Dua bulan berlalu setelah tim kami Seirin memenangkan Winter Cup tahun ini. Dan hampir satu tahun aku kembali ke Jepang.
"Kagami-kun, handphonemu?" Suara Kuroko mengembalikanku dari lamunanku.
"Oh!"
"Apakah itu Aomine-kun?" Tanya Kuroko saat aku melihat nama yg tertera pada screen.
"Um..Yeah.." jawabku ambigu, tentu saja aku tak yakin dengan warna wajahku sekarang. Beruntung hari sudah gelap.
"Sepertinya hubungan kalian berjalan baik. " lanjut Kuroko.
"Semua juga ulahmu." Jawabku sekenanya.
"Tapi bukankah kalian menikmatinya? " Kuroko berkata tanpa menatapku, terus berjalan sambil menikmati vanilla shake miliknya.
"Urusai..." aku memalingkan wajahku malu.
Aku berpisah dengan Kuroko dipersimpangan jalan. Sekarang aku berjalan sendiri. Aomine sudah ada dirumah, ahh tentu saja apartmentku.
Jika dipikir lagi, hampir dua bulan berlalu sejak hubunganku dan Aomine lebih dari sekedar rival.
Bagaimana awalnya, itu terlalu rumit untuk aku uraikan.
Title : Our Baby is Hybrid Child
Author : sora no fuyuki
Genre : romance, family/comfort,shounen-ai.
Pairing : Aomine D x Kagami T
"Tadaima!" Seruku saat aku membuka pintu apartment.
'Tak ada jawaban dari Aomine, apa dia tidur?' Pikirku.
Dan tidak biasanya koridor ini bersih dari barang-barang Aomine yg pasti berserakan.
Aku menuju ke ruang tamu, namun tetap tak menemukan si kepala biru itu disana.
"Daiki!" Aku menyerukan namanya. Sejak hubungan kami naik level, dia memintaku untuk memanggilnya dengan nama depan. Dan aku mulai terbiasa dengan itu.
"Kemana perginya? Toilet?" Aku bergumam sambil berjalan ke toilet, namun sebelum sampai disana Aku menemukan Aomine yg berdiri kaku didepan kamarku.
"Oi.. apa kau tak mendengarku?" Kutepuk bahunya, dengan lambat ia menatapku dengan pandangan aneh yg penuh pertanyaan.
Lengannya terulur menunjuk kearah tempat tidur, dan si kepala merah yg berdiri disampingnya mengikuti arah lengan kekasihnya itu.
Hal pertama yg dilihat Kagami adalah seorang perempuan yg tertidur di atas tempat tidurnya.
"Siapa dia? Dan bagaimana dia masuk? Dia juga bukan Alex?!" Ucap Kagami penuh tanda tanya namun tetap dengan wajah tenang atau lebih tepatnya wajah bodohnya.
"Taiga..." suara bisikan Aomine terasa dingin ditelinga Kagami.
"Tentu saja bukan aku yg membawanya." Kagami tahu betul apa yg ingin Aomine sampaikan.
Dua pemuda itu tetap berdiri didepan pintu beradu argumen, mulai menaikkan volume suara mereka.
Sampai beberapa menit setelahnya suara tangisan menyapa pendengaran mereka.
Baiklah ini bukan cerita horor, tangisan itu makin menjadi beberapa saat setelahnya.
Aomine dan Kagami terdiam, mereka membeku ditempat.
Lalu yg mereka lihat setelahnya adalah perempuan yg tertidur diatas ranjang mulai terbangun dari suara tangisan.
"Ahh baby! Is that you just crying? What an adorable me. Hahaha" suara wanita itu menyadarkan Kagami yg baru saja membeku.
"Welcome to the world little fiery girl." Kata perempuan itu dengan senyuman di wajahnya, lalu menggendong bayi yg terbungkus kain dengan sayang.
"You!" Kagami berteriak sambil menunjuk ke arah perempuan itu. Wajah Kagami pucat pasih mengetahui siapa perempuan yg sedang mendekap bayi dihadapannya.
Tunggu! Bukan hanya itu yg menjadi pertanyaan Kagami.
"Just what the hell are you doing here? And what's happen you're with a baby?"
"What are you talking about? It's your baby, look at her hair same as you."
"Taiga..." lagi suara Aomine membuat Kagami bergidik.
"Sungguh aku juga tak mengerti tentang hal ini." Kagami mencoba menjelaskan pada Aomine yg sudah terlihat mendung.
"Long time no see Taiga. " kata perempuan itu dengan senyum tanpa dosanya.
"Aneki... kenapa kau disini? Dan... siapa bayi ini?"
"Aneki?" Sahut Aomine yg masih ragu.
Yg ada dihadapannya saat ini adalah seorang perempuan muda dengan rambut panjang berwarna merah kecoklatan, yg hanya mengenakan kemeja putih polos yg kebesaran juga kaos kaki panjang belang hingga menutup pahanya.
"Hajimemashitte Aomine Daiki-kun." Kata perempuan itu.
"Kagami Shizuka, sudah menjaga adikku trimakasih untuk itu." Lanjutnya.
Baiklah Aomine mungkin mulai untuk mengerti siapa perempuan dihadapannya.
Hanya saja yg tidak dia mengerti adalah apa yg dikatakan Shizuka, yg mengaku kakak Kagami.
Bayi itu adalah anak dari kekasihnya? Lalu kenapa bersama kakaknya? Tidak mungkin kekasihnya yg polos memiliki hubungan seperti itu dengan kakaknya. Pertanyaan itu terus berulang di otak Aomine.
"Apa maksudnya bayi ini milik Taiga?" Tanya Aomine menahan amarahnya yg hampir meledak.
"Ah! Iittle girl say hello to your mom and dad." Kata Shizuka sambil memainkan tangan mungil didekapannya.
Ketiganya kini duduk di ruang tamu, Shizuka yg masih mendekap bayi duduk manis di sofa. Sedangkan Aomine dan Kagami duduk dengan posisi sempurna dilantai, dihadapan Shizuka.
"Aneki... sekarang jelaskan pada kami!" Pinta Kagami serius.
"Tak perlu setegang itu. Baiklah aku jelaskan dari mana? Um... " Shizuka berpikir sejenak.
"Sebenarnya apartmentku tepat diatas, dan bulan lalu diberanda tak sengaja mendengar percakapan kalian soal bayi." Shizuka berhenti, mengamati wajah kedua pemuda dihadapannya yg kini mulai memerah.
"Hahaha... lihat wajah kalian!"
"Urusai..." gerutu Kagami.
"Kau tahu pekerjaanku kan Taiga, dan saat itu aku dalam penelitian. Aku kehabisan ide untuk bahan penelitianku. Dan setelah itu aku ke beranda dan tak sengaja mendengar kalian berdebat soal bayi." Wajah Kagami dan Aomine mulai pucat.
Shizuka meneliti wajah keduanya, dan sepertinya ia paham apa yg mereka pikirkan.
Kagami meremas celananya, ia takut jika keluarganya tahu bahwa dirinya memiliki kekasih yg seorang lelaki.
Aomine mengerti bahwa kekasihnya gelisah memikirkan hubungan mereka. Tangan Aomine menggenggam kepalan tangan kekasihnya untuk memberi kekuata. Seolah berkata 'Aku disini untukmu.'
Shizuka yg melihat adegan itu tersenyum dengan banyak arti.
"Tenang saja, aku tak akan meminta kalian untuk berpisah, karena itulah bayi ini untuk kalian." Ucapan Shizuka membuat Aomine dan Kagami terkejut.
"Aahhh,,, sebenarnya sudah dua tahun ini aku menjadi fujoshi. Maka dari itu melihat kalian bermesraan didepanku membuatku senang." Kata Shizuka lagi.
"Coba gendong bayi mungil ini." Kata Shizuka.
Tanpa diduga oleh Kagami bersaudara, Aomine berdiri untuk meraih bayi digendongan Shizuka.
"Bayi ini adalah salah satu hasil temuanku. Ya meskipun aku tahu ini salah. Tapi hanya akan sekali ini aku melakukannya. Bayi ini bukanlah bayi manusia seperti kelihatannya. Dia adalah boneka yg akan bertumbuh oleh kasih sayang dari pemiliknya. Dia akan belajar bagaimana cara berbicara, berjalan, dan sebagainya. Layaknya anak manusia. Seperti yg kalian lihat tadi, dia mungkin menangis mendengar suara kalian." Aomine masih mendengar kata-kata Shizuka, namun matanya hanya tertuju pada bayi perempuan didekapannya. Melihat itu membuat perasaan Kagami hangat, dan seolah kupu-kupu berterbangan diperutnya.
"Meskipun dia adalah boneka, namun dia tetap memiliki kebutuhan hidup layaknya manusia, seperti makan dan tidur. Tapi Aku tak akan memaksa kalian untuk merawatnya, karena aku yg menciptakannya, jadi aku masih bertanggung jawab penuh atas dirinya." Ucap Shizuka lagi yg mungkin mengakhiri penjelasannya.
"Aku akan merawatnya." Sepertinya Aomine sudah jatuh hati pada bayi itu.
Kagami tak percaya atas apa yg baru saja didengarnya. Namun setelahnya ia tersenyum dengan jawaban kekasihnya.
Kagami menatap kearah kakaknya. Shizuka mengerti maksud dari tatapan itu.
"Tapi dia belum sepenuhnya milik kalian." Ucapan Shizuka membuat Aomine dan Kagami serentak memalingkan wajah mereka pada Shizuka seolah bertanya apa maksud dari ucapan Shizuka.
"Sebelum kalian memberi nama padanya, dia belum menjadi milik kalian. Karena memberi nama pada hybrid child adalah tanda kepemilikan." Jelas Shizuka.
Aomine dan Kagami berpikir, apakah ada nama yg cocok untuk bayinya.
"Malam ini dia akan bersamaku. Besok adalah hari minggu, undang teman kalian saat jam makan siang untuk datang kesini. Untuk merayakan kelahirannya." Dengan kata-kata itu Shizuka beranjak dari duduknya, begitupun Aomine dan Kagami yg mulai berdiri.
Aomine terlihat enggan untuk memberikan bayinya pada Shizuka malam ini.
"Aneki,, tolong ambilkan foto kami bertiga." Kata Kagami memberikan cellphonenya pada Shizuka.
Malam makin larut, diluar masih bersalju. Udara dingin kali ini terasa berbeda bagi Aomine.
Mungkin baginya tahun ini adalah yg terindah.
Ia mengeratkan pelukannya pada Kagami yg berbaring disampingnya.
"Kau tahu, kalian adalah hadiah terindah untuk tahun ini." Bisik Aomine ditelinga Kagami.
"Maaf aku tak bisa memberimu bayi sungguhan." Kata Kagami dengan nada sedih.
"Apa yg kau katakan? Hikari sudah cukup bagiku. Lagipula dia manis sepertimu." Balas Aomine memastikan kekasihnya.
Kagami memutar tubuhnya menghadap Aomine.
"Siapa Hikari?" Tanya Kagami yg berpikir bahwa Aomine memiliki kekasih lain selain dirinya.
"Aku terus memikirkannya sejak tadi, aku akan memanggil bayiku dengan nama apa. Aku rasa Hikari nama yg cocok untuknya." Jawab Aomine sambil membayangkan wajah manis bayinya.
Kagami hanya tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu.
Lalu dia ingat sesuatu yg mungkin dilupakan Aomine.
"Oh ya Daiki, apa kau sudah memberi tahu temanmu untuk datang kesini besok?" Tanya Kagami mengingatkan.
"Tentu saja, mana mungkin aku lupa." Jawab Aomine dengan wajah bahagianya.
Midorima's house
Midorima Shintaro masih dengan kegiatan malamnya dengan kekasihnya, Takao.
Nafas mereka berdua memburu, panas yg mereka hasilkan mengalahkan penghangat ruangan miliknya.
Dan suara erangan dari kedua pemuda itu menggema di tiap sudut ruangan itu.
Midorima mengambil handphonenya, ada satu e-mail masuk.
'From : Aomine Daiki
Besok saat jam makan siang, datanglah kerumah Kagami.
Pertemuan ini penting.'
Dipesan itu Aomine melampirkan foto yg baru diambil oleh Shizuka, foto Aomine bersama keluarga kecilnya.
'Merayakan kelahiran bayi kami.'
Midorima tak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Candaan konyol macam apa ini?!" Katanya tetap memandang potret dari temannya yg bersama dengan kekasihnya sedang menggendong bayi berambut merah.
"Ada apa Shin-chan?"
Kuroko Tetsuya terbangun dari tidur lelapnya setelah melihat pesan dari Aomine. Pesan yg sama seperti yg Midorima terima.
"Aku hanya tak menyangka secepat ini." Gumamnya. Setelah mengirim pesan dari Aomine ke teman-teman di tim nya Seirin. Dalam hitungan detik Kuroko kembali ke alam mimpi.
Bagaimana Kise menanggapi pesan ini, ada perasaan aneh dihatinya saat ini.
"Are? Kenapa aku menangis? Ah aku ikut bahagia meski aku tak paham apa yg sebenarnya terjadi." Matanya tertuju pada potret Aomine yg tersenyum bahagia dengan bayi digendongannya.
Murasakibara sebenarnya sudah tertidur lelap.
Himuro yg menjadi teman satu kamarnya itu mencoba membersihkan sisa umaibo disekitar mulut kekasihnya.
Tak lama setelah itu fokusnya tertuju pada handphone milik Murasakibara yg berdering.
'Mine-chin' tertera pada screen.
"Atsushi, e-mail dari Aomine-kun. Bangunlah!" Kata Himuro sambil menggoyang lengan Murasakibara.
Tak ada respon, sepertinya dia terlalu lelah hari ini. Himuro membuka pesan dari Aomine.
Beruntung Himuro tak memiliki penyakit jantung, ia sangat terkejut dengan foto yg ada di pesan.
"A-apa ini? Aku harus memastikannya sendiri besok."
Katanya dengan rencana yg baru ia buat untuk pergi kemana besok tanpa memberi tahu Murasakibara.
"Heh... omoshiroi." Gumam Akashi saat membaca isi pesan dari Aomine.
"Tolong siapkan pesawat untuk besok pagi ke Tokyo." Kata Akashi pada butlernya.
Fiuuhhh... lama banget ndak bikin fanfict dan sekarang pemanasan dulu. Ditunggu reviewnya.
