FATE

Amuuu's Story.

SeokJin-Taehyung | Bangtan | Fanfiction | Boys Love

Angst -gagal-

RnR, please?

Silents Readers; Hus go out/?

.

Yo Cek it!


"Selamat Pagi tuan, silahkan pesanan anda!"

Jin menyerahkan uangnya, tersenyum manis yang kadang kala malah mencemari wajahnya yang tampan.

Berjalan menenteng buku dengan secangkir kopi ditangannya.

Jin menarik kembali senyumnya, memasang wajah datar menyebalkan yang berbandik balik dengan sifatnya. Semua kursi penuh, bahkan kursi sudut pun penuh. Dengan rela-tidak rela, Jin melangkah keluar. Mendorong pintu kaca yang mendentang suara bel beberapa kali.

Ia berhenti disebuah bangku putih, tersenyum lalu duduk dengan helaan nafas kering.

.

.

Lelaki itu membuka bukunya,

Dengan setetes air hujan.

"Aihh Jinjaa!" Jin berlari berteduh, di depan sebuah kedai kecil yang nyaman.

Air hujan yang semakin menggila itu mendorongnya masuk kedalam. Hangatnya amosfer menerpa hatinya beberapa kali.

Kedai ini tidak ramai, hanya beberapa orang yang sibuk menghangatkan dirinya dengan secangkir kopi atau cokelat panas.

Jin menggantung mantelnya, "Ahh, tidak berjalan baik" sedikit mengerang.

Ia menatap seorang lelaki yang menatap lurus dengan pandangan kosong. Merasa tertarik, terjebak dalam lubang pesona sementara. Tubuh Jin kaku, sedetik kemudian amosfer berubah, seperti Vanilla dan Caramel.. ah bahkan Lily dan Lavender.

Jin menghirup aroma Lavender dilangkah pertama, bergantian dengan aroma lily dan Caramel. Lalu seketika berubah menjadi padang bunga dengan bunga Akasia Putih.

Terganti sedetik kemudian menjadi Mawar Merah dengan Baby's Breath jalan yang seimbang.

Langkah berikutnya berubah menjadi Tulip dengan berbagai warna.

Jin mematung sejenak. Melihat sudut hamparan bunga dengan bergairah, Mata Lelehan Onyx cokelat yang bergantung lucu dan sekali tertutup kedipan mautnya. Jin terpesona akan sesaat. Melabuhkan kakinya pada pijakan baru yang terasa cokelat dan lembut.

Gemuruh Hujan yang semakin menggila menyadarkannya pada aroma lama Caffe yang menguak menembus sensor Aromanya.

Lelehan Onyx yang berkedip lemah, belahan benda pink kenyal yang terus membuka dan menutup, mengehembus nafas hangat. Tangan pucat mungil yang antusias memegang gagang cangkir erat. Seakan takut cokelatnya akan menghilang sekejap.

".. Hobie-hyung?"

Jin menghela nafas.

Menatap Caramel nya yang berjarak satu langkah.

Jin menyadari sesuatu, sesuatu yang membuat hatinya bergemuruh dan terasa asing. Sesosok lelaki yang menabrak pundaknya lalu menepuk kepala Caramel lembut.

Lelaki itu tersenyum pada Jin, yang lalu mengangguk kecil.

"Mari pulang, Taehyungie~"

.

.

.

Jin menyadari sesuatu setelah itu, gemuruh hatinya yang bergejolak gila dan bahkan mengeroyok habis perasaannya.

Kadang kala pikiran asing menyeruak keluar, bau Caramel yang kadang membekas pada sensor aromanya, memberi kesan nostalgia musim semi.

.

.

Jin kembali menjelajah Cafe munggil itu. Memesan secangkir cokelat lalu duduk pada sebuah kursi sudut yang nyaman.

Mendengus kecil.

Marbel Hitamnya yang bergerak gelisah menatap setiap sudut Cafe Munggil ini.
Telinganya mengabaikan suara Lonceng saat pintu terbuka, mempersilahkan Sepasang Lelaki yang ia tunggu.

Hati Jin bergejolak setelah itu, melihat Sang Caramel berjalan sembari memegang tongkat, tangan kirinya terpapah oleh sosok lelaki yang sempat menubruk Jin.

"Tunggu Taehyungiie~" Lelaki itu menepuk kembali kepala Caramelnya. Lalu meninggalkan Caramel pada bangku sebelumnya.

Jin mendekat, sensor Aromanya menangkap kembali bau Vanilla dan Caramel yang menyatu lembut.

"Permisi?" Jin membuka suaranya.

"Ya?"

"Bolehkan aku duduk?"

Caramel menggangguk lembut, ujung bibirnya tertarik keatas, senyum yang manis.
Pandangan Caramel yang selalu kosong dan tenang itu menatap tajam dan lurus, seolah mengabaikan Jin didepannya.

Cukup hening Hingga Tangan Jin yang seperti Tidak Asing itu mengusap lembut pipi sang Caramel.
Telapak tangannya yang bersentuhan dengan Pipi yang lembut dan kenyal.

Sang Caramel terlihat kaget, walaupun terlihat terharu dan menikmatinya. Tangan kanannya memegang erat Tongkat, Mata lelehan Onyx Cokelat itu membendung sungai yang yang sebentar lagi rubuh, terlalu lemah untuk sekedar mengusap atau berkedip.

"..Hyung?"

Jin termangu, benar-benar Bingung. Kedua tangannya menyentuh pipi kenyal it u, mengusap Air mata yang perlahan turun. Bibir sang Caramel bergetar.

"SeokJin-hyung?"

Seperti otomatis, Gerakan Jin terhenti. Menatap kembali Lelehan Onyx Cokelat yang terlihat memerah.

"Apakah kita pernah bertemu?"

Jin menutup mulutnya, menatap Ekspresi terkejut yang tiba-tiba muncul.

".. Hyung, maaf"

Suara yang bergetar lemah, seolah pita suara itu tidak kuat menahan kesedihan lama yang tiba tiba menyeruak kembali. Kenangan masa lalu Musim semi.

"Hyung, maaf aku tidak bisa lagi.."

Kepala Jin seperti berputar, Hati dan pikirannya bercampur menjadi satu. Darahnya mendidih dan tanggannya bergetar hebat.
Sesosok nama keluar dari Ingatan lama, membuat matanya terasa panas dan pandangannya memudar.

Lengan Jin menyenggol segelas cangkir yang kemudian jatuh dengan Irama di Lantai. Bersamaan dengan itu, hatinya merasa panas. Terasa tercabik Hingga ia tidak bisa bernafas.

"..Taehyung-ah?"

Hitam.

.

.

.

Putih.

Merah.

Hitam.

Warna yang selama ini terus terganti dalam pandangannya. Perlahan terganti oleh Cahaya menyilaukan. Beserta suara samar yang terus tergantung dalam ingatannya.

Ciuman dan sentuhan yang tidak Jin mengerti, kilatan memori yang tidak bisa Jin pahami.

Ia sudah terlalu bingung untuk ini.

.

.

.

"Sudah kuduga, kau benar SeokJin yang itu"

Jin mengerjap dalam dekapan selimut tebal, di dalam kamar sebuah klinik yang mungil.

Lelaki yang bersama dengan Caramel tempo hari itu menatapnya lembut, membantunya berdiri dan memberinya segelas air.

Jin bungkam, hanya menatap jemarinya yang saling bertautan.

"Lama tidak berjumpa, hyung"

Lelaki itu tersenyum.

Berikutnya, kepala Jin berputar memaksanya menemukan sesuatu yg dia bahkan tidak tahu.

"Ouch, jangan lagi, hyung. Jangan dipaksakan"

Jin mengernyit tidak mengeti. Ketika Kepalanya berputar, perutnya terasa mual, genjatan memori masa lalu yang menerjangnya tiba-tiba. Membuat perasaan aneh yang terasa asing, seperti Baby Breath dan sedikit Amis, darah?

"Kau, Mobil, yeah, dan Taehyung.. eungg ah bagaimana mengatakannya"

Jin menatapnya Tajam.

"Oh baiklah, pertama Aku Jung Hoseok, sepupu Taehyung"

Hoseok berdehem setelah itu, memberi jeda yang aggak panjang untuk sekedar mencari solusi.

"Sebelas bulan yang lalu, kau pergi bersama Taehyung ke Bukit didekat gunung"

Jeda lama yang terasa canggung dan asing.

"Yeah, kau mengalami sedikit kendala disitu, mobil yang kau tumpangi menabrak pembatas Jalan.."

Hoseok menepuk-nepuk besi ranjang. Menatap Jin kaku.

"Apakah, maksudku.. Aku dan Taehyung?" Jin menerawang sejanak, mencoba menggali memorinya yang malah semakin membuat kepalanya berdenyut.

"Kau dan Taehyung, sepasang kekasih, sudah bertunangan" Hoseok tampak lancar mengatakannya, tersenyum sekali lagi.

Jin tersenyum, ia tidak bisa mengingatnya. Ia merasa bodoh, walau tangannya bergetar dan bibirnya tampak pucat.

Jin ingin mengingatnya. Hanya ingin mengingatnya.

Hoseok menepuk punggung tangannya, "Hyung, kau tahu. Meskipun Taehyung buta karenamu, Meskipun iamenggendong beban yang berat pada penyakitnya, dia tetap menunggumu di tempat itu, selalu"

.

.

.

Jin temernung sedikit, tangannya kembali menggenggam erat tangan Taehyung lembut. Tidak ingin melepaskannya lagi.

"Jin hyung?"

"Ya, sayang"

"Maaf.."

"Tidak apa, sayangku"

"Maaf, hyung. Aku tidak bisa melihat Wajahmu"

"Tidak masalah Tae-tae"

"Maaf"

"Kau tidak harus meminta maaf"

Finalnya, Jin mengecup Taehyung dalam, hingga mata Taehyung terpejam. Terpejam damai sembari memeluk buku usang yang selalu ia genggam.

Jin tidak menangis, ia hanya menyalurkan kesedihannya pada tetesan air yang meluncur turun melalui pipinya.

.

.

.

Tapi Jin masih tidak mengingatnya, dia tidak akan pernah mengingatnya.

.

.

.

Kepala Jin berputar sejenak.
Memunculkan sesosok yang tidak Asing, bergantian dengan Sebuah Mobil dan Taman, dan beberapa Jejak darah. Sesosok itu tersenyum, tertawa, bersedih, seolah berganti seperti Proyektor Kenangan.

Darah Jin yang terpompa gila, nafasnya yang tiba-tiba menggerutu dan terlihat sesak.

Bola matanya terbalik, menjadi putih polos yang menyedihkan. Jin bergejolak, lalu pingsan.

Menjatuhkan Buku dalam genggamannya. Buku usang yang terlihat lama, dan rusak.

Buku usang favorit Taehyung yang selalu menjadi kekasihnya.

Buku itu terjatuh, terbuka pada Laman yang terbatasi sebuah kertas dengan huruf Braille;

Hyung, Baby. Don't Cry,

You Have My Heart,

Hyung, Baby. Don't be Sad,

People can die Somtime.

Hyung, Baby. Don't Remember,

I Always be your Love,

Hyung, Baby. .

I Love you, More Than I Know to Love you

.

.

.

.

.

END xD


Yo, sudah berapa lama ga update ini ;-; /slapped

Much Imajinations not enough time /gigit meja/ /slapped again/

Maaf kurang memuaskan, ga tau harus ngomong ama lagi/? ;; Ada TYPO ato SALAH KATA mohon di maklumi huwe ;;

/slapped/?

Mind to Review? '-'