Yoongi and The Ghost, Taehyung

"Ambilkan rompiku!"

Ah, sepertinya mempunyai sosok hantu di apartemennya sedikit berguna. Buktinya Yoongi baru saja menyuruh sosok remaja yang sebelumnya duduk di atas meja makan. Oh, hantu itu benar-benar menghilang dari sana.

Dalam beberapa detik, remaja dengan rambut cokelat madu itu kembali muncul di hadapan Yoongi yang sedang duduk di depan pintu seraya memasang sepatunya, mengulurkan sebuah rompi seragam berwarna putih dengan garis biru dongker di lehernya.

Yoongi beranjak dari posisinya lalu meraih rompi itu tanpa sepatah katapun dan segera mengenakannya. Setelahnya, remaja berkulit pucat itu langsung mengambil ranselnya di lantai lalu membuka pintu apartemen kecilnya.

"Aku~"

"Jangan menyusulku di sekolah!"

Hantu berambut cokelat itu hanya bisa menghela nafas dan menyaksikan pintu apartemen tertutup. Kembali, meninggalkannya disini sendirian.


Taehyung hanya bisa duduk di pagar balkon apartemen Yoongi sambil menunggu remaja berkulit pucat itu kembali dari sekolahnya. Tidak banyak hal yang bisa dia lakukan selain duduk disana atau berbaring di sofa.

Sudah hampir empat tahun tubuhnya berkeliaran di sekitar remaja yang lebih tua darinya itu. Oh, itu berdasarkan feeling saja karena Taehyung terperangkap di tubuh yang berumur lima belas tahun, yang artinya lebih muda empat tahun dibandingkan Yoongi yang berumur sembilan belas tahun.

Mata yang semulanya terpejam itu tiba-tiba terbuka, segera mengedarkan pandangannya ke arah jalanan di bawahnya. Oh, dia berada di apartemen di lantai lima.

Kembali ke objek yang tiba-tiba mengusik kegiatannya, Taehyung kembali mendapati dua orang pria berpakaian hitam yang turun dari sebuah van hitam yang berada di seberang jalan. Mereka memandang ke arah Taehyung berada walaupun dia yakin kedua pria itu tidak bisa melihatnya, dia yakin jika dua pria itu adalah orang yang sama seperti sebelumnya. Orang-orang yang selalu mengamati apartemen Yoongi.

Bukannya tanpa alasan, Taehyung pernah mengikuti Yoongi ke sekolah dan saat mereka pulang, apartemen mereka dalam keadaan yang berantakan. Pintu apartemen Yoongi dibobol, terus kamarnya diobrak-abrik. Kemudian, Taehyung tidak sengaja mendapati dua orang pria itu di koridor apartemen sedang menghubungi seseorang dan mengatakan mereka tidak menemukan apapun disana.

Bukan hanya itu, dua orang itu juga pernah membuntuti Yoongi ke sekolah. Parahnya mobil mereka pernah sengaja menabrak Yoongi jika saja waktu itu Taehyung tidak muncul tepat waktu dan segera menarik mundur Yoongi.

Sejak kejadian itu, Taehyung semakin sering mengawasi kedua pria itu. Setiap hari. Jika kedua pria itu tidak menampakan diri, dia akan pergi selama beberapa menit untuk memastikan Yoongi dalam keadaan baik-baik saja di sekolah lalu kembali ke apartemen kemudian kembali lagi ke sekolah dan seterusnya. Terkadang hal itu berhasil menguras tenaga dan membuatnya hanya bisa terbaring di sofa.

Kembali ke dua pria yang terlihat jelas masih mengawasi apartemen Yoongi, Taehyung berniat untuk mengabaikan kedua pria itu saat merasa tidak ada hal lain yang akan mereka lakukan jika saja suara pintu yang diketuk tidak mengalihkan pikirannya.

"Yoongi-hyung?!"

Tubuhnya menghilang dari balkon lalu kembali muncul tepat di depan pintu utama, lalu membuka pintu tanpa ragu. Seolah mengabaikan tentang sosok dirinya yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

"Kenapa kau pulang cepat sekali? Pada~"

"Apa pintunya tidak terkunci?"

Taehyung bungkam ketika sosok pria berambut silver berdiri di hadapannya memandang bingung ke arah pintu yang dibukanya.

Pria itu mengulurkan tangannya, menembus tubuh Taehyung lalu meraih ganggang pintu dan memeriksanya.

"Aku yakin ini sudah diperbaiki."

Taehyung memukul jidatnya, bergumam bodoh pada dirinya. Kemudian, dia harus melakukan apa? Jadi dia hanya membiarkan pria itu menutup pintu apartemen lalu membuka sepatunya dan melangkah masuk.

"Aku harus segera mengisi ini di kulkasnya lalu pergi atau dia akan memarahiku lagi."

Taehyung melirik ke arah dua kantong berukuran besar yang ada di tangan pria itu lalu kembali mengikuti pergerakan pria itu menuju dapur. Membuka kulkas kemudian menyusun belanjaan di kantong ke dalam kulkas.

Setelah itu, Taehyung hanya bisa mengamati seluruh pergerakan pria itu menjelajahi apartemen Yoongi. Tidak melakukan banyak hal selain merapikan tatanan vas bunga, menutup pintu dan gorden yang terbuka.

"Kenapa anak itu seringkali membiarkan pintu balkonnya terbuka? Bagaimana jika kejadian kemarin terjadi lagi?"

Ah, itu karena Taehyung. Dia terlalu fokus pada ketukan pintu sampai lupa menutup kembali pintu balkon.

Tiba-tiba saja, langkah pria itu terhenti pada nakas kecil. Sebuah foto berbingkai yang terpajang disana. Sebuah foto tua yang memperlihatkan dua orang anak yang terlihat seumuran, mungkin sekitar sembilan atau sepuluh tahun, duduk di kursi piano dan tertawa. Tampak bahagia.

Pria itu mengambil bingkai foto itu lalu memandang miris ke arah foto. Bibirnya tersenyum kecil, matanya memanas.

"Sebenarnya kau ada dimana? Ini sudah lima tahun berlalu. Aku merindukan kalian yang dulu."

Taehyung yakin, bahkan setelah pria itu meninggalkan apartemen, Taehyung sangat yakin jika pria itu menangis. Seperti biasa. Pria itu akan mengambil foto itu sebelum pergi, menggumamkan kalimat yang sama kemudian menangis tertahan.

Ah, Taehyung sebenarnya penasaran dengan dua anak di foto itu. Oke, anak kecil berkulit putih di sebelah kanan dengan mata sipit itu adalah Yoongi lalu siapa anak kecil di sebelahnya? Taehyung pernah bertanya pada Yoongi tapi pemilik kulit pucat itu menjawab tidak tahu dengan raut tanpa emosi.


"Bagaimana jika kita ke game center?"

"Tidak."

"Taman? Bermain ayunan atau basket?"

"Tidak."

"Gedung musik? Bermain piano atau alat musik lainnya?"

Yoongi menghentikan langkahnya secara mendadak. Diam-diam, kedua tangannya terkepal, menggenggam tali ranselnya. Musik? Piano? Yoongi membenci hal terakhir itu tapi dia tidak tahu kenapa.

"Maaf, Yoon. Aku tidak bermaksud."

Remaja dengan rambut hitam yang berada di belakang Yoongi itu ikut menghentikan langkahnya. Kepalanya tertunduk. Ada rasa bersalah yang menghampirinya. Apa Yoongi akan marah? Itulah pikirannya.

"Aku pergi! Sampai jumpa besok, Jim."

Park Jimin hanya bisa menatap teman sekelasnya itu melanjutkan langkahnya. Semakin jauh keluar dari gerbang sekolah.


"Apa Namjoon kesini?"

Taehyung hanya mengangguk. Matanya melirik ke arah Yoongi yang sedang menatap ke dalam kulkas yang sudah berisi penuh.

Yoongi mengambil sebotol air minum lalu menutup pintu kulkas. Tangannya yang kosong menarik kursi lalu mendudukkan bokongnya disana.

"Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Aku hantu, jika kau lupa."

Yoongi menghela nafas lalu meneguk air minumnya. Ah, benar. Walaupun sudah hampir empat tahun mereka tinggal, Yoongi sering lupa fakta tentang Taehyung hanya seorang hantu yang menyasar ke tempat tinggalnya.

"Lagipula sosokmu terlalu nyata untukku."

Taehyung mengalihkan pandangannya ke arah layar televisi yang mati. Memperhatikan bayangan Yoongi dari sana.

"Kapan kau akan pergi?"

"Entahlah."

"Apa kau tidak berusaha menemukan informasi apapun tentangmu?"

"Ayolah, hyung! Aku saja tidak ingat hal apa yang membuatku meninggal. Aku hanya ingat namaku saat ini. Itupun kalau benar-benar namaku."

"Nama Taehyung itu terlalu umum."

"Salah satunya nama temanmu yang menghilang itu."

Yoongi yang baru saja akan meneguk minumannya langsung menghentikan gerakannya. Tiba-tiba kepalanya seperti dihantam sebuah kayu. Rasa sakit mendera kepalanya, sama seperti sebelumnya.

Taehyung memejamkan matanya. Tidak menyadari apa yang terjadi pada lawan bicaranya.

"Apa kau berpikir kita saling terhubung? Maksudku, bagaimana jika aku adalah Taehyung yang juga temanmu?"

Namun, hanya suara benda terjatuh yang terdengar. Membuat Taehyung dengan cepat menoleh ke sumber suara dan mendapati botol minum yang tergeletak bersamaan dengan tubuh yang ikut ambruk ke lantai.

"Hyung!"


Aku kembali dengan cerita baru. Lagi dirundung ide yang banyak dan nafsu buat menulis sedang meningkat. Jadi maaf ya kalo misalnya menyampah.

Aku post ulang soalnya tadi gak sengaja ke post padahal belum di edit *hiks

Maaf ya...