Title: Cause I Love You
Author: LoveHyunFamily
Cast: Oh Sehun
Kim Jongin
Wu Yifan
Main pair: HunKai/Sekai; w/ KrisKai
Genre: Sad/Hurt/Comfort, Drama, Romance
Rated: T
Warning: Yaoi; BL; Sho-ai dan sejenisnya
Disclaimer: Cast milik orang tua, agensi dan diri mereka sendiri. Ovie cuma make namanya aja. Dan tentunya cerita murni milik dari otak Kreatif Ovie
Summary: Sehun dan Jongin itu bersahabat. Sehun mencintai Jongin. Namun apa daya jika Jongin dijodohkan dengan seorang CEO muda. Dan parahnya setelah menikah, tubuh Jongin selalu penuh memar dan itu membuat Sehun geram. Apa yang akan dilakukannya?

Happy Reading

Sehun memandang pemandangan didepan sana dengan nanar. Ia tak menyangka kejadiannya akan begini dam tidak percaya dengan apa yang terjadi. Hanya bermodalkan sebuah kemeja putih dan celana kain hitam. Serta sepatu hitamnya. Membuat Sehun lebih dari kata tampan dan sempurna. Sempurna dari luar.

Dalam hatinya?

Sangat hancur.

Bagaimana tidak. Jika pujaan hatimu tengah menikah saat ini. Hati Sehun seakan tercabik-cabik melihat pujaan hatinya tengah tersenyum sangat manis pada calon suaminya. Dan senyum itu bukan untuknya. Senyum hangat Jongin-pujaan hatinya- biasanya akan ia dapat. Karena mereka bersahabat dari sekolah menengah. Jongin itu baik. Jongin itu ramah. Jongin itu ceria. Jongin itu perhatian. Dan karena itu Sehun tidak dapat mencegah ketertarikannya pada Jongin.

Dan. Beginikah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan?

Sehun menyesali dirinya yang tidak pernah mengucapkan kata cinta untuk Jongin. Andai ia lebih dulu menyatakan cinta pada Jongin. Mungkin Jongin tidak berdiri di altar sana sekarang. Karena Jongin mungkin akan lebih memilihnya dibandingkan CEO muda itu. Dan itu hanya perandaian saja. Tidak bisa digapai.

Karena sekarang Jongin milik orang lain.

Sehun menunduk dan meneteskan air matanya saat melihat Jongin didepan sana tengah dicumbu oleh suaminya.

"Jongin. Apakah kau samasekali tidak merasakan kehadiranku disini?" Sehun berujar lirih dan bergetar. "Aku mencintaimu" kemudian ia mencium gantungan bergambar beruang ditangannya. Itu pemberian Jongin. Dua minggu yang lalu.

Dua minggu yang lalu.

"Sehun!" Sehun mengangkat kepalanya saat mendengar lengkingan orang yang disayangnya. Sahabatnya sekaligus pujaan hatinya, Kim Jongin.

"Hai" Sapa Sehun saat Jongin sudah dihadapannya. Mereka sekarang tengah janjian disebuah taman yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal masing-masing. "Bunga untuk tuan putri?" Jongin mencebikkan bibirnya dan memukul bahu Sehun pelan namun bunga Sehun tetap diambilnya, membuat yang dipukul hanya dapat terkekeh.

"Bagaimana jalan-jalanmu?" tanya Sehun setelah mereka dilanda keheningan.

"Umm... Mengasyikkan, ternyata Indonesia tak seburuk yang kubayangkan." Jongin berujar sembari mengetukkan jari-jari kecilnya pada bucket bunga dipangkuannya. "Kata ayah, daerah yang ku kunjungi itu Bali. Dan aku juga baru tahu kalau Indonesia mempunyai nama daerah yang berbeda-beda" Jongin mengatakannya dengan semangat sembari menatap Sehun.

"Aku berjalan-jalan dipantai. Dan kau tahu apa yang kulihat?" Jongin bertanya dengan pipi yang sedikit merona membuat Sehun mengerutkan kening. "Dipantai itu banyak sekali orang berbikini. Dan rata-rata semua pengunjungnya berpakaian seperti itu. Tapi tidak heran sih, kebanyakan bule disana" Sehun hanya diam memperhatikan Jongin yang bercerita. Jujur, jika bisa ia memeluk sahabatnya itu dengan erat. Karena ditinggal Jongin selama seminggu membuat Sehun jadi uring-uringan.

"Oh ya. Aku membelikanmu ini. Disimpan baik-baik. Oke?" Jongin memberikan gantungan berbentuk beruang yang ukurannya kira-kira selebar telapak tangan anak berumur sepuluh tahun.

Sehun mengacak pelan surai Jongin. "Terima kasih"

"Sama-sama" Jongin tersenyum dan Sehun balas tersenyum.

"Kau tahu? Seminggu kau di Indonesia membuatku sangat merindukanmu" ucap Sehun. Dan Jongin malah merentangkan kedua tangannya dengan lebar.

"Kalau begitu peluk aku"

"Boleh?"

"Kau ini bicara apa? Kita kan bersahabat" tanpa banyak bicara, Jongin lah yang lebih dulu menarik Sehun kedekapannya. Membuat Sehun tersenyum miris dipelukan Jongin. Sahabat ya?

Namun Sehun juga membalas pelukan Jongin dengan erat.

"Oh ya Sehun" Jongin melepaskan pelukannya. Dan menatap Sehun dengan serius, tapi wajahnya seperti malu-malu. "Aku dijodohkan ayah"

DEG

"Dengan seorang CEO. Dia sangat tampan"

DEG

"Walaupun tak setampan dirimu sih" Dan diakhiri Jongin dengan gelak tawa. Meninggalkan Sehun yang merasa dirinya sekarang tengah ditarik oleh lubang hitam kasat mata. Hatinya terasa diremas dengan kuat.

"Sehun?" Merasa tidak ada pergerakan dan kata-kata dari Sehun. Jongin memanggilnya dan menggoyang-goyangkan telapak tangannya didepan wajah Sehun. Dan saat Sehun tersadar dari lamunannya. "Kau baik-baik saja?" tanya Jongin sembari menggenggam tangan Sehun. Namun ditampik Sehun dengan halus, Jongin mengerutkan kening bingung.

"Sehun?" panggil Jongin lagi. Karena Sehun kembali melamun. Tak biasanya pikirnya. "Kau ti-"

"Aku tidak apa" Sehun bangkit dari duduknya. Membuat Jongin mendongak. "Aku lupa jika aku banyak tugas. Kita bertemu lain kali ya" Sehun berujar dengan datar. Dan Jongin kembali menautkan alisnya. Tidak biasanya Sehun mengerjakan tugas dan lebih meninggalkannya disini.

Sehun berjalan meninggalkan Jongin dengan rasa sakit hati yang besar. Mungkin setelah ini ia serangan jantung.

Saat Sehun beberapa langkah meninggalkan Jongin yang berdiri dengan bucket bunga ditangannya. Sebuah audi hitam metalik singgah ditaman itu.

Dan Sehun merasakan tepukan pada bahunya. "Aku duluan ya Sehun. Jika ada apa-apa. Kau bisa menghubungiku" Sehun tak menjawab, tidak juga bergerak dari posisinya. Wajahnya seakan ditutupi garis-garis hitam saat ini, dengan poni sedikit menutupi wajahnya. Sakit langsung menyeruak dalam dadanya. Membuat Jongin menghela napas pelan dan berjalan meninggalkan Sehun yang masih terdiam ditempatnya.

Saat Jongin berada diambang pintu mobil itu, ia menolehkan kepalanya kearah Sehun yang masih setia berdiri disana. Ia merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Dan sayangnya ia sama sekali tidak tahu apa yang membuat sahabatnya demikian.

Setelah menghela napas entah untuk yang keberapa kalinya. Jongin memilih masuk ke mobil hitam metalik itu dan meninggalkan Sehun yang sudah menitikkan air matanya. Sehun menangis dalam diam.

Ia terlambat dan sangat terlambat.

.

.

.

"Sehun?" Sehun tersentak diduduknya dan segera menyeka air matanya menggunakan sapu tangan yang ia bawa dari rumah tadi. Kemudian ia mendongak karena ia sudah tahu siapa yang tengah memanggilnya.

"Jongin" Sehun berusaha tersenyum untuk sahabat—cinta pertamanya- itu. "Selamat ya atas pernikahanmu" ucap Sehun lalu memeluk Jongin erat, yang dibalas Jongin tak kalah erat pada Sehun.

"Terimakasih Sehun" balas Jongin lalu melepaskan pelukannya. "Kenapa wajahmu sembab seperti ini eoh?"

"Ah, aku hanya terlalu bahagia saat melihatmu didepan sana. Aku jadi iri, kapan aku juga akan melakukannya" canda Sehun dengan kekehan diakhir. Namun Jongin memicingkan matanya.

"Benarkah?" Jongin terlalu tahu dirinya. Sekalipun Sehun berbohong, Jongin selalu tahu.

Sehun terdiam menatap Jongin yang juga menatapnya—dengan tajam. "Haha.. Baiklah aku percaya. Aku hanya bercanda dan—hey, santai saja wajahmu bung" ucap Jongin lagi dengan memeluk Sehun. Dan tentu saja Sehun membalasnya, jangan lupakan kekehan—terpaksa- darinya.

"Makanya, cepat cari pacar dan nikahi dia" ucap Jongin lagi saat melepaskan pelukannya. Sehun tersenyum dan mengangguk.

"Secepatnya" dan kemudian mereka tertawa bersama.

"Hai babe" seseorang yang Sehun ketahui adalah suami Jongin, datang menghampiri keduanya. Dan jangan lupakan tangannya yang dengan mudah merangkul pinggang Jongin sehingga tubuh mereka tertepel satu sama lain. Membuat mata Sehun memanas dan sedikit mengeluarkan embun—air mata-nya.

"Hai Kris. Kenalkan, dia sahabatku" Jongin memegang tangan Kris yang berada dipinggangnya dan tangan yang bebas mengarah pada Sehun.

Kris tersenyum pada Sehun dan mengulurkan tangannya. Sehunpun juga mengulurkan tangannya dan mereka berjabat tangan. "Kris" ucapnya masih dengan senyuman. Mau tak mau membuat Sehun tersenyum. "Sehun"

"Senang berkenalan denganmu Sehun" ucap Kris.

"Ya, senang berkenalan denganmu juga Kris. Dan ngomong-ngomong, hati-hati dengannya. Karena sewaktu-waktu dia bisa berubah menjadi bocah lima tahun" Sehun menunjuk Jongin dengan jempolnya. Jongin mengerucutkan bibirnya langsung. "Nah, kubilangkan juga apa?" Sehun mencibir. Membuat Jongin geram sendiri dan segera memukuli kepala Sehun dengan brutal. Kris hanya tersenyum geli melihat interaksi keduanya yang sangat childish.

Sebagai informasi, Sehun hanya mengalihkan sakit hatinya dengan menggoda Jongin seperti itu.

"Yak! Yak! Hentikan pukulanmu itu bodoh—Awh! Yak! Sakit!" Sehun meringis disetiap pukulan Jongin dan berusaha menghindar. Para tamu yang melihat juga hanya tersenyum bahkan terkikik geli. Karena satu yang mereka tahu bahwa Jongin memiliki sifat seperti bocah.

"Rasakan! Rasakan!"

"Yak! Baik, baik aku minta maaf tuan putri"

"Minta maaf apa?!" pekik Jongin masih dengan memukuli kepala Sehun, bahkan semakin brutal saat mendengar ucapan Sehun.

"Oke oke. Aku minta maaf Jongin."

"Minta ampun dulu baru aku berhenti"

"Yak apa-apaan—"

"Baik, aku tidak akan berhenti" Jongin mengencangkan pukulannya.

"Ampun! Ampun Jongin" Dan Jongin seketika berhenti memukulkan kepalan tangannya pada Sehun. Sehun bernafas lega sebelum Jongin berkata "Marga?"

"Huh?" Bingung Sehun menatap Jongin.

"Wu Jongin" ucapnya.

"Apa—" Pertanyaan Sehun menggantung saat ia menyadari marga yang dipakai Jongin. Wu? Siapa? Oh— "Baik, aku minta maaf Wu Jongin" Ucap Sehun mengalah. Dengan rasa sakit yang semakin menjadi. Jongin bahkan terang-terangan menyebut marga suaminya. Melupakan rasa sakit dikepalanya akibat pukulan mematikan Jongin. Sakitnya berpindah pada relung hatinya. Membuat luka didalam.

"Nah, begitu lebih baik. Sekarang makanlah. Aku juga memesan minuman kesukaanmu disini" ucap Jongin dengan senyum lebar. "Khusus untukmu" ucap Jongin berbisik menunjuk minuman yang berada dimeja tak jauh dari mereka. Bubble tea.

Sehun menatap Jongin yang masih tersenyum lebar. Jantungnya tiba-tiba berpacu cepat saat melihat senyuman bak bocah itu. Antara perasaan hangat dan sakit. Hangat karena senyum itu untuknya dan ditambah Jongin dengan sengaja memesankan Bubble tea yang 'khusuh' untuknya. Lalu sakit karena ia berpikir, apakah ia masih dapat melihat senyum itu saat Jongin sudah memiliki seorang pendamping dan pastinya akan lebih sibuk dirumah karena mengurusi sang pendamping.

"Makan dan minumlah sepuasmu. Aku harus menyapa tamu yang lain. Kutinggal tidak apa kan? Maaf tidak bisa menemanimu disini"

"Ah, iya. Sana sapa tamu yang lain. Aku juga tidak mau acara makanku diganggu olehmu" Jongin men-deathglare Sehun. Dan Sehun hanya tersenyum lalu mendorong-dorong Jongin seakan ia berkata 'aku tak apa-apa'

Setelah Jongin menjauh darinya. Sehun menatap minuman yang berjejer rapi di meja tersebut. Bahkan ia tak selera untuk meminum itu sekarang. Biasanya ia seperti orang kesetanan jika melihat bubble tea. Namun kali ini tidak, nafsu makannya menurun setelah kejadian dua minggu lalu.

Aku bahkan tidak selera makan dan kau menawarkan makan untukku Jongin? Ha, lucu sekali. Sehun berucap sarkastik untuk dirinya sendiri dan tertawa miris. Miris akan dirinya yang seperti remaja labil sedang patah hati. Padahal memang seperti itu.

Kau menyedihkan Oh Sehun.

Dan tanpa sepengetahuan Jongin, Sehun pergi meninggalkan gedung itu dengan hati yang hancur berkeping-keping.
.
Cause I Love You
.
Terlihat siluet pemuda yang tengah menikmati Americano nya dengan tenang. Dengan pakaian casual yang sangat cocok pada tubuhnya ia duduk dengan santai seolah disitu hanya ada dia seorang. Menikmati dinginnya sore di awal musim gugur ini memang menyenangkan. Dengan suasana hening dan tenang yang nyaman, membuat beban pikirannya yang tadi di kampus seakan terbang entah kemana. Hari ini ia sangat pusing, karena entah kenapa dosen-dosennya selalu marah marah tidak jelas hari ini.

Memori-memori tahun lalu yang biasa ia habiskan dengan sahabat tercinta melintas dipikirannya. Bagaimana sahabatnya itu sangat menyukai musim gugur karena hawanya yang sejuk. Bagaimana sahabatnya itu sering berceloteh, entah berceloteh apa padahal setiap hari mereka bertemu, seakan ceritanya itu tidak pernah habis. Dan ia menyukai celotehan manis itu.

Perasaan rindu tiba-tiba saja menyeruak direlung hatinya. Jika dihitung, sebulan sudah mereka tidak bertemu. Dan sungguh, pemuda dengan kulit putih itu sangat merindukannya. Entah apa yang dilakukan sahabat tercintanya itu sekarang. Ia tak tahu.

Sehun—pemuda dengan kulit putih- tidak pernah lagi menghubungi Jongin—sahabat tercintanya- lagi. Sebenarnya Sehun tidak pernah menelepon Jongin duluan, karena Jongin lah yang sering meneleponnya duluan. Jadi, Sehun perlu memikir dua kali jika ia menghubungi Jongin. Mungkin saja kan pas ia menghubungi Jongin, lelaki itu sedang sibuk. Atau sedang melakukan sesuatu yang penting? Maka dari itu ia tak tahu kabar Jongin sekarang seperti apa.

Sehun menghela napas panjang hingga mengeluarkan uap tidak kentara. "Aku merindukanmu Jongin" lirihnya sambil menatap Americano nya yang sudah mulai mendingin.

Sudah sebulan ini juga Sehun berusaha move on dari Jongin. Dan itu cukup berhasil karena mereka jarang—tidak pernah- berkomunikasi lagi. Dan soal perkembangan Sehun diawal-awal kemarin. Ia seperti mayat hidup. Tak nafsu makan, jarang beranjak dari tempat tidur dan meliburkan diri dari kegiatan kampus. Membuat dirinya ketinggalan materi selama dua minggu. Dan selanjutnya, sedikit demi sedikit. Ia mampu melupakan perasaannya terhadap Jongin walaupun tidak sepenuhnya.

Ia menyesap Americano nya yang sempat terabaikan. Bersamaan, ponselnya berdering tanda telepon masuk. Dan saat melihat siapa nama pemanggil, Sehun hampir tersedak minumannya sendiri.

Jongin Calling

Sehun terdiam ditempatnya sembari terus melihat layar itu hingga mati. Sehun panik sendiri karena ia kehilangan telepon dari Jongin setelah sebulan mereka tidak pernah berkomunikasi.

Namun tak lama ponsel itu kembali menyala dan menampilkan nama Jongin—lagi- disitu. Tanpa berlama-lama Sehun segera mengangkat ponselnya dan menjawab telepon dari Jongin.

"Halo?"

"S-sehun"

DEG

Kenapa suara Jongin terdengar bergetar? Dan Sehun harus menepis pikiran negatifnya.

"Y-ya Jongin. Ada apa?" Jujur, Sehun gugup sekarang. Setelah sebulan tidak pernah menyapa satu sama lain, membuat mereka bagaikan orang asing yang baru mengenal.

"K-kau dimana?" tanya Jongin diseberang sana. Serak.

"Aku di café yang sering kita kunjungi dulu. Kenapa?" Sehun berujar setenang mungkin. Ia dapat mendengar dari seberang sana suara bising. Suara mobil. Apa Jongin sedang dijalan?

TIIN

TIIN

Sehun mendengar klakson didekatnya dan ia juga mendengar klakson yang sama di tempat Jongin. Tunggu, jangan bilang kalau Jongin—

Sehun mencari kesekitar siapa tahu ada Jongin. Dan tepat dibelakangnya, sekitar sepuluh meter, ada Jongin disana!

Yaampun, jangtungnya seakan mau meledak melihat Jongin dengan pakaian yang berantakan.

Tunggu—

Kenapa berantakan?

Sehun segera berlari kearah Jongin saat dirasanya Jongin susah berjalan. Jongin yang melihat Sehun hanya menyunggingkan senyumnya dan berusaha berjalan lebih cepat kearah Sehun.

GREBB

Sehun memeluk Jongin sebelum Jongin hendak terjatuh karena kakinya yang tersandung. "Hiks"

Sehun merasakan denyutan kuat pada dada kirinya setelah mendengar isakan Jongin yang terdengar pilu. "Akhirnya aku dapat bertemu denganmu Sehun" lirihnya dibahu Sehun. Dan Sehun entah naluri atau apa, ia mengusap punggung Jongin dengan lembut. Mendapat perlakuan lembut dari Sehun, Jongin semakin mempererat pelukannya pada Sehun.

"Kita duduk saja sekarang oke?" Sehun bertanya karena demi apapun, Jongin tidak beranjak dari tempatnya setelah sekian lama.

Jongin menggeleng sebagai jawaban. "Kita kerumahmu saja" bisiknya. Sehun mengerutkan kening dalam, tak biasanya Jongin mengajaknya kerumahnya.

"Ada apa?" Namun Jongin semakin mengeratkan pelukannya. Sehun hanya berusaha mengerti apa yang sedang Jongin inginkan. "Baik. Tapi kita ambil tas ku dulu disana lalu kita kerumahku oke?" Jongin mengangguk dan melepaskan pelukannya pada Sehun.

.

.

.

"Terima kasih nek"

"Sama-sama" Nenek itu tersenyum kearah Jongin yang meminum teh buatannya. "Kau kurusan" Jongin tersedak teh nya. Lalu menatap nenek itu.

"Ah. Tidak kok nek. Hanya perasaan nenek saja karena kita tidak pernah bertemu lagi" jawab Jongin sopan.

Nenek itu mengangguk dan tak lama Sehun datang membawa handuk yang sedikit basah. Memberikannya pada Jongin. Jongin tersenyum pada Sehun dan menyeka wajahnya yang sedikit kotor.

"Kenapa tanganmu memar?

GLEK

TBC

Oii.. Ovie kambek FF HunKai special event HunKai In Luv yaa~

Cemane ni ff uh? Review okay