Judul: Biru
Peringatan: NYAHAHAHAHA GAJE! OOC! OC! AU! Shonen-ai
A/N: Ahahahahahahaha ini adalah cerita panjang antara Ciel dan Sebby yang sangat aneh. I've told you :D Kalau para pembaca sangat berfikir bahwa cerita ini aneh, jangan ragu-ragu untuk mengatakannya! Aku akan langsung menghapusnya xD well aku tidak percaya menciptakan cerita dimana Sebby tidak mengenakan tailcoat hitam kesayangannya T_T well enjoy~
HAJIMEMASHOU
.
.
"Bibi Ann! Apa ini tidak terlalu...berlebihan?" Seorang anak bermata biru itu sedang mencoba merenggangkan dasinya. Bibi Ann mengencangkan dasinya lagi dan berdecak kesal, "Ciel, kau sangat...tampan. Oke? Jangan merusak penampilanmu seperti itu." Ciel menghela nafas perlahan dan menggerutu pelan. Bibi Ann tersenyum puas saat melihat keponakannya itu mengenakan baju pesta pilihannya.
"Bibi, aku tidak terbiasa dengan...hal seperti ini. Apa aku harus menemani Bibi pergi ke pesta itu?"
Bibi Ann mengerucutkan bibirnya. "Apa kau tidak mau pergi denganku, Ciel?"
"Ah aku mengerti. Aku sangat senang pergi denganmu, Mrs. Angelinna." Ciel mencibir. Bibi Ann bertepuk tangan dengan riang gembira dan menarik tangan Ciel. Mereka berdua naik ke atas kereta kuda. Ciel membetulkan tailcoat birunya, Bibi Ann menarik pelan gaunnya agar tidak kusut. Kereta kuda mulai berjalan membawa mereka berdua menuju ke pesta.
"Oh ya, Ciel. Ini untukmu. Bibi sudah mencocokkan warnanya, sesuai matamu." Bibi Ann menyerahkan sebuah topeng yang sangat cantik ke arah Ciel. Ciel melihat topeng ditangannya dan memakainya. Rasanya aneh memakai topeng seperti ini.
"Jangan katakan ini adalah pesta topeng, Bibi Ann." Ciel menghela nafasnya pelan. Bibi Ann nyengir ke Ciel dan mengangguk dengan semangat.
"Bukankah ini sangat menyenangkan, Ciel? Vincent pasti senang."
"Ayah senang? Apa hubungannya? Dan lagi, sebenarnya siapa penyelenggara pesta ini?" Ciel membuka topengnya dengan sedikit memaksa. Bibi Ann memeletkan lidahnya dan menjawab, "Tentu saja Vincent senang. Ayahmu dan Ibumu akan senang di surga melihat anaknya mau bersoisalisasi dengan dunia luar. Dan penyelenggara pesta ini adalah Michaelis. Earl Aldred Michaelis."
"Huh? Keluarga Michaelis?" Ciel membelalakan mata.
"Iya, anaknya –Sebastian Michaelis, berulang tahun yang ke-17 hari ini." Bibi Ann merapikan rambut merahnya untuk yang kesekian kalinya.
"Oh..." Ciel menjawab pelan dan memandang ke luar kereta kuda.
.
.
-Flashback, 5 years ago
Seorang anak berumur 10 tahun sedang berlari-lari mengejar Ayah dan Ibunya. Mereka bertiga terlihat sangat bahagia.
"Ciel, kalau kau besar nanti, kau ingin menjadi apa?" Seorang wanita –Rachel Phantomhive, sedang mengelus lembut rambut anaknya. Ciel memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan ibunya.
"Aku ingin meneruskan pekerjaan Ayah." Ciel menjawab mantap. Ayahnya menoleh ke arahnya dan tertawa kecil. Ibunya pun ikut tertawa. Sekali lagi mereka tertawa bersama-sama.
"Emang kamu tau apa pekerjaan Ayah?" Ayahnya bertanya. Ciel menggeleng perlahan dan menjawab, "Sejujurnya, tidak."
"Kalau begitu Ayah akan memberi tahumu... Pekerjaan keluarga Phantomhive adalah... menjadi pengawal Keluarga Michaelis." Ayahnya beranjak berdiri. Rachel melihat ke arah suaminya dan bertanya, "Sudah saatnya kah kau pergi?"
Vincent tidak menjawab, hanya tersenyum sedikit. "Jaga Ciel, Rachel."
"I will..." Rachel mengecup bibir suaminya, sejenak.
Dan itulah terakhir kalinya dia melihat sosok ayahnya. Sejak kepergian itu, ayahnya tidak pernah kembali ke rumah.
.
.
"Ciel? Ciel!" Bibi Ann mengguncang badan keponakannya. Ciel tersentak dan mengerjapkan matanya. Bibi Ann memandangnya dengan sedikit khawatir.
"Huh? Ada apa, Bibi Ann?" Ciel mengedipkan matanya beberapa kali.
"Apa yang kau pikirkan? Kita sudah sampai di kediaman Keluarga Michaelis. Pakai topengmu dan mari masuk." Bibi Ann keluar dengan perlahan, memperhatikan gaunnya agar tidak rusak, gaun merah yang sangat indah.
"Bibi Ann, kenapa kau tidak memakain topengmu?" Ciel bertanya heran. Bibi Ann berteriak pelan, mengambil topeng merahnya dari dalam tas dan mengenakannya. Dia menoleh ke arah Ciel dan menyengir. Ciel hanya geleng-geleng kepala dan menggerutu pelan, "Aku memang lebih cocok berdiam diri di rumah daripada keluar seperti ini."
Dan Ciel melangkah keluar kereta kuda.
And now, let me take you to the Michaelis' Residence...
.
.
Ciel melangkah masuk, memperhatikan seluruh dekorasi ruangan pesta itu dengan sangat teliti. Ciel terpana, bukan terpaku. Ruangan pesta itu adalah ruangan terindah yang pernah dia lihat.
Gypsum indah yang menghiasi langit-langit ruangan itu dipadukan dengan lukisan adam dan eve di langit-langit membuat rumah itu menjadi semakin classic. Ciel benar-benar mengagumi selera keluarga Michaelis dalam mendekor ruangan.
Dindingnya yang di cat putih pucat dengan lampu bagaikan berlian ditengah-tengah membuatnya semakin enak untuk dilihat. Ciel tak bergerak, masih merasakan sensasi yang aneh di pikirannya.
Ciel menyukai tempat itu, itu faktanya.
"Bibi Ann?" Ciel memanggil Bibi Ann. Beberapa detik menunggu, Ciel tak mendengar jawaban apapun dari Bibi Ann. Ciel menoleh untuk melihat apa yang telah dilakukan Bibi nya dan pada saat Ciel menoleh...Bibi Ann tidak ada!
"Bi...Bibi Ann? Oh tidak, dia menghilang?" Ciel menggerutu pelan. Bibi Ann adalah tipe orang yang sangat suka pesta, setelah masuk ke dalamnya, Bibi Ann pasti akan menjelajahi setiap sudut ruangan untuk menilai seberapa bagusnya pesta itu. Dan Ciel sangat yakin bahwa Bibi Ann tidak akan melewati kesempatan langka ini untuk menilai Mansion keluarga Michaelis.
Ciel menghela nafas perlahan. Di ambilnya sebuah minuman berwarna merah yang ditawarkan oleh pelayan dan di dihabiskannya dalam sekali teguk. Ciel merasa...bosan.
Apa yang harus kulakukan? Ciel berbicara dengan dirinya sendiri.
"Selamat Malam, Biru. Apa kau menikmati pesta ini?" Ciel merasa ada seseorang yang mengajaknya berbicara dari belakang. Ciel nmenoleh untuk melihat siapa yang berbicara. Dan disana, berdiri lah seorang laki-laki berbadan tegap yang memakai topeng hitam dengan aksen merah di pinggirannya. Laki-laki itu sangat...berkelas. Ciel butuh beberapa detik untuk kembali mengontrol dirinya.
"Selamat Malam, Tuan." Ciel mengangguk singkat. Orang itu tersenyum dan bertanya, "Apa yang kau lakukan sendirian disini?"
Ciel mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya menjawab, "Saya sedang mencari Bibi saya. Dia memakai gaun merah, dan topeng merah. Apa anda melihatnya di sekitar sini?"
Laki-laki itu langsung bertanya, "Apa yang kau maksud Madam Red?"
Ciel mengangguk cepat dan laki-laki itu tertawa kecil. Beberapa helai poninya jatuh menutupi matanya, —sedikit. Dia menjawab, "Kalau yang kau maksud adalah Madam Red, dia sedang berdansa dengan riang gembira di bawah, Kau bisa mencarinya disana."
"Huh? Oh tidak, seharusnya aku tau ini akan terjadi. Seharusnya tadi aku tidak ikut Bibi Ann kesini." Ciel menjawab —bukan, lebih tepatnya bergumam. Laki-laki di depannya itu menyipitkan matanya untuk beberapa saat sampai akhirnya bertanya, "Kenapa? Apa pesta nya sangat membosankan?"
Ciel menoleh dan tertawa kecil. "Tidak, tidak, hanya saja aku tidak terlalu kenal dengan keluarga Michaelis. Jadi, aku tidak ingin berlama-lama disini."
Laki-laki bertopeng hitam itu tersenyum manis, "Kalau begitu, kenapa kau tidak mencoba untuk mengenal salah satu dari mereka?"
Ciel menoleh dan tersenyum, "Tidak, aku tidak bisa. Michaelis lah yang menyebabkan— ah, maksudku, dengar-dengar mereka keluarga yang nyentrik. Haha, aku bercanda. Aku hanya seorang rakyat biasa, sedangkan dia Earl. Aku tidak bisa seenaknya saja berkenalan dengannya."
Laki-laki itu mengulurkan tangannya dengan tiba-tiba, "Kita belum berkenalan. Mari berkenalan! Siapa namamu?"
Ciel tersenyum dan membalas uluran tangannya, "Salam Kenal, aku Ciel Phantomhive. Anda?"
"Salam Kenal, Ciel. Nama saya Sebastian, Sebastian Michaelis."
-bersambung-
