A/N: Kumpulan drabble Sasusai. I accept prompt challenge, send your prompts to me, kirimkan lewat PM or review satu kalimat prompts kalian. Nanti itu akan menjadi kalimat pertama drabble yang akan saya buat. Let see what I can write.
Naruto © Masashi Kishimoto
First challenge! By Ai.
Ai said, "Selama ini aku hanya bisa memandangmu dari jauh tanpa punya kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat." (Saya ganti kata ganti orang ketiga)
Train, Books and Bad Day
Selama ini Sasuke hanya bisa memandangnya dari jauh, tanpa punya kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Semua di mulai semenjak orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah, dan jarak dari sekolah dan rumah barunya hanya bisa ditempuh menggunakan kereta. Sasuke tidak menyadari keberadaan orang itu sebelumnya, orang yang selalu duduk di tempat yang sama, selalu melakukan hal yang sama – membaca buku dengan judul yang berbeda setiap minggunya. Sampai kemudian, kereta yang penuh membuatnya terdorong hingga terjatuh menimpa orang itu, membuat buku yang dipegangnya terjatuh, dan kacamata besar dengan bingkai hitam yang dipakainya nyaris terinjak olehnya. Pemuda itu hanya tersenyum ketika Sasuke meminta maaf padanya, dan sejak hari itu Sasuke tidak pernah melewatkan keberadaan sosok itu di dalam kereta setiap hari.
Dua bulan berlalu semenjak kejadian itu. Sasuke masih menatapnya diam-diam, memalingkan wajah jika sosok itu melihat ke arahnya, menghapalkan judul-judul buku yang dibacanya dan pergi ke perpustakaan jika dia ada waktu, mencari judul-judul yang telah dia hapalkan sebelumnya. Sasuke tidak menyukai buku, namun dia selalu meminjam semua judul yang dia temukan, hanya untuk dia geletakkan begitu saja di kamar kecilnya.
Satu stasiun sebelum stasiun tempatnya berhenti adalah tujuan pemuda itu. Dia selalu menutup bukunya, memasukkannya dengan rapi ke dalam tasnya dan menarik earphone dari telinganya, membiarkannya tergantung di lehernya sebelum akhirnya kereta berhenti dan dia segera turun dari sana. Hanya saja hari itu, sosok itu melihat ke arahnya, tersenyum kecil kepadanya sebelum pintu kereta menghalangi pandangannya darinya. Sasuke tertegun, kedua matanya terbuka dengan lebar dan terus seperti itu untuk beberapa detik, hingga dia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan liar. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
Keesokan harinya, langkah Sasuke terasa begitu berat. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, seolah dia baru saja berlari bermil-mil jauhnya. Dan semakin bertambah cepat ketika kereta yang akan ditumpanginya telah datang. Pemuda berambut gelap itu menahan nafas begitu dia telah berada di dalam kereta, disambut oleh senyuman hangat sosok berkacamata tebal dengan sebuah buku di tangannya. Ada space kosong di sebelah sosok itu, namun Sasuke lebih memilih untuk duduk di dekat pintu, bersebrangan dengan sosok itu, tanpa berani sekalipun melihat ke arahnya.
Sasuke masih menolak untuk duduk di dekat sosok itu esok harinya. Besoknya lagi, lagi dan lagi. Hingga pada suatu hari hanya tersisa satu kursi kosong, tepat di sebelah pemuda berkacamata itu. Sasuke pikir itu adalah hari yang buruk baginya.
"Hai."
Seperti yang dia duga. Keringat dingin menetes di dahi dan punggunggnya. Tidak ada yang Sasuke inginkan hari itu kecuali berlari keluar dari sana.
"H-hai," balasnya dengan senyuman yang sedikit dipaksakan. Sosok itu hanya kembali tersenyum, tanpa ada satu katapun yang keluar dari bibirnya. Sasuke menelan ludah. Merasa begitu canggung dan sedikit bersyukur karena pemuda itu tidak mengajaknya berbicara lebih jauh lagi dan kembali berkonsentrasi pada bukunya. Sasuke hanya berharap semoga dia tidak mendengar suara detak jantungnya yang bergemuruh sangat keras.
"Sai," ucap sosok itu tiba-tiba, sesaat sebelum kereta berhenti di stasiun tujuannya, membuat Sasuke nyaris melompat karena terkejut. Sasuke menatap sosok itu dengan heran, namun dia hanya tersenyum. "Namaku," ucapnya lagi sembari memberi Sasuke secarik kertas sebelum beranjak dari tempat duduknya. Sasuke hanya bisa menatap punggungnya tanpa mengatakan apapun, terlalu terkejut bahkan untuk menarik nafas sekalipun.
"Sai," gumam Sasuke kemudian sembari mengambil udara sebanyak-banyaknya. Perlahan mata onyxnya menatap secarik kertas yang ada di genggamannya. Sederet nomor tertulis di sana. Oh. Nomor telepon. Dengan simbol wink dan senyuman di belakangnya.
Oh.
Dan kemudian senyuman kecil mengembang di wajah tampannya. Ternyata hari ini bukan hari yang buruk baginya.
