Negara Baru

.

.

.

Bandung, Mei 1945.

Dini hari, di sebuah perkampungan. Tampak alam masih di selimuti oleh kegelapan. Di salah satu rumah yang belum bisa di katakan mewah namun tidak jua di katakan sederhana, seorang gadis bersurai merah muda duduk termenung. Sesekali terdengar hembusan nafas kerasnya. Matanya menatap ke atas langit yang berhiaskan bintang dan rembulan.

"Sakura" lamunan gadis yang menatap ke arah langit, kini teralihkan ke arah sumber suara yang memanggil.

"Ini sudah lewat tengah malam, kenapa kamu belum tidur?" suara lembut kembali menyapa, gadis cantik bersurai merah muda yang di panggil Sakura cuma menatap sekilas sambil tersenyum lembut.

"Tidak ada, Hinata. Hanya saja di saat-saat seperti ini, aku malah teringat abah…"

"Mudah-mudahan ayahmu masih hidup. Percayalah, ayahmu itu kuat" ujar gadis cantik lainnya yang baru muncul, menghibur.

"Ayahmu itu adalah pahlawan. Ia rela mengorbankan semuanya. Kau tahu, ayahmu selalu bercerita kalau ia akan terus berjuang sampai penjajah-penjajah itu pergi dari bumi pertiwi"

Gadis yang di panggil Sakura itu menoleh pada sahabatnya. Berikutnya ia kembali menatap keatas langit menatap sang rembulan yang memang tengah berbentuk bulat sempurna.

"Tapi" Hinata kembali membuka percakapan setelah beberapa saat keduanya terdiam, "Kau masih memiliki harapan kalau ayahmu masih hidup. Tapi… bagaimana denganku, di bandingkan denganmu, sudah di pastikan kalau aku tidak akan pernah berjumpa lagi dengan ayahku" suaranya lirih, bahkan terdengar agak serak. Menandakan kalau Hinata akan menangis.

Hisashi, ayah Hinata meninggal di tangan Belanda atau mungkin orang inggris ketika memberontak karena lahannya di rebut untuk di jadikan lahan dan bagian dari sistem tanam paksa. Di saat itulah Hisazhi tewas di ujung bedil orang belanda.

Melihat Hinata, tentu saja Sakura mengerti bagaimana sedihnya Hinata. Karena pada waktu itu ayahnya tewas tepat di depan Hinata. Hal inilah yang membuat Hinata menjadi seperti terpuruk. Maka Sakura segera memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Maaf Hinata, kau memang gadis yang tabah. Hinata, kau janganlah terlalu bersedih, aku ada di sini, yang akan selalu menemanimu" saat inilah tubuh Hinata menagis di dalam pelukan Sakura.

Sakura terus membelai sahabatnya itu sampai tangisan Hinata terhenti.

"He…he…he…" saat Hinata mulai tenang. Ia malah memperdengarkan kekehnya. Ia mulai melepaskan diri dari pelukan Sakura.

"Seharusnya aku menghiburmu, malah aku yang harus kau hibur" lagi-lagi hinata memperdengarkan kekehannya di depan Sakura.

Sebelumnya Sakura sedikit ikut-ikutan sedih, kini malah ikut-ikutan tersenyum. Ia senang, sejak Hinata kehilangan ayahnya, ia selalu kelihatan murung, bahkan terlihat sangat pemalu, tapi jika bersama Sakura, Hinata malah terlihat sedikit lebih bijak, bahkan ceria.

"Huff… kenapa ayah belum pulang ya, bukankah para manusia rakus berambut jagung itu sudah pergi" keluh Sakura pada sahabatnya.

"Entahlah. Tapi para Nippon pun, ku dengar, malah lebih bengis"

Hembusan nafas berat dari Sakura kembali terdengar, "Lepas dari buaya, sekarang jatuh ke sarang Macan"

"Iya" Ujar Hinata membalas dan terdengar lesuh.

"Hey, Hinata. Kalau ayahku masih hidup dan kembali, maukah kau ikut dengan kami?" ujar Sakura menatap Hinata, bahkan menunjukkan wajah yang begitu berharap.

Hinata menatap Sakura sambil tersenyum hangat. Ia sudah hidup sebatang kara, dan tidak memiliki siapa-siapa selain sahabatnya ini.

"Kyaaaa…."

"Diam atau mati! bagero…"

Namun sebelum mennyatakan persetujuan, tiba-tiba, terdengarlah jeritan saling menyahut. Disela teriakan panik itu, terdengar juga bentakan-bentakan untuk menyuruh diam. Bahkan terdengar juga suara letrusan senapan dan di iringi dengan jerit kematian.

"Kalian berdua. Kenapa masih di sini. Cepat pergi!" tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya datang dan berbicara dengan nada panik. Kedua gadis itu malah kebingungan.

"Apa lagi! Cepat! Para tentara Nippon datang, dan hendak mencari gadis-gadis cantik"

Kedua gadis cantik itu juga sudah mendengar kebengisan para tentara jepang. Tindakan semena-mena, pembunuhan sadis bahkan perkosaan juga di lakukan oleh para penjaja Nippon maka kedua gadis itu pun segera melarikan diri dan hendak bersembunyi. Namun baru di depan pintu…

"Kyaaa…"

"Tolooong…"

Jeritan kaget dan ketakutan terdengar dari kedua gadis itu. Bagaiman tidak, tiba0-tiba saja keduanya di hadang dan di sergap oleh dua tentara Nippon. Kedunya berusaha memberontak, namun apalah daya tenaga kedua gadis desa seperti mereka di tangan tentara terlatih.

"Hentikan!" wanita paruh baya tadi datang dan hendak menolong kedua gadis yang terancam kehormatannya itu.

"Diam!"

Bukk!

Sebuah hantaman mengenai wanita paruh baya itu dan membuatnya terjatuh dan tak bergerak seketika.

Kedua gadis itu pun di seret dengan paksa dan di tempatkan dalam sebuah mobil.

Sakura dan Hinata duduk berdampingan.

Ayah Sakura adalah seorang militer. Tentu saja ayah Sakura juga mengajarkan agar Sakura tidak panik dalam menghadapi kesulitan. Atau paling tidak, ia tidak boleh menunjukkan rasa takut.

Tapi beda dengan Hinata, ia makin ketakutan, instingnya mengatakan kalau kehormatannya sedang terancam.

Sakura mengamati gadis-gadis yang rata-rata cantik itu. Semuanya menunjukkan rasa takut. Terakhir ia menatap sahabatnya yang terlihat makin ketakutan. Hal inilah yang membuat Sakura sangat kasihan pada sahabatnya.

Sakura mengamati keluar sekitar jalanan yang di lalui kendaraan yang membawa mereka. Keadaan sepi dan gelap karena melintasi hutan karet.

"Hinata. Jangan takut, kau tidak akan apa-apa" hibur Sakura.

Hinata masih tidak bergeming. Ia tidak percaya dengan ucapan Sakura. Mereka sekarang menjadi tawanan, bagaimana mungkin Sakura mengatakan tidak apa-apa.

Sakura melihat ke pintu masuk mobil yang di jaga oleh dua tentara Nippon yang sedang duduk namun mengarahkan senjata ke arah para gadis. Sakura melihat ada cela. Ia menggenggam pergelangan Hinata.

"Kau harus selamat… hiyaaa" entah kekuatan dari mana. Sakura menarik bahkan melakukan dorongan terhadap Hinata.

Hinata terdorong keluar melewati penjaga. Ia terjatuh dari mobil yang tengah melaju. Ia terjatuh di semak-semak yang tumbuh liar di sekitar jalan.

"Larilah, Hinata…! Selamatkan dirimu!"

Hinata yang terjatuh dan terus bergulingan. Ia berguling di atas lahan yang miring, bahkan nyaris memiliki kemiringan seperti sebuah jurang. Beruntung bagi Hinata, ia berguling di atas semak dan rerumputan yang tumbuh liar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Ia pun masih sempat mendengarkan teriakan Sakura.

Duk!

Hinata kehilangan kesadaran karena kepalanya membentur benda keras.

Mobil yang membawa Sakura berhenti. Terlihatlah cahaya-cahaya senter dari orang yang mencari. Penjaga yang tadi di tugaskan menjaga para tawanan di mobil yang di tempati Sakura dan Hinata, tentu saja masih sempat melihat tempat Hinata terjatuh. Keduanya pun segera melakukan pencarian. Namun melihat tempat Hinata terjatuh yang menyerupai jurang, sehingga membuat keduanya berkesimpulan kalau gadis itu tak mungkin selamat. Akhirnya semuanya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.

Satu persatu mobil tawanan itu kembali bergerak. Kecuali mobil yang mengangkut Sakura.

Par!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Sakura.

"Kau akan mendapat balasannya nanti" maki salah satunya. Kesal, karena akibat perbuatan Sakura, satu ladang pelampiasan nafsu mereka, hilang.

Sakura sengaja di pisahkan oleh serdadu Nippon yang di tugaskan untuk menjaga Sakura dan yang bersamanya ketika berada di atas mobil. Keduanya nampak masih kesal akibat kehilangan gadis cantik lainnya. Dan kini, kekesalan itu akan di lampiaskan pada Sakura.

Sakura menjerit-jerit kesakitan karena di seret-seret dengan paksa. Akhirnya Sakura tiba di satu ruangan, ia dorong hingga terjatuh dan tersungkur tepat di depan sekitar lima orang perwira Jepang. Sepertinya, sebelum di bawah kesini, kedua penjaga itu sudah memberi tahukan pada kelima perwira tersebut. Ini bisa di ketahui dengan berkumpulnya kelima perwira yang bisa di katakan beda divisi.

Melihat kecantikan Sakura, kelima perwira itu nampak sekali kalau kelimanya menjilat bibir karena sangat tergiur dengan kemolekan tubuh dan kecantikan Sakura

Sementara itu, pria yang di tugaskan untuk mengawasi Sakura sebelumnya, tidak beranjak dari tempatnya. Ia berharap, jika para perwira itu sudah puas, biasanya para perwira itu langsung menghabisi korbannya. Dan ia berencana, akan meminta Sakura agar ia tetap di biarkan hidup. Ia benar-benar sangat tertarik pada Sakura. Dan ia berencana akan menjadikan Sakura sebagai budak nafsu setannya.

Sakura menatap tajam pada lima perwira di depannya. Meski begitu, tak ayal, dalam hatinya di hinggapi rasa takut yang teramat sangat. Ia sadar, sekarang Sakura tak bisa berbuat apa-apa di hadapan lima perwira Nippon. Sakura beringsut dengan rasa takut. Ia tahu ia makin terancam, baik nyawa maupun kehormatannya.

Kelima perwira yang sudah mulai tak sabaran. Langsung saja kelimanya menerkam Sakura. Sakura hanya bisa menjerit-jerit mengiringi kehormatannya di renggut oleh manusia-manusia bejat.

SSS

Jakarta, 1 September 1945.

Tok! Tok! Tok!

"Sampurasun"

Pria berhelaian rambut raven, bangun dengan mata setengah terbuka. Suara ketukan membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Sampurasun"

Kembali salam terdengar. Jelas sekali kalau ia sangat mengenali suara yang berada di luar. Berikutnya, ia hanya menggosok kedua kelopak matanya dan merapikan rambut dengan menggunakan sela-sela jarinya.

"Sasuke…"

Sekali lagi panggilan dari luar.

Sasuke membuka pintu dan tampaklah di depan pintu rumahnya kini berdiri seorang pria paruh baya menatapnya tersenyum.

"Paman Kizashi" ceria Sasuke menyapa pria Kizashi.

"Ayo masuk paman" kembali Sasuke mengajak Kizashi dengan sopan.

"Aku bersyukur paman, suratku sudah sampai" ujar Sasuke setelah mempersilakan rekan seperjuangannya.

Setelah proklamasi kemerdekaan di kumandangkan, Sasuke memutuskan untuk tinggal di tempat yang tempatnya tidak jauh dari salah satu stasiun kereta api. Ia memutuskan untuk tidak menjumpai atau bergabung kembali bersama Sutan Syahrir. Alasannya, karena Soekarno mengajak Syahrir kembali kedalam kabinet dan perencanaan penataan negara yang memang masih sangat muda itu. Dan disaat bersamaan pula Sasuke mengirimi surat pada Kizashi.

"Ah. Mencari alamatmu ini ternyata agak susah Sasuke" balas Kizashi sembari menyeruput minuman teh yang di sediakan Sasuke.

"Saya bekerja menjadi mandor di kebun karet. Ini adalah rumah yang di miliki oleh salah seorang Tuan tanah dan di serahkan kepadaku. Yah aku cukup beruntung juga. Peninggalan bekas kolonial Belanda" jawab Sasuke sembari mengambil tempat duduk diatas kursi ukiran.

Kizashi menatap seisi ruangan, "Rumah ini bisa di katakan cukup kecil untuk ukuran peninggalan Kolononial" komentar Kizashi.

Sasuke mengawali dengan tawa singkat lalu berkata, "Meski ukuranya tidak terlalu besar, tapi sebelumnya rumah ini cukup mewah untuk ukuran orang seperti kita. Aku sengaja mendekorasi ulang. Yah biar sesuai selera. Aku memang tidak suka yang mewah-mewah"

"Yah! Itulah kamu, Sasuke"

"Oh ya Paman, apakah kau sudah bertemu dengan puterimu"

Begitu Sasuke menyinggung soal puterinya, kontan saja wajah Kizashi terlihat suram. Nampak kalau ia merasakan keperihan yang mendalam.

"Maaf Paman, aku tidak bermaksud…"

"Tidak apa-apa Sasuke. Aku hanya sedih saja. Saat pulang ke Bandung, Paman tidak menjumpai satu orangpun di desa. Desa itu sudah kosong. Konon, desa itu pernah di serang oleh para tentara Nippon keparat dan menculik para gadis" Kizashi terlihat memejamkan mata. Dadanya mengembang menghirup udara dalam-dalam, "Penduduknya mengungsi. Mudah-mudahan puteriku selamat" suara serak Kizashi membuat Sasuke malah terdiam.

Keduanya agak lama larut dalam keheningan. Dalam keheningan itu, sebenarnya Sasuke ingin sekali bertanya lebih tentang puteri Kizashi. Tapi di tahan karena ia tahu, jika menyinggung lebih lagi soal puteri Kizashi, pastilah akan menambah kesedihan Kizashi. Dengan alasan itu, Sasuke lebih memilih ikut terdiam.

"Sasuke" panggilan Kizashi membuat Sasuke menngakat wajah dan menatap wajah Kizashi.

"Aku sangat yakin, Sasuke. Puteriku itu masih hidup" Kizashi menatap tajam, menunjukkan keyakinannya pada Sasuke Sasuke sedikit menarik sudut bibir. Kizashi memang selalu menunjukkan keyakinannya.

"Iya, Paman"

"Ehmm.. maaf paman, paman baru saja datang. Sebaiknya paman istrahat saja. Maaf. Ini cuma tempat sederhana"

Kizashi tiba-tiba saja memperdengarkan tawanya. Sasuke menautkan alis melihat tingkah Kizashi. Bagaimana tidak, beberapa menit sebelumnya, Kizashi sempat sedih, sekarang malah tertawa.

"Kau ini, Sasuke. Bukankah kita merdeka sebagai negara berdaulat baru beberapa hari. Mana mungkin kau menempati istana" Kizashi makin memperdengarkan tawanya.

Sasuke cuma mendengus tertawa. Kizashi memang sedikit aneh di matanya. Tapi satu hal yang ia sukai dari Kizashi karena Kizashi itu sangat gampang ceria. Termasuk seperti sekarang, karena keyakinannya kalau puterinya masih hidup, ia malah melupakan kesedihannya.

Malam itu kizashi memang berencana untuk bermalam dengan Sasuke. Sekaligus menyampaikan maksud kedatangannya ke Jakarta sekembalinya dari Bandung.

Rumah yang sebenarnya berukuran sedang, berarsitektur betawi yang di serahkan pada sasuke sekarang, sebenarnya memiliki dua kamar tidur. Konon rumah ini adalah rumah tempat seorang pembantu centeng yang bekerja pada Kompeni, sebelum para tentara Nippon datang.

Dan kini rumah itu di di miliki oleh Sasuke. Itu terjadi karena masalah balas budi atas jasa Sasuke. Konon Sasuke pernah menolong Tuan Tanah pemilik kebun karet tempat Sasuke sekarang menjadi mandor. Lokasi pekarangan dan rumah itu di serahkan atas nama Sasuke sebagai pemilik.

Sasuke tidak keberatan ketika Kizashi ingin tidur berdua dalam satu kamar. Selanjutnya ia mempersilakan Kizashi agar istrahat. Dan sekarang Sasuke dan Kizashi tidur di atas tempat tidur yang sama.

"Sasuke" kembali Kizashi membuka percakapan. Mereka kini memulai obrolan santai sambil berbaring menunggu rasa kantuk.

"Sekarang kita merdeka. Lalu apa rencanamu mengisi kemerdekaan ini" Sasuke hanya menoleh sekilas. Lalu ia kembali menatap langit-langit.

"Aku hanya pemuda bengal. Yang melaksanakan ibadah sekedar untuk membunuh kewajiban. Mungkin aku berencana akan kembali ke pesantren" jawab Sasuke perlahan.

"Banyak hal yang ku pelajari selama bergabung dengan PETA dan kelompok Syahrir. Dan yang pasti, kemerdekaan yang kita raih ini atas Berkat-Nya" imbuhnya masih perlahan

"Aha..ha..ha" Kizashi memperdengarkan tawa santainya, "Apa yang kau lakukan itu sudah biasa. Maklum kau masih muda. Bahkan aku sering tidak beribadah. Tapi menurutku, yang penting aku tidak mengingkari-Nya"

Sasuke tersenyum sambil menggeleng kepala. Konon Kizashi ini memang sering belajar ilmu Tassawuf yang berkiblat pada ajaran Siti Jenar.

"Ku dengar, kalau pemerintah telah mengeluarkan maklumat tentang pengibaran bendera merah-putih. Tapi aku tidak melihat kau mengibar bendera di luar"

"Belum sempat saja" jawab Sasuke singkat.

"Oh ya. Kau bilang kalau kau pernah belajar di pesantren tapi kelakuanmu bengal. Boleh ku tahu, apa saja yang kau lakukan"

"Aku memang belajar di pesantren tidaklah terlalu lama. Saat Kyai mengajar, aku lebih sering memilih tidur. Selain itu, saat siang hari, aku lebih sering membolos, lalu keluar dan menggoda nona-nona Belanda"

Kizashi tertawa begitu mendengarkan cerita singkat Sasuke.

"Aku bahkan pernah memiliki seorang kekasih nona belanda…"

"Wah! Kau bisa saja di sebut penghianat kalau begitu" potong Kizashi tiba-tiba.

Sasuke cuma memperdengarkan kekehannya sesaat.

"Dia lahir dari orang belanda yang bersimpati pada Indonesia. Bahkan ia sering berbincang-bincang dengan Kyai kami. Puterinya yang kala itu menjadi kekasihku pun juga begitu lembut dan pengertian. Ia bahkan sering memberikan bantuan obat-obatan"

Terdengarlah hembusan Sasuke terasa berat.

"Tapi kemenangan jepang di Indonesia merubah segalanya. Kekejaman yang di lakukan oleh jepang sangat beragam. Pemerkosaan, pembunuhan dan perbudakan, dan umumnya sasaran mereka adalah orang belanda maupun keturunan indo-Belanda pun tak luput dari kebengisan Jepang. Termasuk sasarannya adalah kekasihku. Demi alasan keamanannya, aku memintanya agar ia kembali kenegerinya. Dan sampai sekarang, aku tak pernah mendengarkan lagi kabarnya. Mudah-mudahan ia bahagia" imbuh Sasuke mengakhiri ceritanya.

Usai Sasuke bercerita, keduanya kembali saling mendiamkan.

"Ku dengar, Inggris yang bagian dari Sekutu berencana akan datang dan melucuti senjata orang Jepang"

"Aku tidak tahu soal itu. Sepertinya itu akan menjadi urusan Bung Karno"

"Kurasa begitu. Yang pasti kita memang harus mengisi kemerdekaan ini dengan cara yang telah kita pilih"

Kizashi mengambil jedah sesaat.

Sasuke menoleh pada pria di sampingnya tanpa bertanya. Setelahnya ia kembali mengarahkan pandangannya ke atas langit-langit.

"Apa yang ingin Paman lakukan"

"Di Bandung, aku sudah tidak memiliki apa-apa. Makanya aku ke sini ingin menjadi penarik delman. Sekaligus bisa kembali bersama denganmu"

"Sasuke" Panggil Kizashi karena Sasuke tidak menanggapinya.

"Iya, Paman"

"Kau sudah ngantuk?"

"Sedikit"

"Sebelum tidur, maukah kau bercerita sedikit tentang pengalamanmu selama bergabung dengan Syahrir. Dan kudengar juga, kalau kau sempat terlibat dalam menculik dan mendesak Bung Karno agar memproklamirkan kemerdekaan"

"Bahkan sempat hampir bentrok dengan beliau" jawab Sasuke sedikit perlahan. Mungkin karena ia memang mulai mengantuk. Atau justeru ia menyesali karena pernah sedikit 'merendahkan' Sang Proklamator

Dan mulailah Sasuke bercerita tentang pengalamannya mulai saat bertemu, bergabung ataupun terlibat dalam kegiatan dengan syahrir. Sasuke hampir menceritakan semuanya, kecuali perjumpaannya dengan sosok gadis cantik bersurai merah muda. Mengingat sosok gadis itu, kembali Sasuke terganggu, ia sudah merasa tak bisa lepas lagi dari membayangkan gadis itu. Karena kerinduanya itulah yang membuat Sasuke melewatkan cerita tentangnya pada Kizashi.

"Kau benar-benar mewujudkan impianmu itu. Bisa di katakan, kau juga memberikan jasa besar pada kemerdekaan Negara kita" puji Kizashi.

Namun Sasuke tidak menanggapi pujian itu lagi. Ia perlahan memejamkan matanya, mungkin karena sudah merasa ngantuk. Sang mantan komandan pada masa perang gerilya,Kizashi, melihat Sasuke sudah memejamkan mata, Kizashi pun perlahan memejamkan mata menuju mimpi indah. Menikmati masa kemerdekaan yang sebelumnya hanyalah mimpi.

SSS

Pagi-pagi sekali Sasuke telah bersiap-siap. Bahkan belum sempat menyiapkan sarapan. Sebuah bedil telah tersampir di balik punggungnya

"Kau mau kemana Sasuke" Sasuke hanya menoleh .

"Tidak ada, Paman. Kecuali melakukan sesuai yang biasa kami lakukan" jawab Sasuke singkat.

Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah.

"Jadi, kemana tujuanmu sekarang…"

"Tidak jauh dari Sunda Kelapa, masih ada kantor Ken Petai. Dan disana masih ada serdadu Jepang yang masih tersisa. Sama seperti sebelumnya, kami akan melucuti senjata mereka. Atau mereka mati jika menolak"

Sasuke menatap Kizashi yang malah menatapnya. Sasuke tahu kalau Kizashi menyimpan maksud tertentu di balik tatapannya itu.

"Kau tidak perlu ikut, Paman. Bukankah kau akan menjadi kusir"

"Kuda dan andongnya, mana?" sergah Kizashi.

Sasuke malah menarik nafas.

"Ayolah Sasuke. Setelah kau memutuskan untuk bergabung dengan kelompok Syahrir. Kita tak pernah lagi berjuang bersama. Padahal, ternyata masih banyak pertempuran setelah itu"

"Paman, tidak perlu ikut. Para serdadu itu menyukai menunggang kuda. Aku akan membawa satu untuk paman. Dan kayunya, ada banyak di belakang. Rodanya juga sudah ada. Itu bekas roda pedati pemilik rumah sebelumnya" meski perlahan, namun terasa adanya ketegasan yang meminta agar Kizashi tidak membantah.

-MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN-

Sekelompok orang yang tampak di dominasi oleh anak muda masih terlihat sedang berkumpul. Berbagai raut wajah terlihat, nampak kalau di wajah mereka menunjukkan semangat, namun ada pula yang menunjukkan sedikit ketegangan. Untuk mengusir rasa tegang, mereka melakukan berbagai kegiatan.

Sebenarnya apa yang hendak di lakukan oleh orang-orang yang sedang berkumpul ini. Di lihat dari jumlah dan alat-alat yang mereka bawa berupa bedil dan senjata, maka bisa di duga, sekelompok orang inilah yang di maksudkan, sebagai salah satu kelompok pejuang yang bergerak dalam melucuti senjata Jepang yang masih tersisa.

Seperti yang sudah di ketahui, masih banyak orang-orang atau serdadu jepang yang tertinggal di Indonesia karena Indonesia masih berstatus quo, menurut pemerintah Jepang.

Dan sekelompok orang inilah yang bersama Sasuke hendak menyerang salah satu Ken Petai yang ada di pelabuhan Sunda Kelapa.

Tak jauh dari tempat para pemuda berkumpul, datanglah Sasuke dan segera berbaur dengan mereka.

"Tidak biasanya kita' (1) datang terlambat. Kemana saja-ki'(2) " tanya seorang pemuda dengan logat Makassar. Memang benar, pria yang bernama Shino adalah pemuda asal sulawesi. Pada masa sebelum proklamasi, ia adalah Heiho yang di datangkan dari Sulawesi sebagai bala bantuan untuk membendung kekuatan barat karena saat itu Jepang sudah terdesak.

"Maaf, aku ada tamu" sahut Sasuke tenang.

"Tidak apa-apa- ji(3). Ku kira terjadi sesuatu sama kita' " balas Shino

"Dimana yang lain. Atau memang hanya segini" tanya Sasuke sambil mengamati orang-orang sekitar.

"Tidak-ji , masih banyak yang mau datang" jawab Shino meyakinkan. Nampak kalau Sasuke begitu di hormati.

Sudah banyak yang mengenal Sasuke, kalau Sasuke terlibat dalam pendesakan Proklamasi terhadap tokoh Soekarno dan Hatta. Ada juga yang mengenal atau bahkan di antara mereka ada yang mengetahui kalau Sasuke pun pernah bergabung dengan kelompok gerakan pemuda bersama Syahrir. Bahkan ada yang juga yang sempat bergabung bersama Sasuke di bawah pimpinan Syahrir. Dan sama seperti Sasuke, beberapa di antaranya juga memilih untuk tidak bergabung lagi bersama Syahrir karena Syahrir memilih terjun kedunia politik. Karena alasan itulah, Sasuke termasuk di hormati. Belum lagi jika melihat aksinya ketika ia bertempur dalam melucuti senjata Jepang, maka makin di seganilah Sasuke.

Dan benar saja apa yang di katakan Shino. Tidak menunggu lama, datang lagi sekelompok orang. Sasuke yang sudah bisa di katakan memiliki pengalaman perang, ia bisa menilai kalau orang-orang yang hadir ini bisa di bagi dalam beberapa kelompok.

"Shino. Di tempat sasaran nanti. Aku ingin membagi dua kelompok. Kau memimpin kelompok lain dan sisanya adalah aku yang pimpin" Sasuke mulai memimpin orang-orang yang relatif pemuda itu dan mengarahkan mereka.

"Iye' (4) bisa ji. Masih sama-ki' yang kayak biasakah" nampak kalau Shino ini sudah beberapa kali melakukan aksi bersama Sasuke, sehingga ia nampak paham apa yang akan di lakukan Sasuke.

"Hn" Sasuke mengangguk.

"Tapi mau-ka' (5) juga ikut di kelompok-ta' "

"Tidak perlu Shino. Aku lebih membutuhkanmu sebagai pelindung kami. Dan ingat, tetap jaga jarak dengan kelompok yang saya pimpin. Sementara yang lain" kali ini Sasuke mengarahkan pandangannya ke beberapa orang. "kalian harus tetap bersiaga" selanjutnya pandangannya di arahkan kembali pada Shino.

"Kita'-ji pale' (6)" jawab Shino mengerti dan akhirnya pasrah dan menuruti rencana Sasuke.

SSS

Sasuke dan kelompoknya mengamati sebuah bangunan yang di yakini Ken Petai. Dan itu bisa di buktikan dengan sesekali terlihat adanya orang kuli kuning bermata sipit, keluar masuk dan tergesa-gesa karena rasa khawatir.

"Bagaimana-mi ini Sasuke. Langsung saja-ki' maju" tanya Shino yang juga sudah berjongkok dan mengawasi di samping Sasuke.

"Hn… tetap jalankan sesuai rencana. Siapkan senjata kalian. Aku dan beberapa yang memiliki kelincahan akan merangsek maju. Ingat, Shino! Keselamatan kami, tergantung kalian"

"Bisa-ji, hati-hati-ki' "

Sasuke mulai mengayunkan tangannya beberapa kali, sebagai isyarat agar orang yang di tunjuk menyertainya maju.

Dengan gaya seperti orang militer di medan, maksudnya, adanya senjata tajam di pinggang yang menjadi pendamping senjata api. Bedanya, kalau Jepang memakai Katana, militer barat dengan pisau komando dan Sasuke beserta kelompoknya menggunakan parang atau pisau. Ada berbagai macam senjata tajam yang di gunakan oleh pejuang ini, ada yang menggunakan rencong, atau kawali (semacam pisau berukuran kecil dengan panjang ukuran sekitar sejengkal khas asal sulawesi selatan. Biasanya berguna untuk menikam), bahkan ada pula yang membawa keris

Sasuke berlari mendahului.

Dor! dor!

Sebenarnya tidak ada sasaran Sasuke. Ia sengaja berbuat demikian untuk mengejutkan orang Jepang.

Sementara di dalam gedung, jepang yang masih sempat kalang kabut, namun masih berhasil membalas tembakan Sasuke.

Inilah yang di harap Sasuke, dengan demikian, para serdadu Nippon itu muncul. Dan ini akan memudahkan dirinya dan yang lain untuk menembak sasaran orang Jepang.

Seperti biasa Sasuke sebagai pengambil alih. Berlari dan menampakkan diri, sehingga ia menjadi sasaran lawan. Sasuke hanya bisa menghindar sambil melompat kesana kemari menggunakan kelincahannya. Sementara rekannya yang lain, memudahkan menembak lawan yang sudah teralihkan perhatiannya.

Dor! dor!

Sasuke berhasil mencapai pintu masuk.

Brak!

Pintu yang tertutup rapat itu di dobrak dengan paksa oleh Sasuke dan beberapa rekannya.

Melihat Sasuke sudah mencapai pintu masuk, Shino pun makin gencar menembak kearah kantor Ken Petai. Bahkan memerintahkan anggota kelompoknya agar menyusul Sasuke.

Jepang yang memang sudah sangat terpukul dengan kekalahan dan kehancuran negara akibat di jatuhi bom atom. Sedikit tidak berdaya. Meski masih ada mereka melakukan perlawanan, meraup sisa-sisa harga diri. Namun sayangnya, serangan mendadak Sasuke dan kelompoknya, membuat para tentara Jepang semakin tak berdaya meski sudah melawan.

Dan benarlah apa yang di ucapkan Sasuke pada Kizashi. Yang melawan benar-benar di bunuh tanpa ampun. Bahkan hanya memperlihatkan gelagat tak ingin menyerah pun langsung di babat oleh para pejuang itu.

Sebelum kembali, Sasuke masih sempat mengunjungi beberapa lokasi di sekitar Sunda Kelapa. Pelabuhan yang di bangun sejak Zaman Kompeni ini, nampak legang. Sejak proklamasi serta aksi melucuti senjata Jepang, aktivitas nelayan yang sudah mulai bangkit. Kini para nelayan itu pun juga sudah mulai melaut. Sasuke masih menyusuri daerah sekitar itu sambil melihat-lihat sekitar. Sesekali ia memperdengarkan nafas panjang, seakan lega. Para serdadu sudah mulai tak berkutik, keadaan sekarang terbalik, kini para serdadu yang belum di pulangkan bahkan bisa di katakan masih banyak, malah tidak berkutik.

Setelah puas menatap pantai, barulah Sasuke berniat meninggalkan pantai dan pulang. Tak lupa sesuai janji Sasuke pada Kizashi, sekitar dua ekor kuda di bawah Sasuke sebagai rampasan perang dari orang-orang Jepang

TO BE CONTINUED

NOTE

1- sudah umum di seluruh sulawesi selatan, beberapa daerah di sulawesi tenggara dan sulawesi barat, kita' (intonasinya di tekan di akhir) adalah kata yang di pakai mengganti kata kamu atau anda, sebagai bentuk penghormatan pada lawan bicara. Bedakan dengan kata kita.

2- akhiran, yang berarti sama dengan kata kita'

3- -Ji, -mi akhiran yang maknanya hampir sama dengan –lah tapi kadang juga bisa di artikan saja.

4- Artinya iya, jawaban yang juga di maksudkan sebagai penghormatan.

5- Akhiran yang berarti saya. (Mau-ka' artinya saya mau)

6- Maknanya bisa di artikan 'baiklah' untuk sopannya, sedikit di bawah, bisa juga di artikan 'terserah'. Pale' adalah kata bantu, namun bisa saja berarti sama dengan –lah, ataupun 'juga'