Disclimer: I Do Not Own The Story. J.K Rowling Does. I Only Own The Plot. Enjoy!
Aku Sudah Gila
Chapter 1: Quidditch and Hospital Wings
Pagi hari sebelum pertandingan Quidditch Gryffindor melawan musuh bebuyutanya Slytherin, para murid —seperti biasa— sarapan sembari asyik bersorak untuk tim yang mereka dukung, tak heran, karena pertandingan seperti inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh murid-murid seluruh angkatan. Karena kau tahu? Sejujurnya pertandingan yang paling menegangkan adalah Gryffindor melawan Slytherin ketimbang komposisi lainya. Hampir ½ isi sekolah termasuk asrama lain (tentunya bukan Slytherin) mendukung Gryffindor. Tapi meskipun terlihat banyak, Karena tahun ini merupakan tahun terakhir bagi angkatan Harry untuk bersekolah yakni tahun ke 7, Slytherin mengangkat Draco Malfoy sebagai kapten tim asramanya. Yak, our Slytherin Prince akhirnya menjabat sebagai kapten tim Quidditch dan mereka berhasil mendapat lebih banyak supporter di tahun ini dari asrama lain! (kecuali Gryffindor tentunya).
Jam sekolah berdentang menunjukan pukul 8. Masih ada 1 jam lagi sebelum pertandingan dimulai. Ron dan Harry terlihat sedang berargumen tentang strategi Quidditchnya nanti. Harry sebagai kapten tentu tak ingin kalah. Melihat tahun ini Malfoy juga menjabat sebagai kapten tentu tidak dengan mudah menjatuhkan mereka seperti tahun-tahun sebelumnya. Diam-diam Harry mengagumi cara bermain Malfoy yang sangat gesit apalagi dengan sapu barunya Firewind edisi ke 3 yang paling baru dan paling mahal yang bisa didapat untuk tahun ini. Sementara Ron, tetap bersikeras mereka akan menang seperti biasa. Hermione terlihat terlampau sangat tenang bersama bacaan 'ringan'nya yang sekarang sudah ia baca sampai halama 575 bahkan saat Seamus dan Dean menyoraki timnya dengan Terompet super keras buatan si kembar Weasley keluaran terbaru yang hampir mengguncang seluruh isi great hall, Hermione tidak merasa terganggu malah semakin asyik membaca.
Di balik bukunya itu, Hermione tidak sadar bahwa dari meja ujung seberang, ada yang memperhatikannya sambil memakan plum merah. Sepasang mata abu-abu perak yang sedang menatapnya secara tak sadar. Tak disangka. Pureblood paling dipuja di dunia sihir karena kegantengan dan uangnya tentunya, menatap seorang Muggle Born tak lain Mudblood yang selama ini dihinanya. Slytherin tidak terlalu memperhatikan strategi mereka karena mereka tahu, mereka sudah berlatih lebih keras dari Gryffindor. Dan Draco Malfoy tidak segan-segan untuk memberi waktu rileks bagi timnya agar tenang melawan laskar Santo Potter setelah ini. "Draco! Hey! Wake up man! Kau sedang melamunkan apa?" tanya Blaise tiba-tiba yang sembunyi-sembunyi dari tadi memperhatikan tingkah Draco yang hanya melamun. "Umm… what?" jawab Draco dengan terkejut dan tetap menjaga ekspresinya datar seperti layaknya Malfoy pada umumnya. "Ah… tentu aku sudah tahu mate. Kau sedang memperhatikan Granger." Jawab Blaise. "Apa yang kau bicarakan Blaise?" kata Draco tetap menguasai situasi. "Tak usah berbohong padaku. Kita sudah berteman sangat lama dan aku tahu kau berbohong" jawab Blaise tak mau kalah. "Oh Zabini diamlah!" jawab Draco tak acuh. I knew it Draco. I knew it since the first time you saw her batin Blaise.
Lapangan Quidditch sangat riuh sekali tanda pertandingan akan dimulai ditambah lagi-lagi terompet Seamus dan Dean yang membuat lapangan itu berguncang. Professor McGonagall tak tahan dengan kebisingan itu dan akhirnya kembali ke kastil. Menurutnya akan sangat bijak untuk menyita terompet Dean dan Seamus setelah ini. Saat Professor McGonagall kembali ke kastil, dalam perjalananya, ia sangat terkejut melihat Hermione jatuh tergeletak tak sadarkan diri di dekat pintu gerbang. Ia terlihat seperti juga akan mengutuk Filch dan kucingnya karena membiarkan seorang murid pingsan di tempat terbuka seperti ini. Sendirian! Professor McGonagall yang sudah tua pun tak sanggup membopong Hermione yang sangat mungil seorang diri bersama bukunya yang tebal. Maka ia memindahkan tubuh lemas itu menggunakan Mantra untuk dibawa ke Hospital Wings. Sesampainya di Hospital Wings, Madam Pomfrey yang sudah siaga 1 untuk berjaga-jaga bahwa pertandingan kali ini mungkin akan memakan korban berlari ketika melihat Professor McGonagall membawa seorang murid. Tapi langkahnya terhenti ketika Ia melihat murid itu Hermione. "Professor, kenapa Hermione seperti ini? Dia tidak ikut Quidditch kan?" tanya Madam Pomfrey dengan lancar. "Oh tidak. Aku menemukanya tergeletak tak sadarkan diri. Mungkin dia kelelahan karena membaca buku semacam ini" kata Professor McGonagall sambil melirik buku yang ikut terbang bersama Hermione. "Oh Tuhan, malangnya anak ini. Tak sadarkan diri hanya karena ingin belajar" kata Madam Pomfrey dengan sedih. Professor McGonagall hanya menghela nafas. "Aku juga tak habis pikir" sambung Professor McGonagall. "Baiklah, akan aku tinggal dia disini dulu. Aku akan kembali ke kantor dan Oh aku bisa mati di lapangan suasananya begitu riuh! Semoga tim asramaku menang" tambanya sambil memelankan suara pada kalimat terakhir seperti berbicara pada dirinya sendiri. Madam Pomfrey mengangguk dan mulai merawat Hermione.
2 Jam telah berlalu. Tak disangka, kali ini Slytherin memenangkan pertandingan selama bertahun-tahun. Draco Malfoy tidak percaya apa yang ia lihat. Slytherin menang melawan Gryffindor sejak bertahun-tahun yang lalu! Tak dapat dibayangkan Draco Malfoy membawa Slytherin menuju kejayaan kembali. Tribun Slytherin dan pendukungnya pun riuh dan lebih menggelegar dari terompet Dean dan Seamus. Sementara pendukung dan Asrama kubu lawan hanya diam dan sesekali bicara "tak apalah, sekali-kali biarkan mereka yang menang toh selama ini kita juga selalu menang" atau "Roda kehidupan memang benar-benar berputar" atau yang pesimis "Demi Merlin dan rambut pirang Malfoy! Ini sungguh tidak dapat dipercaya! Kita Kalah telak 200-120!"
Malamnya, Harry yang merupakan kapten bersikap frustasi dan bertekad akan melatih timnya lebih keras bahkan melampaui tim Bulgaria maupun Irlandia. Ia sampai melupakan bahwa Hermione yang tadi ijin sebentar untuk ke Perpustakaan menukar buku lain belum terlihat batang hidungnya sampai sekarang. Ron hanya menegak firewhiskey yang langsung disita oleh Parvati Patil sebagai ketua Murid perempuan. Harry pun membetulkan kacamatanya dan berdiri ditengah-tengah ruang rekreasi Gryffindor dan mulai berdeham menandakan dia akan menyampaikan sesuatu. "Guys, aku tahu kita kalah dan aku tahu ini adalah salahku karena tidak terlalu bisa melatih kalian—" "Tak apa Harry! Kau sudah berusaha keras! Salah kami ketika latihan tidak serius dan main-main" sanggah Cormac McLaggen. Kemudian Harry menghela nafas. "Terlepas dari siapapun yang salah. Aku ingin kita kembali ke masa kejayaan kita dan berhenti bermain-main lagi! Masih ada pertandingan melawan Hufflepuff 3 minggu lagi dan Ravenclaw 4 minggu lagi! Jadi mantapkanlah diri kalian dan jangan mau jadi pengecut lagi!" ucap Harry dengan lancar dan berapi-api disambut tepuk tangan riuh dari seluruh murid Gryffindor yang ada. Dan sampai saat itu masih belum ada yang menyadari bahwa Hermione tidak kelihatan karena sibuk memikirkan pertandingan sialan itu.
Bertolak belakang dengan Gryffindor, Slytherin berpesta dibawah tanah. Memang bawah tanah sebelah danau hitam, merupakan sarang bagi ular-ular yang baru saja memenangkan pertandingan Quidditch setelah sekian lama. Professor Snape yang merupakan guru di Hogwarts memaklumkan murid-muridnya dan membantu mereka menyelundupkan lebih banyak butterbeer dari Hogsmeade lebih dari yang diperbolehkan dan tidak lupa, Firewhiskey dan membiarkan mereka teler begitu saja. Para murid pria dengan santai menegak minuman mereka sambil menonton ular-ular betina yang sedang menari-nari diatas meja hanya dengan menggunakan gaun tidur mereka yang mayoritas menerawang. Mau tak mau, Draco sebagai kapten juga berkumpul disana walaupun badanya sangat letih tapi tidak lebih letih dari ketika ia disiksa ayahnya dan dilatih untuk menjadi Death Eater. Karena sudah mulai malam dan bosan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di koridor sekolah dan ia mengkode Theodore Nott untuk membiarkanya jalan-jalan malam dan Theo hanya mengacungkan jempolnya. Theo sebagai ketua murid laki-laki malam ini menghabiskan malamnya di asrama Slytherin untuk merayakan kesuksesan timnya.
Draco melewati ruang jam sekolah dan melihat jamnya sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Maka tak lain Filch dan kucingnya tidur sampai jam 3 lalu bangun lagi untuk berpatroli. Maka dengan leluasa ia berjalan-jalan di koridor sekolah. Sesampainya di depan pintu Hospital Wings, Draco mendengar suara wanita tak jauh dari ia berdiri lalu mengikuti sumber suara itu. Suara tersebut terdengar seperti seseorang yang sedang bercinta. Dan anehnya, ia merasa sangat akrab dengan suara tersebut. Hermione Granger pikirnya. Aha! Kena kau Granger! Batin Draco dan berjalan mengendap menuju pintu tersebut. Sesampainya di pintu, Silencio! Lalu ia membuka kunci Hospital Wings tanpa suara. Ia berani masuk karena untuk beberapa minggu, kamar Madam Pomfrey dipindahkan ke dekat asrama Hufflepuff karena yang di sini sedang direnovasi. Dan ia mengintip dibalik tirai bilik Hermione. Dan yang dia lihat sungguh diluar fantasinya selama ini! Hermione perlahan mengubah seragam yang ia kenakan menjadi gaun tidur yang bahkan lebih tipis daripada gaun tidur Slytherin. Draco sudah tidak bisa menyembunyikan keterkejutanya dan hanya bisa melongo. Hermione tanpa sadar mulai melanjutkan aktifitasnya sampai baju sihiranya tadi lepas seutuhnya. Draco tahu ia mengalami ereksi yang menyakitkan karena ia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Maka perlahan Draco pun mengikuti irama permainan solo Hermione. Ketika Hermione mencapai puncaknya Draco pun juga. Tanpa sadar, Draco dan Hermione sama-sama mengeluarkan suara lenguhan yang erotis. Setelah selesai, Draco pun tersadar bahwa ia melenguh dengan cukup keras untuk didengar Hermione. Dia mengumpat perlahan dan segera keluar tanpa suara. Hermione cukup kaget mendengar ada suara lain selain lenguhanya sendiri. Ia mengumpat bahwa ia sangat bodoh melakukan hal seperti itu di tempat yang lumayan terbuka. Matilah sudah dia.
Keesokan paginya, Hermione pagi-pagi sekali kembali ke Menara Gryffindor dan berganti baju siap untuk pelajaran pagi ini. Teman-temanya terlihat lesu sekaan baru digigit zombie. Hermione bertanya pelan pada Ron apa yang terjadi dan Ron menjawabnya dengan meledak-ledak. "Apa yang kau maksud Hermione? Hah? Kita kalah melawan Slytherin apa kau lupa?" suara Ron terdengar begitu menyedihkan dan Hermione mencelos. "Oh maafkan aku Ron kemarin aku tidak datang untuk menonton Quidditch. Aku di Hospital Wings. Madam Pomfrey mengatakan aku pingsan saat mau menuju lapangan. Apa kalian tidak ada yang sadar?" Hermione menatap Ron dan Harry bergantian saat sarapan. Dan meraka hanya menggeleng lemah. "Oh sudah kuduga. Kalian lebih mementingkan Quidditch sialan tersebut daripada aku!" sambar Hermione langsung meminum jus labunya dan pergi ke kelas pagi itu. Uh! Kelas yang sangat menyedihkan pikirnya. Ramuan. Harus bertemu dengan Slytherin yang membuat Harry dan Ron mengacuhkan bahkan melupakanya. Meskipun sejak jatuhnya Voldemort, Gryffindor dan Slytherin sudah tidak saling mengganggu dan lebih ke arah bersahabat, Hermione kembali kesal pada Slytherin. Sebenarnya bukan salah Slytherin melainkan salah Harry dan Ron yang melupakan Hermione dan Hermione yang terlalu banyak belajar sehingga melupakan asupan energi.
Ketika pelajaran akan dimulai. Ia mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ramuan pagi itu. Snape berkata seperti berbisik seperti setiap saat dan ia mempersilahkan muridnya untuk membuat ramuan. Meski Hermione semeja dengan Ron dan Harry, tapi ketiganya tidak saling bicara. Tidak sampai— "Hey, Mione, aku rasa ada yang memperhatikanmu dari arah sana" Ron berbisik diikuti anggukan dari Harry. Hermione yang sedang fokus membuat ramuanya berkata "tidak bisakah kalian diam? Aku sedang menakar. Bisa bahaya jika ramuan ini salah" sambil terus fokus pada timbangan kuninganya. "Ah sudahlah biarkan saja dia" kata Harry tak peduli sambil melihat kearah Malfoy yang melamun ke arah Hermione.
-TBC-
Please Review! Ini Fanfic pertamaku, sebelumnya aku cuman jadi sider hahah! Thanks SO MUCH xo!
