin gadis bermata hijau itu terus ada sisinya. Jika Ino selamat dari kejadian ini, Deidara berjanji akan mengungkapkan perasaan isi hatinya pada Ino tanpa ragu juga malu.
"Aku mohon padamu Ino, berjuanglah." Batin Deidara lirih.
Sementara Deidara pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ino, sang bos juga Sasuke pergi mencari Hinata walaupun pihak keluarga Uchiha sudah menghubungi pihak kepolisian dan sang kakek mengerahkan orang-orang khusus andalannya tapi tetap saja Itachi tidak bisa tinggal diam dan ikut mencari keberadaan sang istri yang menurutnya tengah berada didalam bahaya.
BRRUUUUUUMMMM
Itachi memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, Sasuke yang berada disebelah sang kakak terlihat ketakutan dan terus berdoa pada Tuhan agar dirinya selamat.
Wajah Itachi terlihat mengeras menahan emosi, tak pernah ia bayangkan atau pikirkan kalau Hinata akan diculik dan untung saja Itachi memasang alat pelacak pada ponsel Hinata takut-takut terjadi sesuatu pada sang istri dan tindakan Itachi memasang alat itu ada benarnya karena membuatnya bisa mengetahui letak keberadaan sang istri saat ini.
"Aku mohon padamu Aniki, pelankan mobilmu,"
"Kita harus segera menyelamatkan Hinata,"
"Aku tahu! Tapi sebelum menemukan Hinata, kau dan aku akan bertemu dewa kematian," omel Sasuke.
"Kau tenang saja dan teruslah berdoa kalau kita tak menabrak apapun,"
Wajah Sasuke pucat pasi mendengar perkataan sang kakak dan sepertinya keputusan Sasuke untuk ikut bersama Itachi adalah salah, mengingat bukan hanya nyawa Hinata saja yang tengah terancam tapi dirinya juga saat ini.
"BAKA ANIKIII!" jerit Sasuke.
.
.
.
Kepala Hinata terasa sedikit pusing dan mata bulannya menyipit karena merasa sedikit silau oleh lampu penerangan di ruangan.
"A-aku dimana?" Tanyanya dalam hati.
Hinata menatap bingung ke sekeliling ruangan yang bisa Hinata duga kalau tempat ini adalah sebuah gudang mengingat banyak barang-barang tak terpakai juga berdebu disekitarnya.
"Kau sudah bangun," ucap seseorang dari balik kegelapan.
Tap
Tap
Tap
Orang itu berjalan santai mendekat pada Hinata.
GREP~
SRAAKK~
Ditariknya kencang rambut indigo Hinata, memaksa Hinata untuk menatap wajahnya, "Halo Hinata..." sapanya dingin.
Dheg'
Kedua iris bulan Hinata membulat sempurna tak kala mengetahui kalau yang ada dihadapannya adalah Neji, sang sepupu.
"Neji-sama?!" kata Hinata parau.
Neji menatap tajam Hinata, "Kau adalah perusak kebahagian, Hanabi," ujarnya dingin.
"Ti-dak..." sanggah Hinata dengan mata berkaca-kaca.
SREEEK~
Rambut Hinata terasa sakit juga perih karena Neji menarik kencang surai indigonya.
"Kau dan ibumu sama saja, perusak kebahagian orang," Neji duduk berjongkok mensejajarkan tingginya degan Hinata, "Karena dirimu, Hanabi harus kehilangan kasih sayang seorang ayah dan kini ia harus menikahi seorang pria tua demi menyelamatkan keluarga Hyuuga. Andai Madara tidak menikahkan Itachi denganmu pasti ini semua tak harus terjadi," Kata Neji panjang penuh kebencian.
"A-apa maksud ucapanmu?"
"Seharusnya Hanabi yang menikah dengan Itachi bukan kau. Tidak akan kubiarkan kau terus memiliki segalanya,"
Dheg'
Kedua mata Hinata membulat sempurna, ia merasa kaget dan baru mengetahui kalau Hanabi-lah yang seharusnya menikah dengan Itachi bukan dirinya, tapi mengapa Madara membawanya dari desa dan meminta Hinata untuk menikah dengan Itachi demi memenuhi janji pada mendiang kakek Hinata.
Tes
Liquid bening mengalir deras dari iris bulan yang senada milik Neji.
"Aku tak butuh air matamu," ujar Neji dingin.
Neji menatap Hinata dengan pandangan mata membunuh, "Kematianmu-lah yang aku butuhkan,"
Dheg'
Jantung Hinata terasa berhenti berdetak sesaat.
Neji menyeringai menatap tubuh sintal Hinata dan sebuah pikiran kotor terbesit didalam kepalanya, "Tapi sebelum membunuhmu, tak ada salahnya jika aku menikmati tubuh mu seperti dulu," desisnya.
Slurup~
Neji menjilat leher putih Hinata.
Kedua mata Hinata terpejam takut pada Neji, "Aku suka sekali melihat raut wajah ketakutanmu, Hinata," ujar Neji senang.
Kedua iris bulan milik Neji melirik anak buahnya yang sejak tadi berdiri diam, "Pergilah, tinggalkan kami berdua," usir Neji dingin.
"Baik!" Sahut mereka bersamaan.
Hinata menatap takut pada Neji dan sebisa mungkin ia berusaha berlari menghindar dari pria bersurai cokelat panjang itu yang kini tengah menatapnya penuh gairah. Pandangan mata itu sama seperti beberapa tahun lalu saat Neji hendak memperkosanya.
"P-pergi...ja-jangan me-mendekat..." teriak Hinata dengan tubuh gemetaran.
Tes
Liquid bening mengalir deras dari matanya tak kala Neji menerjang tubuhnya hingga membuat Hinata jatuh tertidur dibawah tubuh pria bersurai cokelat panjang itu.
"J-jangan..." pinta Hinata dengan setengah terisak.
Jari jemari Neji mengelus lembut pipi Hinata, pandangan matanya menatap penuh mendamba pada Hinata, "Jujur saja aku menyukaimu tapi..." Neji menggantungkan kalimatnya dan menatap Hinata penuh arti, "Rasa benci dan dendamku lebih besar padamu,"
CUP'
Neji mencium bibir Hinata kasar.
"Hmphhh..." erang Hinata.
Hinata berusaha melepaskan pagutan Neji dari bibirnya.
Kreet~
Bibir Neji digigit oleh Hinata membuat ciuman bibir mereka terlepas.
PLAK!
Neji menampar wajah Hinata dan memandang rendah serta hina pada Hinata, "Beraninya kau melakukan ini padaku," Neji menjambak surai indigo Hinata.
"Akhh..." rintih Hinata.
Sreett
Neji menarik dasi miliknya dan menutup mulut Hinata agar tak berteriak atau-pun menggigit bibirnya, "Dengan begini kau tak akan bertingkah lagi,"
"Hhmmpphh..." erang Hinata takut.
Jari-jari jemari Neji menjelajah setiap inci tubuh Hinata membuat air mata Hinata semakin deras keluar, "Tubuhmu sangat indah Hinata," puji Neji disela-sela kegiatannya.
Tak hanya jari milik Neji yang menjelajah tapi bibir tipis milik Neji ikut menciumi tubuh Hinata, "Aroma tubuhmu membuatku mabuk dan semakin tergoda," ujar Neji dengan kedua mata berkilat penuh nafsu, "Pantas saja jika Itachi jatuh dalam pesona dan rayuanmu," ejek Neji.
Kedua mata Hinata melotot menatap Neji menandakan tak suka atas perkataan pria bersurai cokelat panjang itu, "Hahahaha..." Neji tertawa kecil pada Hinata, "Apakah kau marah padaku dan membenciku, Hinata," dibelainya lembut pipi kanan Hinata.
GREP~
Dipegangnya dagu Hinata, "Jika ingin marah dan benci seharusnya kau tunjukkan itu pada ibumu, karena sudah melahirkan anak haram sepertimu,"
Hinata memandang tajam dan penuh benci pada Neji karena mengatakan kalau ia adalah anak haram. Bagi Hinata tak ada namanya anak haram karena semua bayi yang terlahir didunia semuanya dalam keadaan suci bersih.
GRAP~
Neji meremas kencang kedua dada Hinata membuat wanita indigo itu merintih kesakitan.
SRAAKK!
Neji merobek baju depan Hinata, membuat gadis ini menjerit menangis ketakutan dalam hati. Neji melepas pertahanan terakhir milik Hinata yang menutupi kedua buah dadanya, dengan cepat pria bersurai cokelat ini melahap dan menghisap dada Hinata bak seorang bayi.
"Hhhmmphhhh..." erang Hinata dengan tubuh menggelinjang membentuk huruf 'U'.
Tubuh Neji sudah merasa panas dan libidonya naik, tanpa berkata apa-apa Neji langsung menarik pertahanan terakhir Hinata yaitu celana dalam putihnya dibalik rok seragam sekolahnya. Hinata terus menggelengkan kepalanya meminta pada sang kakak sepupu untuk tidak melakukan hal nista itu mengingat saat ini dirinya juga tengah mengandung, Hinata takut terjadi apa-apa pada janin di dalam rahimnya.
Tapi sepertinya Neji tidak mengidahkannya dan tetap memasuki Hinata dengan paksa.
"Hhmpphhhh..." jerit Hinata saat milik Neji menerjang masuk kedalam tubuhnya.
"Sshh...kau sempit sekali Hinata," ujar Neji penuh nikmat.
Neji mulai menggerakkan tubuhnya secara berirama. Hinata hanya bisa menangis pasrah karena kedua tangannya terikat keatas sedangkan kedua kakinya dipegang kuat Neji dan mulutnya untuk ia gunakan berteriak di bungkam dengan dasi.
Dulu saat Neji hendak memperkosanya, sang ayah datang menyelamatkannya. Menghajar pria bersurai cokelat panjang ini hingga masuk rumah sakit dan membuat dirinya, ibu serta ayahnya di usir dari kediaman Hyuuga meninggalkan Hanabi sendirian di kediaman mewah nan megah itu. Lalu kini kejadian beberapa tahun itu terulang kembali dan Neji berhasil memperkosanya tanpa ada satu-pun orang yang datang menolongnya.
Harga diri Hinata merasa hancur dan terinjak-injak, rasanya ia ingin mati saja menyusul kedua orang tuanya. Terlebih Hinata merasa malu dan tak punya muka jika bertemu dengan sang suami karena tidak bsia menjaga harga dirinya.
"Itachi-kun." Batin Hinata lirih.
Hinata memilih memejamkan kedua mata menhan rasa sakit bukan mencoba menikmati tubuhnya saat dijamah oleh Neji, Hinata tak mau melihat wajah pria brengsek yang tengah menggahinya saat ini karena itu akan semakin membuatnya merasa bersalah pada Itachi.
Tes
Tes
Tes
Liquid bening menglir derasa dari iris bulannya dan Neji senang melihatnya, "Menangislah Hinata karena aku suk melihat air mata penderitaanmu, hahahahaha..." Neji tertawa senang.
Tapi kesenangn Neji tak lama karena ia kedatangan pengganggu.
BRAAKKK
Pintu gudang terbuka bahkan salah satu pintu terpental jauh karena ditendang oleh seseorang. Neji menghentikan permainannya dan menoleh ke arah pintu begitu-pun dengan Hinata.
Kedua mata Hinata membelalak sempurna dan air matanya semakin deras mengalir tak kala mendapati sang suami berada tepat dihadapannya bahkan melihatnya tengah di perkosa oleh Neji.
Itachi menatap horor dan syok adegan di depan matanya, kedua tangannya terkepal erat dan raut wajahnya seketika terlihat murka.
DRAP
Itachi berlari cepat menerjangNeji
BUAGHH
"Brengsek kau!" Itachi meninju wajah Neji hingga tubuhnya tersungkur jatuh ketanah.
GRETT
Itachi menarik kerah baju Neji dan memukulnya kembali tanpa ampun.
BUGH
BUAGH
Sementara itu Sasuke berlari mendekati Hinata membantu melepaskan ikatan tali di tangan kaki serta mulutnya dan buru-buru memakaikan jas miliknya pada Hinata untuk menutupi tubuhnya yang hampir bugil.
"Kau tak apa Hinata?" tanya Sasuke cemas.
Hinata hanya diam dan masih terlihat syok dengan apa yang tengah menimpanya dan bagi Sasuke hal itu wajar.
Iris kelam Sasuke menyipit tajam saat melihat darah segar mengalir disela-sela kaki Hinata.
"Akh..." rintih Hinata seraya memegangi perutnya.
"Hinata, kau berdarah," teriak Sasuke panik.
Sasuke melirik sang kakak yang masih sibuk menghajar Neji yang sudah tak berdaya bahkan pemuda itu terlihat tak sadarkan diri.
BUAGH
BUAGH
Itachi masih terus memukuli Neji tanpa ampun tak mempedulikan jerit kesakitan dari Neji. Kali ini Itachi benar-benar kehilangan kendali dan murka pada pria bersurai cokelat panjang itu, satu hal yang ada didalam otak Itachi adalah membunuh Neji karena berani melukai juga menodai istrinya.
GREP
Sasuke mencengkeram erat tangan Itachi yang sudah penuh dengan bercak darah milik Neji, "Hentikan, Aniki. Dia sudah tak berdaya,"
"Lepaskan aku Sasuke! Biarkan aku membunuh pria brengsek ini,"
"Saat ini Hinata lebih penting, kita harus segera membawanya ke rumah sakit,"
Itachi melepaskan cengkeramnya pada Neji lalu menolehkan wajahnya memandang cemas keadaan Hinata yang saat ini terlihat tengah merintih kesakitan memegangi perutnya.
DRAP
"Hime..." Itachi menghampiri Hinata dan dilihatnya darah mengalir membasahi kaki Hinata.
GREP
Itachi langsung menggendong Hinata dan bergegas membawanya kerumah sakit meninggalkan Sasuke di dalam gudang bersama Neji yang sudah babak belur dihajar Itachi. Selang beberapa menit kemudian orang-orang suruhan Madara datang beserta para polisi, Sasuke yang berada ditempat kejadian dimintai keterangan oleh polisi. Awalnya Sasuke tidak mau karena mengangap hal ini menyusahkan juga menyita waktu tapi demi sang kakak juga menjebloskan pria bernama Neji itu kedalam penjara untuk selamanya, Sasuke-pun mau ikut ke kantor polisi.
BRUUUMMMMM
Itachi melajukan mobilnya dalam kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat. Tapi ditengah jalan tiba-tiba jalan macet karena terjadi kecelakan didepan membuat perjalanan jadi terhambat.
"Akh..." rintih Hinata kesakitan.
Wajah Hinata terlihat pucat dan keringat dingin mengucur deras membasahi tubuh bahkan darah segar masih mengalir membasahi kaki Hinata membuat Itachi semakin cemas dan takut.
"Sial!" racau Itachi karena mobilnya tak bisa berjalan.
Grep
Hinata meremas erat baju Itachi, "I-Ita..."
Bruk
Hinata jatuh pingsan tak sadarkan diri.
"Hinata!"
Itachi panik dan berusaha membagunkan Hinata tapi hasilnya nihil. Tal hanya itu Ponsel milik Itachi terus berdering membuatnya semakin pusing dan panik saja.
GREP
Diraihnya tubuh Hinata, "Aku akan menolong mu dan bayi kita," kata Itachi.
DRAP
DRAP
DRAP
Itachi berlari menggendong tubuh sang istri menuju rumah sakit terdekat. Ia tidak mempedulikan tatapan orang-orang karena saat ini dipikirannya adalah menyelamatkan Hinata juga sang anak.
Selama hampir sepuluh menit Itachi berlari menggendong Hinata dan akhirnya ia tiba dirumah sakit, dengan berlari menggendong sang istri Itachi berteriak memanggil pekerja medis untuk segera menolong.
Dan tak lama beberapa suster datang menghampiri Itachi, "Tolong baringkan dia disini Tuan," pinta seorang suster.
Itachi menurutinya dan membaringkan tubuh Hinata, para suster membawa tubuh Hinata ke ruang UGD dan saat Itachi hendak masuk ke dalam dirinya diminta untuk menunggu diluar.
"Hinata," lirih Itachi memandang sendu pintu ruang UGD.
SRUUUK
Itachi jatuh terduduk di depan ruang operasi, ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Penampilan Itachi bisa dibilang berantakan dan kemeja depannyapun sedikit basah karena darah dari Hinata, pria bersurai hitam ini tak pernah menyangka kalau sang istri akan mengalami hal buruk sepertinya andai saja ia datang lebih cepat pasti Hinata tak perlu mengalami kejadian itu.
CKELEK
Pintu ruang UGD terbuka dan seorang wanita paruh baya bersurai kuning panjang keluar seraya melepaskan masker hijau yang dipakaianya, "Apa kau keluarganya?" tanya sang dokter.
"Aku suaminya dan bagaimana keadaan istriku, dokter?"
Wajah sang dokter terlihat sedih, "Nyawa istri anda selamat tapi ia mengalami keguguran dan kami sudah melakukan kuretasi padanya," jelas dokter.
Kedua iris kelam Itachi melebar sempurna, "A-apa?!" seru Itachi sedih.
"Sekarang anda bisa ke bagian administrasi untuk mengurus segalanya setelah ini istri anda akan kami pindahkan ke ruang rawat inap," jelas dokter.
Itachi diam seribu bahasa wajahnya tertunduk lesu saat tahu sang istri mengalami keguguran, hatinya merasa sedih, terluka dengan berita yang disampaikan oleh dokter padanya.
PUK
Sang dokter menepuk pelan pundak Itachi, "Kuatkanlah diri anda, saat ini yang terpenting adalah anda bisa membuat istri anda cepat pulih karena saya takut ia mengalami syok atau trauma mendalam atas kegugurannya,"
"Terima kasih, dokter,"
Hinata dibawa ke ruang inap dan keadaannya masih tak sadarkan diri setelah diberi obat penenang oleh dokter setelah melakukan kuretasi.
Saat Itachi mengurus adminstrasi ayah, ibu, Madara serta Sasuke datang kerumah sakit setelah diberitahu olehnya.
"Itachi, bagaimana keadaan Hinata?" tanya Mikoto dengan wajah cemas bahkan terlihat hampir menangis.
Grep
Tiba-tiba Itachi memeluk erat sang ibu, "Hinata mengalami keguguran. Aku kehilangan anakku, ibu," lirih Itachi.
Tes
Mikoto menangis mendengarnya, "Kuatkanlah dirimu, Itachi," Mikoto mengelus punggung sang anak penuh kasih.
Itachi semakin mengeratkan pelukkannya dan menangis, saat ini dirinya butuh orang untuk tempatnya bersandar. Semua orang terdiam dan merasa sedih melihat Itachi, tak pernah sekalipun Itachi terlihat sesedih itu bahkan ketika Konan meninggalpun pria bersurai hitam itu tak menangis sekeras dan tak serapuh saat ini.
Neji berserta anak buahnya dimasukan kedalam penjara dan kasus ini langsung diproses oleh hukum. Madara dan Fugaku akan memastikan Neji akan menerima hukuman berat karena sudah berani menculik, melukai Ino dan memperkosa Hinata hingga membuatnya keguguran dan harus kehilangan anak.
Setelah siuman sikap Hinata membuat semua orang cemas dan sedih pasalnya wanita cantik bermata bulan itu selalu duduk diam menatap kosong ke arah depan tak ada satu patahkatapun keluar dari bibir mungilnya, hanya air mata yang menetes tak kala Hinata melihat serta menatap wajah Itachi karena ia merasa memiliki dosa besar pada pria bermata kelam itu karena tak bisa menjaga harga dirinya serta bayi mereka.
Itachi membawa pulang Hinata kerumah setelah beberapa dirawat di rumah sakit karena dokter sudah memperbolehkan Hinata untuk pulang dan sikap Hinata sama saja ketika dirumah sakit, ia selalu diam tak banyak bicara ataupun bergerak selalu duduk didepab balkon dengan pandangan mata kosong. Baik Itachi ataupun yang lainnya tak mau memaksa Hinata karena mereka tahu kalau saat ini Hinata pastilah tengah syok berat karena harus kehilangan anaknya juga mengalami kejadian buruk serta nista itu.
Mikoto benar-benar mengutuk perbuatan Neji dan tak pernah bisa memaafkan pria bersurai cokelat panjang itu karenanyalah Hinata dan Itachi harus menderita serta sedih karena kehilangan buah hati mereka.
Bau harum sedap makanan tercium jelas di indera penciuman Hinata tak kala Mikoto datang bersama para pelayan membawakan makanan untuknya, "Hinata-chan, ayo makan. Ibu sudah membuatkan makanan enak untukmu," bujuk Mikoto.
Hinata diam dan masih memandang kosong ke depan, "Ayo buka mulutmu," Mikoto menyodorkan sendok berisikan sup hangat dan Hinata menurutinya membuka mulutnya.
"Anak pintar," puji Mikoto.
Dengan penuh kesabaran Mikoto menyuapi sup buatannya pada Hinata, sungguh hatinya miris serta sedih melihat keadaan Hinata yang seperti mayat hidup dan kehilangan cahaya hidupnya seperti Itachi dulu saat kematian Konan. Tapi Mikoto paham dan mengerti Hinata bisa menjadi sperti setelah apa yang dialaminya, ia pun akan sama seperti Hinata jika mengalami kejadian buruk itu dan kehilangan anak.
Sruukkk
Mikoto mengelus puncak kepala Hinata dan memandang penuh kasih menantu kesayangannya itu, "Ibu harap kau kembali seperti Hinata-chan yang dulu, kami semua merindukanmu," kata Mikoto sedih.
Pekerjaan di kantor tak bisa Itachi tangani dengan benar karena pikirannya terus terpaku pada keadaan Hinata dan untung saja ada Sasuke yang bisa menangani pekerjaan Itachi serta Deidara sekretarisnya sehingga kedunya sangat membantu.
Ddddrrrttt
Ponsel Itachi bergetar padahal saat ini dirinya tengah rapat besar dengan para invstor dan mau tak mau Itachi mengabaikan ponselnya tapi ketika melihat nama sang ibu di dalam layar Itachi langsung pergi meninggalkan rapat untuk menerima telpon.
"Ada apa ibu? Aku saat ini sedang rapat," kata Itachi dengan nada sedikit marah.
"Hinata menghilang Itachi, ia tak ada dikamarnya," isak Mikoto di dalam ponsel.
"APA!?" seru Itachi kaget.
"Aku akan segera pulang dan mencarinya," kata Itachi lalu mematikan ponselnya cepat.
Dengan sangat terpaksa Itachi pergi meninggalkan rapat karena baginya yang lebih penting saat ini adalah Hinata.
~(-)(-)~
Tes
Tes
Tes
Tes
Tes
Hujan turun dengan deras bahkan awan terlihat gelap disertai petir yang berkilat keras namun hal itu tak membuat wanita cantik bermata bulan ini takut atau pergi beranjak dari tempatnya duduk yaitu ditengah taman bunga menatap kosong hamparan bunga.
Tubuhnya sudah basah kuyup dan bahunya gemetar karena kedinginan tapi ia masih setia duduk.
Sudah hampir satu jam Hinata duduk diam seperti ini dibawah guyuran hujan tanpa tahu atau peduli pada orang-orang dirumah yang sedang panik serta cemas mencari keberadaannya.
Sruuukk
Ditelakkan telapak tangannya ke atas perutnya lalu mengusapnya secara perlahan, "Ma-maafkan ibu..." lirihnya.
"Ma-maaf...ka-karena tak bisa menjagamu..." kali ini ia sudah terisak bahkan bahu gemetaran.
"Hiiksshhh...ma-maaf...maafkan i-ibu..."
Hinata benar-benar merasa bersalah dan sedih mendalam karena kehilangan sang buah hati, padahal dirinya merasa bisa melanjutkan hidup dengan bayi dalam kandungannya tapi saat mengetahui kalau kini didalam perutnya sudah tak ada kehidupan lagi membuat Hinata kehilangan cahaya hidup bahkan wanita cantik bersurai indigo ini berpikir ingin mengakhiri hidupnya.
Nyut~
Kepala Hinata terasa pusing dan pandangan matanya terlihat kabur lalu.
BRUUUKKK
Tubuh Hinata jatuh tak sadarkan diri dan tak lama terdengar suara teriakkan sesorang yang memanggil nama Hinata.
"Hinata! Dimana kamu," teriak Itachi mencari sang istri.
Dengan menggunakan payung Itachi mencari keberadaan Hinata dan saat Itachi mencari ditengah taman bunga belakang rumah betapa kagetnya ia menemukan sang istri yang tak sadarkan diri dengan bibir sedikit membiru.
"HINATA!" Teriak Itachi panik.
Semua orang terlihat cemas dan khawatir saat melihat Itachi menggendong tubuh Hinata yang tak sadarkan diri juga basah kuyup, Mikoto langsung menghubungi dokter.
Dokter mengatakan kalau Hinata mengalami stress berat yang membuatnya tertekan dan hal ini tak baik mengingat wanita cantik bermata bulan itu baru saja mengalami keguguran, peran keluarga sangat penting apalagi Itachi sebagai suami harus bisa menghibur serta menenangkan hati Hinata.
"Terima kasih atas bantuannya, dokter Kabuto," kata Mikoto penuh terima kasih.
"Sama-sama dan ingat pesanku Itachi, kunci kesembuhan istrimu adalah kau bukan orang lain," ujar Kabuto sesaat sebelum pergi meninggalkan kamar.
"Baik," sahut Itachi.
Hampir dua jam Hinat tak sadarkan diri dan saat terbangun Hinata menemukan Itachi tengah terlelal disampingnya menggengam erat tangannya sama seperti waktu itu.
Wajah Hinata berubah sendu, ia selalu merasa sedih dan bersalah ketika melihat wajah Itachi karena sudah melakukan kesalahan fatal pada pria bersurai hitam itu.
"Ma-maaf..." katanya pelan.
Tes
Hinata terisak pelan, "Ma-maafkan a-aku..."
"Jangan menangis, Hime," Itachi menghapus jejak air mata dipipi Hinata.
Grep
Tiba-tiba tubuh Hinata dipeluk erat Itachi, "Yang seharusnya meminta maaf padamu adalah aku, Hime," kata Itachi sendu.
Tangis Hinata semakin deras mendengarnya, "Maafkan aku Hime karena tak bisa menjagmu dan anak kita, maafkan aku karena sudah gagal menjadi suamimu juga ayah bagi anak kita," ucap Itachi penuh sesal dan rasa bersalah mendalam.
Hinata diam tak tahu harus berkata apa, kedua tangannya pasif disisi tubuhnya.
Tes
Tes
Tes
Itachi menangis membuat Hinata terkejut serta syok, "Kembalilah menjadi Hinataku yang dulu jangan tinggalkanku sendiri karena aku tak sanggup hidup tanpamu," kata Itachi diiringi lelehan air mata.
"Aku mencintaimu selamanya dan hanya dirimu,"
Hinata menangis mendengarnya, ia melingkarkan kedua tangannya di pundak Itachi membalas pelukkan sang suami, "Ta-tapi a-aku su-sudah ko-kotor,"
Itachi melepaskan pelukkanya dan menatap sang istri penuh kasih, di usapnya air mata di pipi Hinata, "Aku tidak peduli kau kotor ataupun sudah tak mengandung lagi anakku dan walaupun kau membenciku tak bisa mencintaiku aku tetap aku tak akan melepaskanmu sampai kapanpun,"
Hinata menangis haru mendengarnya karena sang suami benar-benar tulus mencintainya dan menerimanya apapun yang sudah terjadi.
Bruukk
Hinata menubrukkan tubuhnya lalu memeluk Itachi, "Aku mecintaimu, Itachi-kun," aku Hinata.
Wajah Itachi berbinar bahagia dan senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
Itachi melepaskan pelukkan Hinata dan memandang sang istri penuh cinta, lalu ia mencium kening, kedua mata Hinata secara bergantian, hidung, pipi, dagu dan terakhir adalah bibir ranum sang istri selama beberapa detik.
"Terima kasih, Hime," kata Itachi penuh kebahagian.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Kabuto kalau obat untuk Hinata adalah dirinya dan ia harus berterima kasih pada dokter muda itu karena sarannya sangat membantu. Dan setelah ini Itachi akan memulai semuanya dari awal bersama Hinata, membangun sebuah keluarga yang sesungguhnya dan melupakan segala yang telah terjadi.
TBC
A/N : Apakah masih ada yang menantikan Fic ini?
Kalau kelanjutannya gaje dan aneh, mohon maaf karena jujur saya sempat kehilangan ide#Bungkuk badan dalam-dalam.
Pertama-tama saya mau meminta maaf karena baru bisa melanjutkan Fic ini dan mengapa saya mengupdatenya di akun ini karena saya lupa pasword di akun milik saya yang satu lagi 'Ogami Benjiro' dan terpaksa bikin akun baru dengan memakai pen nama sebelumnya.
Mohon maaf saya tidak bisa membalas Riview di chapter yang lalu tapi saya sangat berterima kasih dan untuk kelanjutannya saya tidak bisa cepat, Fic ini akan saya pastikan akan segera tamat mungkin beberapa chapter lagi.
Saya mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah mau membaca Fic ini dan jika berkenan Read and Riviewnya.
Inoue Kazeka
