Katsuki

Boku no Hero Academia © Kohei Horikoshi

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini. Ini diperuntukan sebagai pelampiasan hobi semata


.

.

.


Epilogue


.

.

.

Pertarungan sengit di suatu distrik yang terkepung api rasanya sudah mendapat pemenang. Ochako terlempar sampai punggung menghantam dinding. Sekujur tubuhnya penuh luka, kotor, juga darah. Meringis kesakitan, ia berusaha tetap bangkit, mengatur napas yang memburu, menatap tajam.

Bayangan musuh di depannya yang tertutup asap bergerak maju, melangkah ke arah Ochako. Terdengar suara tepuk tangan, pandangan Ochako tak lepas darinya. Musuh itu memperkenalkan diri sebagai Midoriya Izuku. Ya, si bajingan keparat yang padahal teman baiknya yang sangat baik dan polos.

Ochako tidak mau tahu mengapa seorang Izuku bisa bergabung dalam kelompok Shigaraki Tomura. Ochako tidak mau tahu mengapa seorang Izuku, calon hero yang sangat ia kagumi, membelot menjadi seorang villain. Izuku belum bercerita dan Ochako tidak mau dengar. Bertarung dengan lelaki itu menjadi penuh dilema. Akibatnya, Ochako yang terpojok saat ini.

Izuku tidak ada ampun, seolah persahabatan—tidak, bahkan perkenalan dengan Ochako di masa sekolah tidak pernah terjadi.

Ochako sudah berusaha menyadarkan Izuku, tetapi percuma. Percuma.

Dan dari sekian banyak hero yang berjuang di distrik ini, kenapa harus Izuku yang muncul di depan Ochako? Kenapa?

Kenapa Izuku memilih mengejar Ochako?

Walaupun seandainya Izuku tidak mengejarnya, Ochako pasti yang akan mengejar Izuku.

"Hebat, Uravity-san." Senyum sinis dan tatapan kagum Izuku—mengingatkan Ochako pada Himiko Toga—mengembang bersama tepuk tangan yang makin membahana. "Kau masih bisa berdiri, ya?"

Darah menetes titik demi titik dari lengan kiri Ochako, dan lengan itu gemetar. Ia menggenggamnya erat dengan tangan satunya. Kondisinya sudah begitu parah. Kenapa ia masih bisa berdiri? Waktu melawan Katsuki di Festival Olahraga saja ia ambruk, padahal luka saat itu tidak ada apa-apanya …

Katsuki-kun …

Ochako menggertakkan gigi.

Kini Izuku sudah persis di hadapannya, dalam jarak yang dekat. Ochako hanya dapat menengadah, berusaha menatap Izuku dengan tatapan tegas.

Padahal …

… air matanya sudah mengalir.

Sanggupkah ia melawan Izuku? Sanggupkah ia melukai Izuku lebih dari sekadar lebam dan gores bahkan sampai membunuhnya? Haruskah ia menerima kenyataan dan mendesak Izuku untuk bercerita alasannya menjadi villain?

Ochako masih belum mau percaya ini adalah Izuku.

"Kau sudah kalah, Uravity-san." Izuku mengangkat tangannya, masih dengan senyum lebar keparat itu. Ochako sama sekali tak suka. "Karena kita sudah terlanjur bertarung, kuhabisi saja dirimu."

Izuku sama sekali tak mengomentari air mata Ochako yang terus mengalir, seolah gadis itu hanya cecunguk kecil di matanya. Apalagi tatapan iba, tatapan bersalah, tatapan minta maaf, semua itu tak tergurat. Izuku sudah lupa, Izuku sudah lupa sosok Ochako yang mengisi hidupnya.

Ochako tidak sanggup melawan lagi.

Tubuhnya sudah tak sanggup bergerak. Hatinya juga … hatinya juga tak tergerak untuk menerima kenyataan.

"MENJAUH DARI DIA, KEPARAT!"

BOOM! Ledakan besar mengarah tanpa ampun ke Izuku. Pandangan Ochako terhalang oleh asap membumbung—pelaku ledakan tadi pasti sangat emosi. Ketika asap perlahan menghilang, Ochako dapat melihat sosok lain membelakanginya. Sosok pemuda dengan punggung yang kokoh.

Sosok yang berdiri melindunginya.

"Kat … Kamu …" Suara Ochako tercekat untuk memanggil namanya.

Katsuki bergeming, tidak menatap Ochako. Kedua tangannya mengepal erat, gemetar, menunjukkan geram.

Tangan itu ingin bergerak menyentuh sang gadis untuk menenangkan, tetapi ia sendiri sudah penuh amarah. Dan yang lebih penting, ada musuh di depannya.

Lengan baju Izuku koyak. Ada luka gosong di sekitar lengannya. Katsuki berdecak kesal karena belum berhasil membunuhnya.

"Akhirnya kau datang juga …" Izuku menyapa dengan nada bahagia seolah menyambut teman lama. Apa luka itu tidak memberi efek sakit? Gertakan gigi Katsuki terdengar. "Umpan Uravity-san memang berhasil, ya."

"Jangan jadikan orang lain untuk membuatku datang," timpal Katsuki dengan suara rendah. "Pengecut kau seperti biasa, bajingan."

"Katsuki-kun …" Suara Ochako yang lemah menyela. "Lukamu parah …"

"Perempuan sinting itu sudah mati," jelas Katsuki merujuk pada Himiko Toga. Sebelum melawan Toga, Katsuki banyak menghabisi antek-antek villlain lain yang juga kuat hingga banyak terluka. Toga membuat lukanya tambah banyak, juga parah, walau akhirnya Katsuki menang dengan menghabisi hidupnya. "Dan dia mati di tanganku. Sementara kau? Menghabisi pecundang ini saja tidak bisa."

Ucapan Katsuki menusuk ulu hati Ochako. Ada benarnya. Bagaimanapun, Izuku sekarang adalah villain yang membahayakan banyak orang. Tidak peduli dengan sosok dirinya yang dulu, sekarang ia adalah sosok yang harus dihabisi.

Namun, Ochako tidak sanggup melakukannya.

Apa Katsuki tidak mengerti?

Dan Katsuki bisa-bisanya bicara seyakin itu, bisa-bisanya berdiri menamengi seperti itu, dengan luka menganga lebar penuh darah mengalir di punggungnya.

"Lari."

Ochako tersentak mendengar perintah Katsuki. "Tidak. Tidak mau—"

"Lari, sialan!" Katsuki mengarahkan tangannya ke Izuku, melancarkan ledakan beruntun. "Lari sebelum kau mati sia-sia!"

"Lari meninggalkanmu?" cetus Ochako keras kepala. "Tidak mau! Kamu juga terluka parah! Memangnya kamu bisa bertahan sendirian—"

"Aku sudah datang ke sini jadi kau lari saja, Muka Bulat!" tukas Katsuki dengan nada tinggi. Dirinya tidak beranjak dari tempatnya, tetapi ledakannya dari tangannya terus menghantam Izuku yang menghindar di udara dengan gesit. "Kau cuma pancingan!"

"Tidak! Aku masih bisa bertarung—"

"Aku tidak datang karena dia, sialan!"

Ochako terkejut mendengar kata-kata Katsuki. Ada makna tersirat yang Ochako langsung pahami, akan tetapi ia masih belum terima.

"Aku masih bisa! Ayo kita bertarung bersama!"

Mungkin aku bisa menghadapi Deku-kun dengan lebih tegar …

"Lihat luka-lukamu! Matamu buta, ya?"

Mentalmu lemah … Memang aku yang harus ambil alih.

Izuku yang sekali lagi lolos dari ledakan melesat ke arah Ochako. Kecepatannya tidak main-main berkat quirk spesialnya: One For All. Ochako tak siap mengelak. Katsuki bergerak otomatis tanpa sadar, menarik Ochako berlindung kembali di balik punggungnya, menjauhkan Izuku dari mereka dengan ledakannya.

Ochako sama sekali tak bisa menyerang sejak Katsuki datang. Selain karena Katsuki bersikeras menangani sendiri, pada dasarnya Ochako memang tak sanggup melawan Izuku. Ochako dengan keras kepalanya tidak mau lari, tetapi dirinya tahu, ia hanya akan jadi beban Katsuki yang jelas-jelas melindunginya.

Lemah.

Secara tidak langsung, Katsuki mengatakan itu pada Ochako.

"Hei, mau sampai kapan berdiri di situ?" Izuku memancing dari atas, dari posisi melayangnya. "Sama sekali tidak menarik. Seharusnya kau lebih maju lagi."

"Deku keparat …" Seringai Izuku yang baru pertama kali dilihat membuat Katsuki muak, jauh lebih muak daripada menghadapi sosok Izuku yang ia kenal. Meski Izuku temannya dari kecil, menjadi rival terbesarnya, Katsuki tidak akan memberi ampun pada Izuku. Terlihat jelas dari sorot matanya.

Tangannya yang tak berhenti gemetar kembali mengepal erat. "Kau memang harus dihabisi, Deku …"

"Tunggu!" Ochako menyela tanpa sadar, tetapi Katsuki tidak mengindahkan. Ia menyusul Izuku untuk memukulnya.

Boom!

Akan tetapi rupanya lebih parah dari pukulan. Tanpa main-main Katsuki melepaskan ledakan ke wajah Izuku. Izuku yang tidak menyangka akan serangan Katsuki yang cepat, jatuh. Katsuki menjatuhkan diri untuk menyusul, bersumpah menghabisi Izuku dari dalam hatinya.

Meski tahu Ochako tidak menginginkannya.

"All Might! Dia sekarang ke sini!"

"Sial!

"Uargh!"

"Arrrgghhh!"

Sayup-sayup terdengar jeritan dari arah jam tiga. Semakin lama semakin terdengar jelas. Ochako menyadarinya. Ada bantuan datang! All Might sang superhero nomor satu!

Apakah All Might tahu kalau di sini ada Izuku?

Jika ia sudah tiba, apakah ia akan membantu Katsuki, atau justru menghentikan Katsuki?

"Khu—"

Ochako tak sempat memikirkan itu karena ia tahu masih ada satu musuh lagi di sini, musuh yang hanya menonton, memberi tanggapan ini-itu pada Izuku saat bertarung dengan dirinya. Terlihat menyebalkan, akan tetapi sebagai tangan kanan Tomura, ia jelas lawan yang sulit.

"Sudah saatnya sebelum All Might datang." Tidak berubah. All Might bagi Tomura dan antek-anteknya, termasuk Kurogiri, masih menjadi sosok yang ditakuti. "Sampai di sini saja, Midoriya."

Hembusan angin yang segera bergemuruh dirasakan Ochako. Tekanan angin yang sangat kuat, mengarah pada Katsuki yang menjadi sasaran. Ochako baru mengerti mengapa ia disebut "pancingan". Kurogiri ingin menculik Katsuki!

Ochako menerjang Kurogiri untuk mematahkan Wrap-nya, akan tetapi tentu saja ia terseret masuk ke lubang hitam itu. Katsuki melihatnya. Ia melemparkan Izuku yang babak belur begitu saja, berlari, menyambar Ochako dari sana sampai gadis itu tak bisa mengelak. Namun, tujuan Kurogiri terkabul. Katsuki lah yang terseret, dan ia tak dapat diselamatkan.

Ochako yang terpaku tak bisa menyelamatkannya.

Fuutss!

Lubang hitam itu menghilang bersama Kurogiri. Suasana menjadi hening. Izuku terkapar tak sadarkan diri. Ochako berdiri mematung, kemudian jatuh terduduk. Ia tidak menyangka apa yang sudah terjadi, juga ia memaki dirinya sendiri karena bertindak ceroboh, ketika tiba-tiba ada yang memilih melindunginya.

Karena dirinya, Katsuki menghilang dan tak kembali.

.


End ...


.

.

.

Happy (late) Birthday, Katsuki