"Ryouta, Aku mencintaimu."

"Uso,"


Blinfold [Hyde]

© ArcSa Reiyu

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

.

Satu pernyataan dalam dirinya, aku tidak akan pernah percaya, tidak akan untuk selamanya. Untuk Kise, Akashi bukan manusia yang memilik hati sampai bisa menyatakan rsaa suka pada orang lain. Itu jelas hanya kebohongan.

Akashi hanya mempermainkannya.

"Berlutut di depanku."

Tidak ada kan, orang yang akan memperlakukan orang lain seperti binatang kalau mereka suka?

"Aku bukan peliharaanmu."

Pemuda itu balas tersenyum pada perkataannya. Senyum yang akhir-akhir ini dibencinya.

"Akan ku buat kau jadi peliharannku," perlahan derap langkah terdengar. Wajah dan senyum yang dibencinya –mendekat. Kise membuang mukanya ke arah lain, yang hanya mengundangan tangan Akashi mencengkram garis bawah wajahnya kuat.

"Kau tahu Ryouta," sepasang mata mereka bertemu, hanya beberapa senti terpisah sampai Kise bisa merasakan deru nafas Akashi menerpa wajahnya, "aku mencintaimu."

Hening.

Jarum detik berputar sesuai ritme-nya.

Mata hazel itu pelan-pelan menatap balik heterokromik di depannya. Kemudian kepalanya sedikit menuduk. Helaian pirang jadi penghalang antara tatapan mereka.

"Dan kau tahu, aku tidak pernah percaya," mulutnya beregerak pelan nyaris tanpa suara, dan bena-benar menghilang, ketika Akashi menemplekan bibirnya di atas miliknya.

.

Aroma anggur hasil fermentasi memenuhi indra penciumnya.

"Merah dan darah," sebuah seringai munculk, kecil, elegan, penuh makna. Berubah makin lebar ketika jemari telunjuknya menyusuri mulut gelas bening di atas meja.

Dia Akashi, tuan muda keluarga Akashi. Nama lengkapnya, Akashi Seijuuro. Pemuda tampan bermata heterokromia. Merah dan kuning yang menyala. Hidup, bercahaya, dan penuh ambisi dalam wajahnya yang kurang ekspresi.

.

Kise Ryouta menatap refleksinya dalam cermin, memperhatikan tiap detail di sana. Bermenit-menit, lama. Tangannya menggapai pipi si bayangan, mengelus lembut permukaan dingin cermin di depan kaca.

"Aku membencimu."

.

Deru ombak menggapai telinganya, bermain dengan angin. Pemuda itu berdiri menatap hamparan mulus pasir. Tanpa jejak kaki, hanya basah tertepa ombak yang lamat-lamat menggapai darat.

Dia berjongkok, menatap pasir basah yang terpatri kanvas dalam kepalanya. Sementara itu, tangannya menggapai batang pendek kayu yang dibawanya dari rumah.

Lukisannya dimulai, dibuat pelan-pelan dengan jari yang bergerak lincah merangkai bentuk, lalu kata.

Setengah jam berlalu. Pemuda itu berdiri tanpa ekspresi nyata di wajahnya. Dia berbalik, lalu pergi menjauh dari pantai.

'Akashi, Kise, Seijuuro dan Ryouta. Ilusi rasa.'

Ombak lalu datang, menghapus lukisan sederhana di atas pasir itu. Lukisan dua sosok manusia yang dipakaikan penutup mata, saling berhadapan menatap tanpa bisa melihat. Dan tangan mereka bertaut.

.

THE END!


MAAAAAAAAAAAAFFFFFFFFFFFFFF FANSSSS /dilemparbatu/ AKU UDAH LAMA NGGAK BUAT FANFIC AKAKI T^T

dan berhubung liburan sudah mau dimulai, doakan aku aktif kembali x3