Berhubung saya jarang nulis Cheve, akhirnya beato kembali dengan A-Z meme~

akan di update setiap dua hari sekali berhubung ceritanya pendek! :3

Cover: Pixiv illust id 20612017

I don't own Elsword. Elsword miliki KOG dan Nexon :'3

PS: Ini sebenarnya parodi. yang tahu ini parodi apa, kudos~ :3


A – Ad Infinitum
Summary: Karena suatu saat dia akan kembali, dia tidak masalah menunggu hingga akhir dunia.
World: AU
Genre: Romance/Angst
Words: 808 words

Aisha: Elemental Master
Chung: Deadly Chaser
Eve: Code Battle Seraph

.

.

.

"Suatu saat aku akan kembali untuk menjemputmu dengan sebuah kuda putih!"

Wajahnya memerah. Datang dengan kuda putih... bukankah itu terdengar seperti pangeran dan putri dalam dongeng?

Laki-laki itu memalingkan wajahnya, namun dia bisa melihat rona merah yang menghiasi telinganya. Seolah untuk membenarkan kata-katanya yang barusan, dia menambahkan dengan nada pelan, "...Erm, i-itu kalau kau mau." Dia terbatuk. "Kau tidak harus memutuskannya sekarang—"

"Satu tahun."

Dia mendongak, terlihat kaget.

"Satu tahun." Perempuan itu tersenyum kecil. Sama seperti laki-laki itu, wajahnya begitu merah. "...Tahun depan, pasti aku bisa mempersiapkan diriku."

Sebenarnya dia sudah siap jika laki-laki itu ingin mengambilnya sekarang. Dia sudah bekerja di rumah keluarga kaya itu cukup lama, dan gaji yang diberikan juga tidak tanggung-tanggung. Jika perlu, dia bisa tinggal sendirian dengan makmur di pulau utama hanya dengan sepertiga dari tabungan dari gajinya.

Hanya saja dia masih belum yakin. Dia menginginkan waktu untuk berpikir. Dia menginginkan waktu untuk bersiap-siap.

Laki-laki di hadapannya mengangguk, kemudian menggenggam tangannya seperti yang biasa ia lakukan. "Tahun depan." Dia mengulang sambil menunduk. "A-Aku pasti datang, oke? Tunggu aku! Ini perintah, oke?"

Dia mengangguk, kemudian tersenyum kecil. "Baiklah, Tuan Chung."

Mereka mengaitkan kelingking mereka, dengan matahari yang mulai tenggelam di ufuk dan langit yang berangsur-angsur menjadi gelap sebagai latar mereka.

.

.

.

Dia memandang langit biru yang terbentang di langit. Hanya ada sedikit awan yang berbentuk seperti kapas putih menghiasi langit. Walaupun begitu, teriknya matahari tidak begitu terasa berhubung mereka tengah berlindung di bawah gazebo putih yang terukir oleh tangan seorang ahli di tengah taman bunga mawar yang berlomba-lomba bermekaran untuk menunjukkan keindahan mereka.

Seluruh keindahan itu bahkan tidak menangkap perhatiannya sama sekali.

Sudah tiga tahun sejak laki-laki itu membuat janji, dan belum pernah sekalipun dia mendengar berita tentangnya. Hanya sekali; dia mendengar Nyonya Seiker—ibu Chung—meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan, kemudian ayahnya langsung menikah lagi dengan wanita lain. Chung yang tidak bisa terima langsung memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan keluarga lagi.

Bahkan sekarang dia mulai memikirkan kalau Chung sudah melupakan janjinya. Melupakannya.

Dia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa sakit yang telah berakar jauh dalam hatinya. Andai saja dia bisa mencabut akar itu, walaupun akan menyisakan lubang yang besar, dia tidak masalah jika rasa sakit yang membuatnya sesak ini menghilang—

"Nona Eve?"

Dia tersadar dari lamunannya, kemudian mata emasnya bertemu dengan sepasang mata ungu yang menatapnya khawatir.

"Aisha." Suaranya menyebut nama pelayan yang ada di hadapannya dengan penuh martabat, menunjukkan perbedaan posisi yang terlihat jelas di antara mereka. "...Maaf, aku tidak mendengarkanmu barusan."

Aisha tersenyum miris, namun memutuskan untuk tidak melanjutkan topik ini. Wanita yang terbalut dengan gaun indah ini bisa membunuhnya kapan saja. Karena dialah pemilik mansion besar di malam hari dan memiliki posisi paling tinggi di rumah itu.

"Sungguh tidak sopan bagiku untuk mengabaikan tamuku dalam pesta minum teh. Tolong jangan sungkan-sungkan." Dia berkata, seolah bisa membaca pikiran Aisha. Dia memang bisa membaca pikiran Aisha. "Ku dengar hubunganmu dengan Elsword semakin mulus, benar?"

Wajah gadis itu memerah, kemudian dia mengeluarkan sebuah permata berwarna biru dari kantungnya. "Ini semua berkatmu, Nona Eve." Dia tersenyum. "Andai saja sihirmu tidak membantuku, mungkin hubunganku dengan Elsword tidak akan berjalan mulus."

"Jangan dipikirkan. Ini adalah hadiah untuk orang yang mau menghormatiku." Eve tertawa pelan, kemudian kembali memandangi langit biru dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Apa yang sedang dia lakukan? Kapan dia kembali?

"Maaf? Nona Eve? Apa anda mengatakan sesuatu?"

Eve berkedip sekali, kemudian memandangi tamunya dengan sebuah senyum kecil. "Bukan apa-apa."

Hendak Aisha mengatakan sesuatu, sebuah suara milik seorang laki-laki menginterupsi mereka, "Disini rupanya kau, Aisha."

Aisha mendongak, mata ungunya bertemu dengan mata emas milik teman sesama pelayannya. "Raven." Dia berdiri dan menunduk pelan. "Ada apa mencariku?"

"Kita kekurangan tangan di mansion. Tolong jangan bermalas-malasan." Suara laki-laki itu dingin, sama seperti tatapannya. Dia tidak membiarkan Aisha untuk mengatakan apapun dan langsung berbalik, pergi tanpa mengatakan apapun.

Aisha mendesah, sepertinya lega begitu tekanan yang dipancarkan Raven menghilang.

"Dia menyebalkan." Eve menggumam. "Sebaiknya kau pergi sebelum dia kembali."

"Anda benar." Aisha berbalik dan menunduk hormat pada Eve. "Terima kasih telah menemaniku, Nona Eve."

Eve tersenyum pelan, kemudian kembali memandangi langit biru, tidak memperhatikan Aisha yang sudah memunggunginya dan berjalan menjauh. Dengan sebuah jentikan jari, semua gelas teh dan sepiring kue yang dihias manis menghilang dari meja di bawah gazebo itu.

"Aku menunggumu, Chung." Sang penguasa malam menggumam. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya. Kemudian dia menutup matanya, menyerah pada cahaya matahari yang sejak tadi membuatnya merasa mengantuk, dan jatuh dalam dunia mimpinya.

.

.

.

Aisha berjalan menjauh dari gazebo itu. Sudah cukup dia duduk sendirian di sana dan melamun. Entah mengapa laki-laki itu muncul kembali dalam benaknya.

"Aku sudah memiliki Elsword." Dia menggumam pada dirinya sendiri. Setitik air mata mengalir dari mata ungunya. "Aku tidak akan memikirkan tentangmu lagi."

Dan janji bodohmu.


Ad Infinitum: without limit; for ever [latin: to infinity]