Malam ini amat sunyi. Di langit terdapat begitu banyak awan, hingga menutupi sinar bulan yang setia menemani setiap malam.
Di malam yang amat tenang ini. Terdapat segerombolan manusia tengah berada di dalam gang sempit yang gelap.
Tampak dari jauh, mereka sedang bercakap-cakap mengenai sesuatu dengan sangat serius. Saking seriusnya, ketegangan di sekitar mereka mulai meninggi.
"Kita lakukan transaksinya. Apa kau membawa barangnya?" salah seorang dari segerombolan orang yang dibagi menjadi dua kubu tersebut bersuara. Tampangnya tampak garang bak preman-preman pinggir jalan (ato memang ya)
"Tentu saja! Dan pastikan kau bawa uangnya." Salah seorang lagi dari kubu yang berbeda sedikit meninggikan suaranya dengan nada mengejek.
"Cih, mari lakukan transaksi"
Kemudian salah seorang dari masing-masing kedua kubu tersebut maju mendekat satu sama lain sambil membawa koper.
Salah satu dari mereka membuka koper yang dibawa. Tumpukan uang sebesar 10.000 yen dalam jumlah yang sangat banyak
"Hm, boleh juga" Satu lagi dari mereka juga mulai membuka koper yang ada pada genggamannya. Di dalamnya terdapat cukup banyak bungkusan plastik berisikan bubuk putih
.
Bandar narkoba
.
"Mari lakukan" salah seorang dari mereka tampak girang setelah melihat isi koper tersebut. Mereka berjalan makin mendekat, koper yang tadi terbuka telah tertutup kembali
Saat masing-masing tangan mereka hampir meraih koper yang akan di serahkan
SYAT
Salah satu dari mereka kehilangan sebelah tangan. Sesuatu memotong tangannya "A.. a- a..." seorang yang tangannya terpotong hanya menandang kaget dan tak percaya pada tangannya yang sudah tergeletak tak berdaya di tanah
"Kh!? WAAAAAAA!?" yang lainnya mulai panik dengan wajah pucat. Mereka menatap ngeri pada seonggok daging di tanah yang terus mengeluarkan darah
"HWAAA!?" beberapa dari mereka mulai lari terbirit-birit, sebagian lagi berlari untuk keluar dari gang sempit tersebut
SYUT CRAAT
Tapi tiba-tiba beberapa dari mereka yang berada di barisan paling depan untuk keluar gang kehilangan kepala. Tubuh yang sudah tak memiliki kepala tersebut mulai jatuh tersungkur ke tanah
"I-I...INI PEMBANTAIAN!"
.
CRAASS
.
.
Dalam waktu beberapa detik. Sekelompok manusia yang tadinya akan melakukan transaksi narkoba, sekarang hanya tinggal daging dan darah tanpa nyawa
Tapi diantara sekumpulan daging tak bernyawa tersebut, ada seorang pria berjas taxido hitam rapi dengan surai scarlet dan iris heterochrome berdiri tegap menatap nyalang pada jasad-jasad manusia dibawah kakinya
Kemudian meletakkan setangkai mawar merah di dekat salah satu jasad tersebut
.
.
"Hm... Mission complete"
.
.
Case of Roses
Disclaimer : Kurobasu tentu saja punya Tadatoshi Fujimaki-sensei. Jika milik Mari, mungkin Mari sudah nggundulin Akashi sekarang (?)
Rate : M
Genre : Mistery, Crime(maybe), Romance, Hurt/comfort(maybe), little bit Humor
Pair : AkaFem!Kuro, ada nyempil KiseFem!Kuro
Summary : Mawar itu merah. Darah itu merah. Kamu itu merah. Setiap kali aku bertemu denganmu, aku pasti akan menemukan warna merah. Karena dirimu, identik dengan merah. / Berita tentang pembunuhan berantai sedang menjadi topik hangat akhir-akhir ini. Secara tidak langsung Kuroko Tetsuna terlibat dalam pembunuhan tersebut. Tak disangka, pembunuh dengan surai scarlet dan iris heterochrome telah jatuh cinta padanya.
Warning : Bisa jadi gore, AU, aneh, GENDERBEND, disarankan jangan ngemil saat membaca(takutnya muntah), TYPO, entah serem ato enggak, OOC, humor nyempil gakaruan, warning bisa berubah seiring chapter
.
.
.
Request fic by Vey / Synstropezia
.
.
Present by MaRi mARi 99
.
.
.
Enjoy...
.
Ditengah trotoar kota Tokyo, seorang gadis manis bersurai baby-blue tengah berjalan santai ditemani sebuah buku literatur yang tak terlalu tebal pada genggamannya
Hawa keberadaannya yang sebelas-duabelas dengan makhluk astral membuatnya mudah disenggol dan terdorong kesana kemari oleh lautan manusia yang tak menyadari kehadirannya
Tapi gadis bermanik azure tersebut tampak tak masalah dengan hal itu, sebab ia sudah cukup lama mengalami perlakuan sedemikian rupa berkat hawa keberadaannya. Hingga ia tetap bisa berwajah tenang karena terbiasa
Ditengah kesibukannya sendiri, tiba-tiba teman sekampusnya dengan surai kuning serta suara cempreng menyapanya dari kejauhan sambil berlari
"Kurokocchi ohayou ssu!" sapanya sambil menerjang gadis bersurai biru langit tersebut
"Kise-kun hentikan.. Sesak" gadis bernama lengkap Kuroko Tetsuna tersebut hanya menatap teman bermanik madunya dengan datar dan menegurnya dengan nada datar juga
"Ne Kurokocchi berangkat bareng yuk!" ujar Kise Ryouta–teman Kuroko– dengan riang, sedangkan Kuroko hanya kembali mengalihkan pandangannya pada buku yang sempat terabaikan dan mengangguk singkat
"Yay! Ayo ssu!" seru Kise sambil meninju angin dan mulai berjalan beriringan dengan Kuroko menuju kampus mereka
Suasana ramai kota Tokyo di pagi hari mengisi keheningan diantara keduanya. Kuroko yang masih asyik dengan buku literaturnya tetap tenang dan diam selama perjalanan, sedangkan Kise sedari tadi terus gelisah melirik kesana-kemari–apalagi ke Kuroko– karena tak tahan dengan suasana canggung–menurut Kise–
"Ah, Kurokocchi kamu liat berita tadi pagi tidak? Katanya terjadi pembunuhan lagi di sekitar daerah sini ssu" Kise memulai topik pembicaraan untuk menghapus keheningan yang melanda
Sedangkan Kuroko hanya melirik Kise sekilas kemudian kembali fokus pada bukunya "Un, pembunuhnya belum tertangkap kan?" tebak Kuroko
"Ya ssu, sungguh berbahaya sekali kan ssu!" ucap Kise dengan semangat, sedangkan Kuroko hanya mengangguk "Dan barang buktinya masih seperti yang ada di berita-berita sebelumnya ssu, setangkai mawar merah"
Kuroko kembali melirik Kise. Ia sering dengar tentang berita itu, dan sering bertanya-tanya mengapa barang bukti yang tersisa di TKP selalu saja setangkai bunga mawar merah?
Tapi karena tak mau ambil pusing, ia sering mengabaikan hal tersebut setelah sempat memikirkannya. Akhirnya Kuroko fokus kembali pada bukunya
"Kise-kun kita sudah sampai, sebaiknya aku segera ke kelasku" Kuroko mulai memasuki gerbang kampusnya, meninggalkan Kise yang masih mematung di depan gerbang karena kaget–tak menyangka kalau mereka sudah sampai di kampus–
"O-Oke ssu! Sampai ketemu di jam makan siang, Kurokocchi!" Kise melambai pada Kuroko yang sudah memasuki gedung kampus
Walau berada di kampus yang sama, jurusan yang berbeda membuat mereka dipisahkan kembali oleh jarak–karena kedua jurusan mereka berada di gedung kampus yang berbeda–. Kuroko berada di jurusan sastra, dan Kise berada di jurusan penerbangan. Jurusan kuroko berada di gedung utama kampus, sedangkan jurusan Kise ada di gedung barat.
Kise yang mulai risih dipandangi seperti orang aneh–karena ia belum bergerak dari tempatnya berada– mulai berjalan memasuki gedung kampus dan kelasnya
.
Sedangkan Kuroko–yang telah sampai di kelasnya– mulai mengambil duduk di kursi paling belakang di kelasnya, dan kembali sibuk dengan aktivitasnya hingga bel masuk berbunyi
.
.
–Skip :D –
Di dunia entah berantah(?) tepatnya di kantin kampus, seorang manusia yang diidentifikasi adalah seorang pemuda bersurai kelabu dengan aura suram tengah menyantap mie ramennya dengan malas sambil membaca buku keramat(?) yang setia bertengger di tangannya
Dengan hawa keberadaannya yang tak jauh berbeda dengan Kuroko, ia membaur dalam kesunyian, membuat beberapa mahasiswa yang kebetulan sedang makan di sana jadi merinding sendiri karena mendengar suara seorang menyeruput mie ramen padahal tak ada apa-apa di sana
Dan padahal–lagi– memang ada seseorang di sana, cuman mereka tidak menyadarinya
Dalam kesunyian itu pula, Kuroko Tetsuna berjalan dalam diam menuju meja tempat si pemuda bersurai kelabu berada
"Mayuzumi-senpai..." suara lantunan lembut bak dewi kayangan yang hampir membuat Mayuzumi itu melayang berkat bakat alami tak di inginkan mereka–hawa keberadaan tipis–
Mayuzumi Chihiro–pemuda kelabu beraura suram tadi– sedikit terlonjak, kemudian kembali berwajah datar setelah melihat kouhainya yang sedang berdiri di sebelah mejanya "Ada apa Kuroko?"
Kuroko menarik kursi yang ada di depan Mayuzumi dan duduk sambil meletakkan beberapa buku di atas meja "Bisa bantu aku untuk tugas? Aku butuh referensi." ujarnya dihadiahi sebuah anggukan datar dari Mayuzumi
"Tentu, tapi tunggu aku menghabiskan ini dulu" Mayuzumi sambil menunjuk mie ramennya yang hanya tinggal separo mangkok. Kuroko hanya mengangguk
.
.
.
Diam melanda.
.
.
Keheningan merajalela.
.
.
Hanya ada suara seruputan mie dari Mayuzumi, dan balikan kertas buku-buku dari Kuroko.
.
Mahasiswa yang sebelumnya juga sedang makan di kantin langsung kabur seketika.
.
.
Keheningan masih terus melanda.
.
.
.
"Oh ya Kuroko, kau ada tugas apa?" akhirnya Mayuzumi memecah keheningan setelah selesai memakan ramennya. Kuroko mendongak menatap Mayuzumi datar
"Makkalah, temanya harus yang lagi ngetrend akhir-akhir ini" Kuroko sambil menyodorkan buku tugasnya. Mayuzumi menerima buku tugas Kuroko, kemudian hanya mengangguk-angguk sambil membaca tulisan yang tertera pada buku tersebut tanda mengerti
"Ini makkalah laporan kan? Kelihatan seperti ingin meliput berita" Mayuzumi mengembalikan buku Kuroko setelah membacanya. Sedangkan Kuroko hanya mengedikkan bahu sambil menerima kembali bukunya
"Kau lihat berita tadi pagi kan?" tanya Mayuzumi, Kuroko hanya menaikkan sebelah alis tanda bingung, kemudian mengangguk sebagai jawaban
"Berita itu kan lagi ngetrend belakangan ini, begaimana kalau kau ambil berita itu sebagai tema dan referensi" ujar Mayuzumi. Kuroko hanya terdiam seribu bahasa. Pokerface ia pasang sebagai tanda ia sedikit kesal 'Tentang itu lagi?' batinnya gondok. Kuroko tentu menolak tema yang di usulkan senpainya.
'Berita pembunuhan kejam nan misterius dibilang lagi ngetrend? Hellaaaw(?)!'
"Mayuzumi-senpai... yang aku maksud dengan ngetrend bukan hal yang seperti itu…" Kuroko tetap memasang pokerfacenya. Ia heran sendiri mengapa ia minta saran pada senpainya ini yang terlalu banyak berkhayal dan berharap pada gadis 2 dimensi
"Trus apa? Ngetrend kan sesuatu yang lagi panas dan lagi dibicarain akhir-akhir ini kan?" sedikit nada ngotot terselip pada nada datarnya
"Tapi aku tidak ingin tema yang itu" kekeras kepalaannya membuat Kuroko tak mau kalah–walau mereka sendiri tak tahu apa yang mereka debatkan–
"Terus tema apa lagi yang kamu mau?" Mayuzumi juga tak kalah keras kepalanya–sekali lagi, mereka tak tau apa yang mereka ributkan–
Kuroko memasang wajah berfikir. Ia sendiri juga tak tahu apa yang lagi 'hangat' di kalangan masyarakat. Karena ia sendiri sebenarnya sedikit kurang bersosialita
"Sudahlah Kuroko... daripada ambil pusing, lebih baik kau ambil saja tema itu" ujar Mayuzumi sedikit kembali kalem. Kuroko hanya dapat menghela nafas pasrah. Dengan –sedikit tidak ikhlas ia mengambil tema yang–jujur saja– membuatnya bosan
"Hm... baiklah…" kemudian Kuroko mulai mengerjakan tugasnya dibantu Mayuzumi
.
.
.
–After time :3–
Perjalanan pulang dari kampus terasa sedikit lebih lama dari biasanya bagi Kuroko
Ia masih kepikiran tentang tema yang tadi ia bahas bersama Mayuzumi. 'Berita pembunuhan itu seterkenal itukah?' batinnya sambil bingung sendiri. Pikirannya mencoba memutar ulang tentang berita yang sering tayang di TV tersebut
'Hm, mendadak terjadi pembunuhan di suatu daerah tertentu yang tidak di ketahui asal-usulnya...' pikirnya sambil terus mencoba mengingat-ingat 'Korban pembunuh yang ditemukan selalu dengan keadaan mengenaskan. Seperti... kehilangan kepala, terpotongnya satu tangan dan satu kaki, atau keduanya? Kadang ada juga organ dalam yang keluar dari tempatnya...' batin Kuroko, semakin lama ia semakin merinding sendiri memikirkannya
'...Pembunuh selalu tak ditemukan, dan selalu kabur bilapun ketahuan, itu sebabnya ia belum tertangkap..' Kuroko masih terus memikirkannya 'Dan barang bukti yang selalu ditinggalkan oleh pembunuh itu... ...adalah setangkai bunga mawar merah...'
Tanpa sadar, Kuroko mulai meletakkan jari-jarinya ke dagu dan mengelusnya perlahan tanda berfikir 'Kira-kira.. mengapa harus mawar merah?'
.
Ia juga tak sadar kalau perjalanannya mulai tak menentu. Setelah sempat berfikir untuk beberapa saat, ia mulai sadar kalau ia salah ambil rute pulang ke apartemen dan malah mengambil rute jalan memutar yang lebih jauh dari apartemennya. Ia menghela nafas lelah. Kemudian berjalan memutar balik ke rutenya yang semula
'Hhh... di perjalanan nanti mampir ke Majiba ah..' batinnya sambil terus berjalan memutar.
.
.
Ia mulai lelah. Perjalanan yang menurutnya panjang ini jadi semakin panjang karena ia ambil jalan memutar. Toh kalau tidak memutar dan tetap pada jalan sebelumnya juga sama saja lamanya.
Akhirnya Kuroko sampai di Majiba. Ia segera melesat masuk, begitu ia membuka pintu restoran hawa pendingin ruangan yang sejuk menyambutnya membuatnya nyaman. Dan ia segera memesan vanilla shake kesukaannya. Ingin beristirahat sebentar sambil melepas dahaga, ia mulai mengambil kursi kosong yang ada di dekat jendela
Kuroko menyeruput vanilla milkshakenya. Rasa segar dan lega mengalir pada tenggorokannya yang sempat kering. Memberikan sensasi tersendiri saat cairan putih kental tersebut mengalir dan mengisi mulutnya, Kemudian mengalir kembali ke tenggorokannya. Ia terus meneguk cairan putih kental tersebut hingga tersisa setengah gelas.
Ekhm, mungkin ada yang sempat mikir yang macam-macam?
Kalau tidak, baguslah.
Kuroko meletakkan gelas milkshakenya dan menatap ke luar jendela. Ia baru kepikiran sesuatu
'Pembunuh itu... ..apa alasannya membunuh seperti itu?'
.
Keadaan mulai hening di sisinya. Pengunjung di restoran cepat saji ini memang tidak banyak juga tidak sedikit. Tapi ia merasakan keheningan menyelimuti dirinya.
Mungkin karena ia duduk sendirian?
Bisa jadi...
.
Kuroko mulai menyeruput kembali minuman putih bertekstur kental miliknya. Sesaat setelah dua teguk dari minuman bercairan putih tersebut, sebuah teriakan cetar membahana yang menyebabkan gempa bumi nyaris membuatnya tersedak
"KUROKOCCHIIIII!" yang sudah bisa nebak, kalian hebat. Siapa lagi kalau bukan Kise
Makhluk kuning tersebut berlari secepat kijang dikejar chetaa lalu menerjang Kuroko dari tempat duduknya sambil nangis kejer-kejer entah mengapa
"KUROKOCCHI HIDOII SSU! KUROKOCCHI TIDAK MAKAN SIANG DI KANTIN BERSAMAKU! PADAHAL AKU SUDAH MENUNGGU KUROKOCCHI LAMAAAAAA SEKALI SAMPAI BEL MASUK BERBUNYI SSU! KUROKOCCHI HIDOII!" teriakan Kise tepat di telinga Kuroko, membuat Kuroko tuli seketika plus pingsan di tempat karena Kise juga memeluknya dengan erat sekali.
"HUWEE KUROKOCCHI! AKU DITINGGAL LAGI! KUROKOCCHI TEGA NINGGALIN AKU DENGAN BERPINGSAN-RIA!" Kise kembali berteriak pada Kuroko yang pingsan. Sekali lagi Kise berteriak di telinga Kuroko.
Dan lagi, Kuroko kan pingsannya gegara kamu teriak di telinganya dengan suara cempreng suriosamu serta pelukan maut yang bahkan dapat membunuh gajah.
Okay, ini OOT.
.
"KUROKOCCHI BANGUN SSU!" tak puas dengan tindakan yang baru saja ia lakukan pada Kuroko–pelukan maut plus teriakan di telinga– Kise menambahnya lagi dengan menghuncang-guncangkan pundak Kuroko keras sekali. Membuat gadis bersurai baby-blue imut yang tengah pingsan tersebut pusing berputar-putar dan makin pingsan berkepanjangan (?)
"BHUP HOEEEEEEEK!" (?)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kuroko muntah tepat di baju Kise.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kenapa? Tentu saja karena gucangan serta teriakan Kise.
.
.
.
.
.
Setelah agak tenang–Kuroko sudah membersihkan muntahannya dan diberi obat mual atau pusing tapi Kise masih menangis meratapi bajunya yang basah– Kise berganti baju olahraganya yang kebetulan ia bawa.
"Kurokocchi, istirahat makan siang tadi Kurokocchi kemana ssu?" tanya Kise. Kali ini ia tidak teriak-teriak seperti tadi. Udah kapok katanya. Dan juga sejak tadi, mereka jadi pusat perhatian karena Kise yang sangat heboh hingga terdengar di seluruh restoran cepat saji
"Tadi aku istirahat di kantin Kise-kun" ujar Kuroko datar dan dengan wajah watados. Kise yang mendengarnya hanya menganga dan bersiap untuk berteriak lagi, tapi ia urungkan niatnya saat melihat orang-orang di sekitar mereka yang sudah ambil ancang-ancang untuk menyumbat telinga mereka
"Tapi kenapa aku tidak tau ssu!?"
Kuroko memasang wajah berfikir yang oh-so-kawaii-to-the-max membuat Kise nyaris pingsan karena kehabisan darah yang mengalir dari hidungnya bagai air terjun "Mungkin karena aku sedang bersama Mayuzumi-senpai"
Kise berhenti pada aksi pingsannya dan kembali menatap iris azure bulat Kuroko "Mayuzumicchi? Memangnya ada apa ssu?" tanya nya
"Bukan hal spesial. Cuman minta tolong untuk tugas makkalah" ujar Kuroko kemudian mulai menyeruput vanilla shakenya yang sempat terabaikan.
"Hoo... Tugas makkalah Kurokocchi tentang apa ssu?" makhluk serba kuning di hadapan Kuroko ini tidak berhenti bertanya, membuat Kuroko sedikit jengkel. Sifat kepo-to-the-max-and-max milik Kise ini emang gak ketulungan parahnya
"Kise-kun kepo ah" kata-kata sadis Kuroko dihadiahi rengekan serta tangisan kejang-kejang Kise. Kuroko semakin jengkel, dan akhirnya menjawab pertanyaan Kise "Tentang berita pembunuhan setangkai bunga mawar merah itu Kise-kun" Kuroko menyeruput kembali vanilla milkshakenya. Entah mengapa vanilla milkshake Kuroko tidak habis-habis dari tadi.
"He, pembunuhan itu? Kenapa ambil tentang pembunuhan itu Kurokocchi?"
.
"HEH? Kurokocchi kok ilang ssu!? KUROKOCCHIIII!"
.
.
.
Berkat missdirection Kuroko, ia berhasil kabur dari makhluk kuning kelewatan berisik nan heboh yang telah membuatnya tuli, pusing, mual, dan pingsan. Yang anehnya, adalah teman Kuroko yang paling dekat
.
Kuroko kembali melanjutkan perjalanan pulang. Tadi saat masih di Majiba ia tak lupa membeli satu lagi vanilla shake untuk dibawa pulang dan diminum di apartemennya.
Saat perjalanan pulang, ia berhenti sebentar di depan toko elektronik yang TV nya menyala di etalase toko, menampilkan acara berita terkini dan berita yang ditayangkan adalah berita yang menjadi tema makkalahnya serta menjadi topik hangat akhir-akhir ini
'..Sore ini telah terjadi kembali pembunuhan kejam dan misterius yang pelakunya masih belum tertangkap... ...korbannya tampak seperti anak SMA, dilihat dari seragamnya, anak-anak ini sepertinya bersekolah di sekolah SMA khusus putra...' berita yang tersiar Kuroko simak dengan seksama. 'Bisa jadi bahan referensi' batinnya.
'...Korban berjumlah 4 orang, dan Keadaan para korban begitu mengenaskan... Salah satunya kehilangan kedua tangan dan bekas sayatan lebar di leher yang mengalirkan banyak darah, satu lagi kehilangan satu kaki dan kepala, yang satu memiliki lubang di dada dan bila dilihat kembali, jantungnya berada 2 meter dari jasadnya, yang terakhir kehilangan satu kaki dan kedua bola matanya dicongkel...'
Kuroko langsung merinding. Sungguh mengerikan. Apa pembunuhnya tidak merasa jijik saat melakukannya? Kuroko jadi sedikit takut saat ini, karena jalanan ini sedikit sepi berkat hari yang semakin larut
'... Barang bukti yang tersisa seperti biasa, setangkai bunga mawar merah..' dan dengan itu, Kuroko akhirnya membalikkan badan dan bersiap melanjutkan perjalanan pulang. Merasa jalanan makin sepi setiap menitnya
tepat saat ia membalikkan badan, ia melihat seorang pria beriris heterochrome dengan kemeja putih serta celana panjang hitam dan sepatu pantopel bersandar di pohon yang tak jauh dari tempatnya sambil menatap gadis bersurai langit intens
Tatapan yang menusuk bagai menelanjangi tubuhnya tersebut membuat Kuroko agak takut. Ia sedikit ambil ancang-ancang lari bila pria bersurai scarlet tersebut mendekat atau macam-macam padanya.
Tapi tak diduga, pria tersebut malah membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari Kuroko. Agaknya setelah itu Kuroko sedikit bernafas lega. Ia mulai mengambil langkah melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda
.
.
.
.
Tanpa diketahui dan disadari oleh Kuroko, di arah yang berlawanan dari Kuroko berada, pria dengan iris ruby-gold tersebut menyeringai sambil menjilat bibirnya lapar
.
.
.
.
–Sekip time :* –
Pagi yang cukup cerah. Pagi ini Kuroko bangun dengan sedikit lebih segar. Ia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya agar lebih segar lagi.
.
Setelah Kuroko membersihkan diri di kamar mandi, ia mengenakan pakaiannya dan sedikit menata bukunya untuk bersiap berangkat ke kampus
Saat ia baru akan mengenakan roknya– BRAK!
"Kurokocchi ohayou ssu!" Kise memasuki kamarnya seenak pantat(?) saat Kuroko sedang berpakaian. Otomatis yang ada pada pandangan Kise adalah Kuroko yang masih mengenakan bra berwarna pink pastel serta celana dalam berwarna orange cerah dan rok biru tua yang baru naik mencapai lututnya. Kemudian kulit putih nan mulusnya yang begitu sexy sebagian terekspos membuat Kise sedikit ngiler(?).
CROOT
Kise langsung mimisan dan pingsan di tempat seketika. Kuroko yang masih setengah telanjang dengan segera mengenakan roknya dan mengambil kemeja biru mudanya untuk ditutupi di bagian dadanya yang hanya tertutupi bra
"K-Kise-kun! Lain kali ketuk pintu dulu kalau mau masuk! Jangan langsung terobos!" teriak Kuroko dengan wajah tersipu malu sambil menendang Kise yang masih pingsan dengan hidung mengliri darah keluar dari kamarnya.
.
.
.
.
Beberapa menit kemudian, Kuroko keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah cukup rapi menatap Kise–yang sudah sadar dari pingsannya– duduk anteng di meja makan apartemennya
"Ahahaha Kurokocchi aku minta maaf soal yang tadi.. jangan marah ya" Kise sedikit memohon sambil mengatupkan kedua tangannya di depan wajah
"Hh, asal jangan diulangi lagi" Kuroko berujar pasrah, membuat Kise menghela nafas lega "Hm? Kise-kun mau numpamg sarapan lagi?" tanya Kuroko sambil berjalan ke dapur dan mengambil celemek. Kise hanya nyengir lebar
"Hehehe soalnya aku belum belanja kemaren ssu" Makhluk serba kuning tersebut menggaruk belakang kepalanya canggung yang sama sekali nggak gatal
Kuroko tak membalas. Ia hanya lanjut memasak sarapan dengan porsi dua orang. Hm, sepertinya ia harus belanja sepulang dari kampus
.
Selagi Kuroko memasak, Kise mulai menyalakan TV dan mengganti chanelnya ke chanel berita pagi. Karena sudah terlalu sering berkunjung ke apartemen Kuroko, ia hampir menganggap apartemen Kuroko ini adalah rumahnya sendiri
'... Pembunuhan kembali terjadi kemarin malam,, korbannya adalah seorang bos besar klub malam.. keadaannya tak jauh berbeda dengan pembunuhan-pembunuhan kejam yang sebelumnya...' Kise menyimak dengan serius. Entah mengapa ia selalu tertarik dengan berita ini belakangan ini. Kuroko sempat melirik malas pada televisi yang menyiarkan berita pagi. Walau bagaimanapun ia tetap harus mendengarkan sedikit berita tersebut, demi tugas.
'..Barang bukti yang tersisa masih sama seperti kasus-kasus sebelumnya, setangkai mawar...' dan berbagai celotehan lain dari televisi yang sudah tidak Kuroko dengarkan lagi, karena ia mulai menyajikan sarapannya dan memanggil Kise untuk mematikan TVnya dan segera sarapan
.
.
.
.
.
–Skip :v–
.
Sore yang indah di kampus. Yah, sore ini seharusnya Kuroko sudah pulang ke rumah. Tapi ia masih ngotot mendekam di perpustakaan kampus untuk mencari novel kesukaannya dan buku bahan bagus untuk tugasnya.
Ia tak sadar kalau hari semakin larut. Garis kemerahan pada langit perlahan mulai menghilang. Digantikan oleh kegelapan malam sunyi yang mencekam
Karena tak ingin semakin berlama-lama di kampus, Kuroko mulai membereskan bukunya dan tak lupa membawa buku yang akan ia pinjam. Setelah berberes dan memasukkan bukunya ke dalam tas, Kuroko menenteng tasnya dan berjalan keluar dari perpustakaan kampus
Saat baru melewati lorong kedua, ia berhenti tepat di depan salah satu kelas jurusan teknologi saat ia sempat mendengar suara aneh dari dalam sana.
Karena sedikit penasaran, ia membuka pintu kelas tersebut.
.
.
Dan betapa terkejutnya ia setelah melihat tubuh manusia yang sudah tak terbentuk lagi serta bau anyir dan amis yang memasuki indra penciumannya.
Perut yang terbelah dan usus yang keluar. Kepala yang berada jauh dari tubuhnya. potongan tangan yang sudah tak memiliki kuku-kuku. Bola mata tak berada di tempatnya. Dan berbagai jasad mengerikan serta mengenaskan lainnya
Kuroko rasanya ingin muntah di tempat seketika. Tapi ia menahan sisa makan siangnya yang hampir keluar tersebut, karena ia tak ingin mengotori ruangan TKP pembunuhan ini lebih lanjut
Saat ia hendak berbalik keluar dan melapor, ia menangkap sosok pria dengan kemeja hitam dan jas hitam serta celana panjang hitam sedang memandangnya dengan tatapan menusuk yang pernah ia rasakan sebelumnya
Iris heterochromatic pria tersebut menatapnya begitu tajam. Hingga rasanya Kuroko seperti tengah berdiri telanjang di hadapan pria bersura merah darah tersebut
Kuroko tak dapat berkutik. Ia membeku di tempat berkat tatapan tersebut. Kakinya gemetar, tapi ia tetap tak dapat bergerak dari tempatnya berada. Raut wajah datarnya berubah ketakutan. Ia jadi was-was.
Tatapan pria itu sedikit berubah padanya setelah beberapa saat.
.
Tapi seringaian semakin melebar di mulutnya.
.
.
.
.
.
TBC
.
A/N : Wuhuu~ ABAL! ANE BINGUNG SENDIRI JADINYA! *plak* Aduhh Vey, maaf bila tidak seperti yang diharapkam T^T ini ngebut dalam semalem lho! Hebat kan! Tapi baru bisa publish paginya.. Hahaha! *ketawa garing krenyes2*
Kali ini adalah request fic dari Synstropezia(atau akrab di panggil Vey :D)
Maaf kalo ada typo, maaf kalo OOC, maaf kalo aneh dan abal. Satu lagi, karena ratenya M, jadi kata-kata di fic ini kebanyakan tanpa sensor, jadi jangan kaget okay? Dan maaf bagi yang sempet muntah saat membacanya(?), dan maaf lagi kalo humor garing banget krenyes2 /*plak* kebanyakan maaf kaya Sakurai _–"/
Review boleh, fav boleh, follow juga boleh! Kalo di read doang?... itu juga gapapa, tapi setidaknya Mari minta saran ajalah. Kecil2 juga gak papa di kotak unyu2 manis di bawah layar alat elektronik kalian /ngelantur ah/
Review senpai~
