Love is Like A Drama – Chapter 1
Original Story by : DL Akevi (AK)
Rate : T
Genre : Romance ft Hurt/Comfort
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : Shounen AI / YAOI / Gay relations / Aneh / Super GaJE / Kriuk-kriuk(?) / Author abal-abal / Typo(s) / pair GAJE / OC / OOC dan kekurangan lainnya.
Catatan : Salam kenal, saya AK (baca Aka), author baru di FFn, tapi reader lama , mohon bantuan, kritik, saran dari senpai-senpai, reader-reader semua supaya tulisan saya bisa lebih baik kedepannya. Dalam fiksi ini saya mungkin menambahkan beberapa OC, perkenalannya langsung pada cerita saja ya. Selamat membaca, Arigato...
.
.
"Aku mencintaimu Sasuke" kata seorang pemuda yang tengah memeluk tubuh seorang pemuda raven bernama Sasuke.
"Ma'af Sai, aku tak bisa" jawab Sasuke, namun ia tetap membiarkan pria bernama Sai itu menyenderkan kepalanya di pundaknya.
Keduanya hanya diam di dalam kebisuan hati masing-masing tak tau harus mengatakan apa. Sai tahu, mungkin hanyalah mimpi baginya untuk berharap Sasuke mengatakan 'iya' setiap kali ia mencoba mempertanyakan kejelasan hubungannya dengan Sasuke. Sasuke pun tidak tahu harus bagaimana, dalam hatinya, sebenarnya ia juga menaruh perasaan yang sama terhadap Sai. Namun itu semua harus ia kubur dalam-dalam, mengingat ia telah bertunangan dengan Sakura. Terlebih ia kini adalah seorang aktor terkenal yang namanya tengah melejit. Sakura tunangannya adalah seorang aktris yang pernah beradu peran dengannya.
Sasuke beranjak dari posisinya, ia memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai kamar itu dan memakainya, sedang Sai hanya terdiam di balik selimut yang menutupi tubuh polosnya, bola matanya terus mengikuti arah gerak Sasuke. Ia tahu Sasuke akan pergi meninggalkannya, lagi. Namun apa yang bisa ia lakukan, tidak ada. Ia rela jika Sasuke meninggalkannya, tidak mencintainya, sekalipun jika ia hanya dimanfaatkan oleh Sasuke. Namun ia masih yakin akan harapan bahwa ia ada di hati Sasuke, meski tak diakui oleh pemiliknya sendiri. Karena selama ini, perlakuan Sasuke terhadapnya tidak seperti manusia yang hanya menginginkan kesenangan dan sekedar memuaskan nafsunya saja. Sasuke begitu lembut, seperti memperlakukan kekasihnya sendiri. Atau mungkin, kekasih yang tidak diakuinya.
"Aku pergi dulu" kata Sasuke, dan "cup", sebuah kecupan mendarat di kening Sai. Sai masih tak bergeming. Ia hanya bisa memandang orang yang paling ia cintai berlalu dari hadapannya. Sesaat setelah Sasuke meninggalkan kamarnya, ia melangkah menuju almari pakaiannya. Tangannya menggapai sebuah benda di atas almari yang berada di sela-sela buku, sebuah HandyCam. Tiba-tiba ia tersenyum penuh arti. Senyum yang dapat berarti kesenangan dan kelicikan.
.
.
Sebuah mobil ferrari merah melaju dengan kencang di atas jalanan kota Konoha yang malam itu cukup lenggang. Seorang pemuda berkulit putih dengan mata pualam yang mengemudikan mobil itu sepertinya sedang dalam keadaan mabuk. Ia menyetir tidak beraturan dan meracau tidak jelas. Ketika hampir sampai pada jembatan yang menghubungkan kota Konoha dan Suna, pemuda itu tertawa keras seperti orang kesetanan.
"ha, hahaha ..Aku mencintaimu, Sasuu~ke.. haha haha"
-Brak!-
Tiba-tiba mobil pemuda itu menabrak tembok pembatas jalan. Mobil itu kehilangan kendali karena kecepatannya terlalu cepat. Dan tepat di area pinggir jembatan, mobil itu kembali menabrak dinding jembatan yang terbuat dari kayu sehingga dengan mudah kayu itu hancur, dan mobil itu terjun bebas menuju dasar sungai yang cukup dalam.
.
.
Di sebuah lokasi shooting film action, terlihat beberapa crew mondar-mandir mempersiapkan property untuk membuat sebuah scene pengejaran teroris. Sasuke, sang aktor yang kini sedang di puja-puja oleh halayak konoha juga turut berpartisipasi menyumbangkan kemampuan aktingnya dalam film ini. Kali ini ia berperan sebagai tokoh teroris. Sasuke terlihat serius mendengarkan instruksi dari sang sutradara bernama Jiraya. Kru-kru yang lain kini telah menempatkan diri pada posisi masing-masing. Begitu pula Sasuke yang juga telah bersiap ditempatnya. Adegannya kali ini adalah ia harus berlari dan melompati pagar pembatas pada atap gedung, dan harus mendarat dengan sempurna di atap gedung sebelahnya, dan seterusnya sesuai yang diarahkan sang sutradara.
"Camera, rolling, action!" teriak Jiraya sang sutradara.
Sasuke pun langsung berlari diikuti tiga orang yang mengejarnya di belakang. Lompatan pertama, ia berhasil mendarat sempurna, berarti kerja kerasnya berlatih dari seorang ahli parkur selama sebulan penuh tidak sia-sia, kemudian ia terus berlari, tiga orang di belakangnya juga berhasil melalui dinding itu. Namun pada lompatan kedua,
-Bruk-
Sasuke melakukan kesalahan yang berakibat pada dirinya sendiri. Sasuke melompat dengan kaki kanan sebagai tumpuan atau mungkin ia sudah tidak fokus karena scenenya dibuat minim cahaya, sehingga keseimbangannya tidak stabil dan ia tak dapat mendarat dengan sempurna dan menyebabkan kaki kirinya terkilir. Beruntung ia tidak jatuh kebawah. Tidak ada orang waras yang mau merasakan jatuh dari gedung 25 lantai. Meskipun sudah dipasang pengaman sekalipun, resiko itu tetap ada.
"Arrgh..ssh." Sasuke mengerang ketika dirasakannya kakinya begitu sakit.
"Cut! Cut! Medis! Medis!" teriak Jiraya dan paramedis segera menuju ke tempat Sasuke melalui tangga yang sudah dipasang sebelumnya.
"Sepertinya terkilir Sas, coba luruskan kakimu" kata salah satu para medis.
" " Sasuke tidak menjawab hanya menuruti perintah dari salah satu paramedis itu saja. Ia menggigit bibir bawahnya saat kakinya ditarik.
"Gimana Shino?" tanya Jiraya kepada paramedis yang menangani Sasuke.
"Sepertinya persendiannya agak bengkak Sensei" jawabnya.
"Penyembuhannya mungkin sekitar 5jam" lanjutnya.
"Ma'afkan aku Sensei" kata Sasuke.
"Tak apa, sebuah film tak akan bagus tanpa kecelakaan" jawab Jiraya tenang.
"Oke, untuk hari ini cukup" kata Jiraya kepada semua kru.
Sasuke dibantu kru lainnya menuju pos istirahat di dalam gedung tempat lokasi shooting. Ia mendudukkan dirinya di sofa. Perhatiannya tertuju pada handphone yang tergeletak di atas tasnya. Sasuke sedikit terkejut melihat ada banyak sekali panggilan masuk dari konohamaru, adik dari Sai. Ada satu pesan masuk dari konohamaru juga.
-kak Sasuke, cepat ke rs konoha I sekarang. Kak Sai, kecelakaan kak, .
Seketika mata Sasuke membulat saat ia membaca isi pesan dari konohamaru. Tanpa sadar ia langsung bangkit meraih tasnya, dan berlari dengan terpincang-pincang menuruni tangga. Ia seakan lupa bahwa kakinya sedang bengkak.
"Sasuke, kau mau kemana. Tunggu Sas! Kakimu... Bodoh" kalimat menggantung keluar dari Shino, paramedis yang tadi menangani Sasuke. Ia gagal memperingatkan Sasuke jika ia memaksakan kakinya untuk berdiri bahkan berlari seperti itu, bengkaknya akan semakin parah. Walaupun tadi ia sudah memberi obat penghilang rasa sakit, tapi obat itu tidak menyembuhkan dan bersifat sementara.
.
.
Sasuke terlihat panik, ia menyusuri setiap lorong yang ia lewati di rumah sakit yang diberitahukan oleh konohamaru. Ia berhenti sejenak ketika dilihatnya seorang anak kecil yang sedang menangis ditemani seorang butlernya di depan pintu UGD. Sasuke langsung berlari menuju anak kecil itu. Ketika Sasuke sampai di depan ruangan. Anak itu langsung memeluk Sasuke dengan menangis.
"Sst.. tenangkan dirimu konohamaru, ada kakak disini" kata Sasuke pelan dengan memeluk konohamaru.
Sasuke sendiri berusaha untuk tenang walaupun hatinya bergemuruh kekhawatiran. Konohamaru hanya menghubungi Sasuke. Kedua orang tuanya telah meninggal dan ia tak mempunyai saudara dekat, yang ia tahu, kakaknya hanya punya satu teman, yaitu Sasuke, ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara Sasuke dan Kakaknya, baginya, Sasuke adalah orang terdekat bagi kakaknya.
"Bagaimana kejadiannya Sebastian?" tanya Sasuke pada butler keluarga Konohamaru.
"Menurut polisi, Tuan Muda menyetir dalam keadaan mabuk berat dan mengalami kecelakaan Tuan" tutur butler yang bernama Sebastian itu.
'Semoga dia baik-baik saja Tuhan' Sasuke berdoa dalam hati.
.
.
Beberapa menit kemudian, keluar seorang dokter dari pintu UGD. Dokter itu terlihat cemas, Sasuke, Sebastian, dan Konohamaru langsung menghampirinya.
"Ma'af, Kami tidak berhasil menyelamatkan Tuan Sai" kata dokter itu.
"Apa katamu hah?" Ia mencengkeram kerah sang dokter.
"Ma'af" kata dokter itu sekali lagi. Sasuke melepaskan cengkramannya dan mencoba untuk memasuki pintu UGD dengan paksa. Tetapi ia ditahan oleh beberapa perawat pria yang berada di dalam ruangan.
"SAI..Bangun bodoh!" Sasuke berteriak putus asa. Ia jatuh terduduk. Rasa penyesalan yang begitu besar seketika muncul di kepalanya. Butir-butir bening perlahan mengalir dari kedua matanya yang tak pernah mengalirkannya sebelumnya. Dari belakang, ia merasakan ada sepasang tangan kecil memeluknya.
"Kakak..hiks, hiks" konohamaru seolah telah mengerti apa yang terjadi, ia menangis memeluk Sasuke. Sasuke membalas pelukan konohamaru. Berharap dapat sedikit menenangkan anak kecil berusia delapan tahun itu. Walaupun ia sendiri begitu sakit.
.
.
Hari Minggu yang sedikit mendung, menjadi pengantar Sai pada upacara pemakamannya yang hanya dihadiri beberapa orang saja termasuk Sasuke. Sasuke manatap peti yang berisi jenazah Sai dengan tanpa ekspresi. Peti itu perlahan turun, dan beberapa orang menimbunnya dengan tanah hingga tertutup seluruhnya membentuk gundukan tanah baru. Ia masih memegangi tangan Konohamaru yang masih terus menangis sejak semalam.
Sasuke meminta Konohamaru untuk tinggal bersamanya, ia tahu Konohamaru tidak memiliki siapa-siapa lagi. Namun Konohamaru menolaknya. Ia tetap ingin tinggal dirumah peninggalan orangtuanya bersama butlernya. Sebastian telah bersedia, Sasukepun sepenuhnya percaya pada Sebastian. Karena Sebastian sudah lama menjadi butler keluarga Sai.
.
.
2 bulan semenjak kematian Sai, semuanya kembali normal, jika dilihat dari luar. Sasuke kerap bertengkar dengan Sakura, dan kabar keretakan hubungannya dengan Sakura sudah tentu terdengar oleh media infotaiment. Berbagai spekulasi muncul, ada yang mengatakan bahwa Sasuke terlibat cinta lokasi dengan seorang aktris, atau apalah, bahkan ada yang mengabarkan bahwa Sasuke seorang Gay, karena sebelumnya Sasuke terlibat bermain dalam sebuah film gay. Mungkin kenyataannya benar dia Gay. Namun yang pasti semua itu baginya hanyalah omong kosong. Pemicu keretakan hubungannya dengan Sakura sebenarnya hanya satu. Yaitu penyesalan Sasuke. Ia menyesal tidak pernah mengakui bahwa dirinya mencintai 'kekasihnya' di masa lalu, ia menyesal karena tidak pernah mau mengakui bahwa dirinya memang tidak 'normal', dan ia menyesal karena kebodohannya yang lebih memilih karir yang akhirnya justru mematikan perasaannya sekaligus orang yang ia cintai.
.
.
"Oi, Teme. Kau dapat tawaran main di film terbaru Jiraya-San, gimana?" Ucap seorang lelaki berambut pirang yang bernama. Ia adalah Manager untuk sang Uchiha.
"Hn" jawab Sasuke sambil membalik-balik koran di tangannya.
"Hn apanya bodoh? Kau mau terima atau tidak?" kata Naruto dengan frustasi. Bertahun-tahun ia menjadi manager Sasuke, tapi ia tak pernah paham arti 'Hn' setiap kali bicara dengan Sasuke.
"Apa perannya? Gimana ceritanya bodoh!" balas Sasuke secara sarkastik.
"Kau harus berperan sebagai seorang Gay lagi" kata Naruto sambil asyik membaca naskah sinopsisnya. Sasuke menghentikan aktifitas membacanya, sejenak ia berfikir tanpa melepaskan kertas yang masih berada di tangannya.
"Aku tidak mau" jawab Sasuke pada akhirnya.
"Eh, kenapa? Baru kali ini kau menolak peran dari Jiraya-San" tanya Naruto curiga.
"Tidak ada apa-apa" jawab Sasuke tenang.
"Kau tidak suka dengan rumor kedekatanmu dengan Gaara yang disebut-sebut menjadi penyebab keretakan hubunganmu dengan Sakura-chan ya?" tanya Naruto kemudian. Saat ini memang berita bahwa Sasuke memiliki hubungan dengan partner mainnya dalam film 'Boyfriend', Gaara sedang menjadi pembicaraan dimana-mana. Namun baik Sasuke maupun Gaara tak pernah mau buka suara.
"Tidak juga, aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Karena semua itu omong kosong" jawab Sasuke.
"Hmm, mungkin" jawab Naruto dengan nada menggantung.
"Apa maksudmu?" kali ini Sasuke balik bertanya pada Naruto dengan memicingkan matanya tanda tak suka.
"Tidak, hanya saja,, mungkin benar kau tidak suka Gaara, tapi yang kulihat, Gaara perhatian sekali padamu akhir-akhir ini" jawab Naruto serba salah.
"Itu urusannya, bukan urusanku" Sasuke beranjak dari kursinya, meninggalkan managernya di ruangan yang bernuansa putih gading itu.
Beberapa menit kemudian, pintu ruangan apartemen Sasuke itu di buka dari luar. Dari luar muncul seorang gadis berparas cantik dengan aksesoris bando pink, dengan balutan rok kecoklatan selutut dan baju hem model perempuan yang sederhana namun anggun. Ia tersenyum mendapati ada orang di dalam.
"Hai Sakura-chan" sapa Naruto terhadap gadis itu. Gadis itu lalu melangkah kakinya menuju Naruto.
"Hai juga Naruto-kun, kau tahu dimana Sasuke?" tanya gadis bernama Sakura itu.
"Hmm" Naruto melirik arloji yang ada di pergelangan tanganya.
"Dia baru saja keluar sekitar 15 menit yang lalu Sakura-chan. Tapi aku tidak tahu dia mau kemana, dia tidak pernah memberitahuku jika pergi. Mau menunggu?" lanjut Naruto.
"Hmm, baiklah" Sakura akhirnya mengambil tempat duduk di sofa seberang Naruto.
"Akan kubuatkan minuman, kau mau minum apa Sakura-chan? Di sini ada kopi, capucino, dan coklat" tanya Naruto dengan ramah sembari beranjak ke dapur yang letaknya hanya beberapa meter dari tempat duduknya.
"Terimakasih Naruto-kun. Kau baik sekali, kalau boleh capucino saja" jawab Sakura sambil tersenyum.
"Tidak masalah" kata Naruto sambil tersenyum.
"Silahkan diminum nona manis" kata Naruto sembari memberikan capucino Sakura.
"Hehe terimakasih" jawab Sakura. Ia lalu menyeruput capucinonya.
Naruto hanya menatap Sasuka tanpa bersuara. Sebenarnya ia sangat berterimakasih pada Sasuke yang pergi, jadi ia bisa berdua dengan Sakura. Ia menyukai Sakura sudah sejak lama, bahkan sebelum Sakura bertunangan dengan Sasuke. Sampai saat ini ia masih memiliki perasaan itu, apalagi ia begitu yakin bahwa Sasuke sebenarnya tidak menyukai gadis itu. Tapi sepertinya Sakura sangat mencintai Sasuke. Ia merasa kasian pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk gadis yang sangat ia cintai.
"Naruto-kun, kau kenapa?" Sakura melambaikan tangannya di depan Naruto, menyadarkan lamunannya.
"Eh, tidak apa-apa. Hanya saja, kau begitu cantik Sakura-chan" Naruto tersenyum.
Sakura juga tersenyum, terlihat rona kemerahan menghiasi pipinya. Sakura mengakuinya, Naruto adalah pemuda yang sangat baik, dan menurutnya kalo diperhatikan lebih jauh, wajahnya tidak kalah dengan Sasuke. Ia yakin, jika Naruto juga seorang artis, ia pasti akan mempunyai fans yang banyak.
.
Melihat keduanya saling menatap satu sama lain dengan jarak yang cukup dekat membuat Sasuke merasa muak. Entah apa yang ia rasakan, ia tidak merasa cemburu, sama sekali tidak.
Naruto yang baru saja menyadari keberadaan Sasuke berdiri di sisi pintu langsung beranjak berdiri, begitu pula dengan Sakura.
Sasuke berbalik meninggalkan mereka berdua.
"Sasuke.." Sakura berteriak memanggil Sasuke dan segera mengejar Sasuke. Naruto sendiri bingung harus berbuat apa.
Sasuke menghentikan langkahnya dan berbalik manatap Sakura.
"Sakura, mungkin sebaiknya kita batalkan saja pertunangan kita" kata Sasuke datar.
"Apa? Apa maksudmu Sas? Aku tidak melakukan apapun dengan Naruto" jawab Sakura kaget.
"Aku bahkan tidak menuduhmu melakukan sesuatu dengannya" kata Sasuke dengan nada menyindir ciri khasnya.
"Tapi Sas, aku," Sakura tergagap tak dapat menjawab kata-kata Sasuke.
"Lupakan. Dan satu lagi," Sasuke melepas sebuah cincin perak yang selama empat bulan ini melingkar di jarimanisnya.
"Aku kembalikan ini" kata Sasuke sambil memberikan cincin itu pada Sakura. Lalu meninggalkannya begitu saja.
Sakura menangkupkan kedua bibirnya untuk menahan sesak yang ia rasakan. Ia begitu sakit, ia begitu mencintai Sasuke, namun mengapa Sasuke semudah itu membuang hatinya seperti sampah. Dari belakang ia merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya.
"Sakura" Naruto berkata dengan pelan.
Sakura tak mampu membendung perasaannya lagi saat ini, air matanya tumpah begitu saja pada pelukan Naruto.
.
"Ma'afkan aku Sakura"
.
.
Yeyeye.. chapter 1 akhirnya selesai juga. Saya dapat inspirasi dari lagu Bintang di surganya Ariel. Tx to Ariel. Nah gimana? Gimana? Aneh ya? Pendek? Gaje? Ga sesuai judul ya? #Reader : Iya iya iya iya | #Saya : *nangis di pojok kamar* | Sampai jumpa di chap depan. Do'akan saja saya ga lupa alurnya XD | Review Please... (AK)
