"Sial! Pagi ini aku bangun kesiangan. Jadi nggak sarapan, deh,"
"Kagami-kun,"
"Aduh, baru jam segini perutku udah laper pula. Mampir dulu ke Majiba enak kali, ya?"
"Kagami-kun,"
"Ah, nggak boleh, nggak boleh! Ntar malah telat, terus gerbang sekolah ditutup. Masa aku harus manjat gerbang sekolah kaya pas upacara penerimaan siswa baru waktu itu, sih? Ogah ah,"
"Kagami-kun,"
"WHOA! Kuroko? Sejak kapan kau ada di sana?"
"Sejak lima menit yang lalu aku sudah ada di sampingmu. Kau saja yang tidak menyadarinya, Kagami-kun,"
'Bikin kaget aja.'
"Maafkan aku kalau aku membuatmu kaget, Kagami-kun,"
"Hentikan itu! Kau ini apa sih? Pembaca pikiran?"
"Chigau," kata Kuroko. Ekspresinya tetap saja datar. "Etto, Kagami-kun,"
"Apa?"
"Apa kau tau hari ini kita kedatangan guru baru?"
Salahkan Guru Baru Itu, Pyon!
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Enjoy!
"Eh, souka? Guru pelajaran apa?"
"Kimia. Bukan kah kemarin Natsu-sensei sudah memberitahu hal ini kepada murid-murid di kelas kita, Kagami-kun?"
"Begitu kah? Sepertinya aku lupa."
"Un, dan lagi, aku mendengar rumor bahwa guru baru ini sedikit….aneh,"
Itu adalah pembicaraan terakhir mereka sebelum bel masuk sekolah. Sebenarnya Kagami sendiri tidak ambil pusing dengan rumor guru baru itu. Toh, guru kimia sebelumnya juga sama anehnya— memiliki hobi berburu serangga mulai dari yang kecil hingga ukuran besar, lalu mengawetkannya di dalam toples kaca. Kalau tujuannya untuk pembelajaran, sih, tidak apa. Tetapi guru itu melakukannya tanpa alasan.
Bodo amat lah. Kagami lebih mementingkan nasib perutnya yang kelaparan dibanding dengan rumor-rumor itu. Tetapi kalau dipikir-pikir ini baru jam sepuluh, masih ada beberapa jam pelajaran lagi hingga bel istirahat makan siang berbunyi.
'Tidur saja lah,' pikir Kagami.
Mungkin Dewi Fortuna sedang berpihak kepada Kagami waktu itu sehingga guru Sejarah Dunia tidak menyadari Kagami yang tertidur sepanjang pelajaran. Ah, padahal Kagami, kan, murid dengan badan terbesar di kelas itu. Ditambah warna rambutnya yang mencolok seperti itu membuatnya terlalu mudah disadari dimana pun ia berada. Mungkin Kuroko telah meminjamkan kemampuan misdirection-nya kepada Kagami.
Ingin rasanya ia melesat ke kantin secara diam-diam. Tapi sayangnya, tempat duduknya cukup jauh dari pintu keluar. Serius, Kagami lapar, ya Tuhan. Mungkin dua puluh lima bungkus roti yakisoba di kantin dapat menyelamatkan perutnya yang besar itu. Kagami hanya tidak ingin jadi remaja labil yang suka baper. Karena katanya sih, "Laper bikin baper", begitu yang dikatakan senpai-nya yang suka ngelawak garing itu.
Ini semua gara-gara PS4 barunya. Ia terlalu antusias memainkannya hingga lupa waktu. Ketika jam digital yang terletak di meja kecil di samping ranjangnya menujukkan waktu 3:45 AM, ia baru tertidur. Itu pun dengan posisi yang tidak elit. Ia tertidur di lantai dengan joystick di tangannya. Alhasil, ia bangun terlambat, tidak sempat sarapan— hanya memakan indo*mie goreng beserta chicken wings, dan punggungnya encok seperti yang sering dialami penasihat tim basket mereka.
Kepalanya terangkat untuk melihat jam tangan sport yang ia kenakan. Lima belas menit lagi. Time sure does fly, huh? Ia bahkan baru menyadari kalau ini sudah bukan pelajaran Sejarah Dunia lagi. Lima belas menit lagi dan ia akan berlari sekuat tenaga menuruni setiap anak tangga hingga akhirnya sampai di kantin SMA Seirin. Itu bukanlah waktu yang lama. Sabar, Kagami.
Ia baru saja kembali menyandarkan kepalanya di atas meja, tetapi nampaknya sang guru menyadari Kagami.
Duakh!
"Itte…" ia mengusap puncak kepalanya yang mendapat 'sapaan ramah' dari penghapus papan tulis melayang.
Kagami kembali mengangkat kepalanya, melihat siapa guru yang sudah berani melemparnya dengan penghapus itu. Merah bertemu coklat. Dapat ia rasakan kedua pipinya menghangat. Mata itu begitu indah— bukan, salah setting ternyata.
Oh, inikah guru baru yang dikatakan Kuroko? Siapa tadi namanya?
'Fujimatsu Daichi ka?'
"Kagami Taiga, bisa kau jelaskan bagaimana cara mencari pereaksi pembatas?"
'Kuso! Kenapa si Kuroko nggak bangunin aku sih?!' Kagami menoleh dan ditemukannya Kuroko yang juga tertidur.
'Tch! Lucky brat.'
"A-ano…dieliminasi, Fujimatsu-sensei,"
"Salah! Khusus untukmu, kerjakan latihan di buku paket halaman 83 sampai 90. Kumpulkan di ruangan laboratorium kimia sebelum bel masuk setelah istirahat makan siang! Dan lagi, namaku bukan Fujimatsu, tapi Fujisaki!"
"Ah, gomen. T-tapi—"
"Kenapa? Ingin kutambah sampai halaman 95?"
"Tidak, sensei,"
'Apa-apaan ini, aura yang dikeluarkannya seperti aura Hyiuga-senpai,'
Beberapa murid terkekeh melihat Kagami.
'Sialan!'
Syukurlah Kuroko dapat mengerti keterbatasan otak Kagami. Ia mengorbankan setengah waktu istirahat makan siangnya demi membantu Kagami mengerjakan tugas hukumannya. Dan kini Kagami sedang menaiki tangga, menuju laboratorium kimia bersama dengan tiga kantung plastik di tangan kirinya dan buku paket kimia di tangan kanannya.
"Permisi, sensei,"
Kosong.
Ia tidak dapat menemukan satu pun orang di ruangan itu.
'Yosh! Aku dapat cepat-cepat keluar dari ruangan ini tanpa harus dimarahi oleh orang itu.'
Kagami dengan sedikit tergesa menaruh bukunya di salah satu meja di ruangan itu. Setelah itu ia mundur lalu—
PRANG!
'Oh, no!'
Karena tindakan cerobohnya, Kagami telah menyenggol meja dan menjatuhkan dua buah tabung Erlenmeyer yang berisi cairan berwarna ungu pekat. Asap berwarna senada mulai terbentuk. Ia mulai kebingungan. Namun sebelum ia sempat beranjak dari tempat itu, pandangannya mulai gelap.
Ia tidak ingat apa pun setelah itu.
"Doko da?"
"Ah, Kagami-kun, akhirnya kau sadar juga,"
"Kuroko? Aku dimana?"
"Kau berada di UKS, Kagami-kun. Fujisaki-sensei menyuruhku untuk menjagamu. Beliau yang menemukanmu tergeletak di ruang laboratorium kimia lalu membawamu ke sini," ujar Kuroko. Ia membantu Kagami untuk duduk di ranjang.
"Oh, benar juga! Hal terakhir yang aku ingat adalah aku berada di ruang laboratorium itu untuk mengumpulkan tugas. Che, lagipula, mana roti yakisoba-ku?"
Kuroko sweatdrop. 'Kagami-kun no baka. Masih saja memikirkan makanan di saat seperti ini.'
"Kagami-kun, sebenarnya apa yang terjadi? Aku ingin bertanya hal ini kepada Fujisaki-sensei tetapi ia sedang tergesa-gesa untuk mengajar kelas lain," Kuroko mengabaikan pertanyaan Kagami perihal roti yakisoba.
"Uhm…aku rasa saat aku hendak keluar dari laboratorium, kakiku menyenggol meja dan akhirnya dua tabung kaca berisi cairan kimia terjatuh. Asap mulai muncul, lalu semuanya berubah menjadi gelap."
"Sepertinya kau keracunan asap itu, Kagami-kun. Maa, kau tunggulah saja di sini. Aku akan ke kantin untuk membelikanmu roti yakisoba. Kau belum makan dari tadi pagi, kan?" Kagami hanya dapat mengangguk.
Setelah Kuroko keluar dari ruangan UKS, Kagami kembali berbaring di ranjang itu. Ruangan itu terasa sedikit lebih dingin dari biasanya meskipun penghangat ruangan yang terletak di pojok ruangan masih bekerja. Jadi ia meringkuk dan menenggelamkan kepalanya di bawah selimut tebal berwarna hijau pucat, mencoba mencari kehangatan di setiap inchi dari selimut itu.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Kuroko kembali dengan membawa sekantung plastik berisi roti yakisoba, seperti apa yang dikatakan sebelumnya. Karena ia tidak membawa uang sebanyak Kagami, akhirnya Kuroko hanya membeli lima buah roti. Kagami mulai membuka kemasan roti, tidak seperti biasanya, ia makan dengan perlahan kali ini. Kuroko yang duduk di samping ranjangnya hanya membaca shounen manga dalam diam.
Setengah jam lagi kegiatan belajar mengajar akan usai. Dan karena ini adalah hari Rabu, artinya mereka akan memulai latihan basket seusai jam sekolah. Kemenangan Seirin di Winter Cup tidak membuat pelatih mereka meringankan porsi latihan setiap anggota tim basket. Meskipun begitu Kuroko tersenyum senang dalam hati, tidak sabar ingin berlatih bersama tim kesayangannya.
"Aku kenyang,"
"Ha?"
Ia kaget bukan main. Ia hanya memberi Kagami lima buah roti berukuran normal dan pemuda redhead ini mengatakan bahwa ia kenyang. Lebih dari itu, Kagami tidak menghabiskan semua rotinya, ia hanya memakan tiga dari lima roti. Padahal biasanya Kagami dapat menghabiskan lebih dari lima belas bungkus roti.
"Kagami-kun, apa kau yakin?"
"Aku pusing, Kuroko," alis bercabangnya mengernyit, membuatnya seakan seperti menyatu. Tangan besarnya terangkat untuk memijat pelan pelipisnya.
"Uh, baiklah. Kalau begitu aku akan meminta ijin kepada pelatih kalau kau sedang sakit."
Sebenarnya Kagami sendiri tidak ingin bolos dari latihan— karena ia yakin pasti di hari selanjutnya mereka latihan, kantoku akan melipatgandakan porsi latihannya dari yang lain. Ah, pelatih satu itu memang tidak pandang bulu. Tetapi tak dapat ia pungkiri kalau kepalanya terasa sangat sakit saat ini, ditambah ia mendengar dengingan melengking di kedua telinganya.
Butuh berkali-kali bagi Kagami untuk meyakinkan Kuroko kalau ia dapat pulang sendiri. Ia tidak ingin merepotkan bayangannya, sungguh. Kuroko terlalu baik menurutnya. Sekarang ia berdiri di depan gerbang Seirin. Tangannya merapatkan mantel tebal berwarna gelap yang dipakainya. Setlah ia rasa pakaian musim dinginnya sudah lengkap, ia mulai berjalan.
Entah ini sudah yang keberapa kalinya dalam bulan ini ia membolos latihan. Meskipun ia juga kesal dengan fakta bahwa Seirin telah mengalahkannya di Winter Cup. Saat ini ia sedang berdiri di dalam toko buku di pinggir jalan utama Tokyo. Matanya dengan gesit mencari majalah Mai-chan edisi terbaru. Ya, tentu saja ia Aomine, siapa lagi yang menyukai hal-hal berbau vulgar selain dirinya. Tetapi sebelum ia menemukan majalah itu, matanya menangkap figur yang sudah ia hapal di luar sana. Orang itu sedang berjalan di pedestrian dengan pelan. Pandangannya mengarah ke bawah, sedang kedua tangannya disembunyikan di balik saku mantel.
'Kagami?'
Ia awalnya tidak peduli dengan keberadaan Kagami di luar sana dan kembali mencari majalah yang diinginkannya, namun kemudian ia mendengar suara keributan. Orang-orang di sekitar pedestrian terlihat mengerumuni satu titik. Merasa penasaran, akhirnya Aomine keluar dari toko buku tersebut dan menemukan Kagami tergeletak di sana.
'Bodoh! Kau kenapa?'
"Minggir! Aku kenal orang ini," ia berusaha menerobos kerumunan.
"Apa aku perlu menelpon ambulance?" Tanya salah satu pejalan kaki pada Aomine.
"Tidak perlu. Biar aku yang mengantarkannya pulang. Rumahnya tidak jauh dari sini. Bantu aku mengangkatnya, dan aku akan menggendongnya."
"Ah, baiklah,"
Dengan bantuan orang itu, kini Kagami sudah berada di punggung Aomine. Tangannya menjuntai melewati dada bidangnya, sedang kepalanya bersandar di pundak pemuda dim, membuatnya merasakan napas Kagami yang panas. Ia juga dapat merasakan rambut spiky Kagami menggelitik tengkuknya. Selama berjalan, beberapa kali ia harus membungkukkan sedikit badannya, dan membetulkan kembali posisi tangannya agar rivalnya yang satu ini tidak terjatuh.
Aomine masih ingat dengan jelas jalan menuju apartment Kagami. Karena ia pernah beberapa kali berkunjung ke tempatnya; entah seusai mereka one-on-one, mau pun untuk sekedar numpang makan karena tidak mau merasakan masakan Momoi, bahkan membayangkan bagaimana rasanya saja ia tidak mau. Ia sudah sering— sedikit terlalu sering, keracunan makanan yang diberikan Momoi untuknya.
Setelah sampai, kini ia berdiri tepat di depan pintu apartment Kagami, Aomine mulai merogoh isi tas pemuda yang lebih pendek dua senti darinya ini, mencoba mencari kunci untuk membuka pintu masuk. Setelah menemukan benda yang ia cari dan membuka pintu itu, Aomine mulai memasuki kediaman Kagami. Tempat itu masih sama seperti terakhir kali ia berkunjung ke sini.
Ia memasuki tempat itu lebih dalam setelah menutup pintu di belakangnya, berniat membaringkan Kagami di kamarnya setelah itu ia akan pulang. Tepat sesaat setelah ia menaruh Kagami di ranjang, dan berbalik badan, sebuah tangan hangat— tidak, panas, menahannya untuk pergi.
Ia menoleh, terkejut dengan apa yang ia lihat.
"Ao-pyon?"
"K-Kagami?"
Semuanya terlihat normal, kecuali satu. Di atas puncak kepala Kagami kini terdapat sepasang telinga kelinci berwarna putih yang terlihat lembut.
See you next chapter!
Author's note: HUWAAA! Saya buat apa ini? Ya ampun. Kagami maafkan aku sudah membuatmu menjadi makhluk jadi-jadian. Ganteng-Ganteng Kelinci dia jadinya ya, hahaha /digaplok Kagami. Ini saya niatnya mau bikin Kagami centric, karena saya pikir Kagami itu big, cute dork. Semua orang cinta Kagami *termasuk saya*
Okay, saran dan kritik sangat saya butuhkan! Jadi jangan lupa untuk review yaa, minna-san~
