Pasangan (Jadi) Jadian
Judul : Pasangan (Jadi) Jadian Part 1
Genre : Romance, Comedy
Rate : M
Casts : KaiHun, TaoHun, KaiStal
ETC. CAST LAIN MENYUSULSESUAI KEBUTUHAN CERITA
Warning : GS FOR SOME CHARACTER , typo(s), crack!pair, jangan lihat hanya dari pairnya saja.
STORY DON'T BELONG TO ME
REMAKE DARI NOVEL LUSI WULAN DENGAN JUDUL YANG SAMA
Annyeong
Author kembali dengan FF baru.
FF ini remake dari salah satu novel favorit author, tapi dengan beberapa perubahan.
Bahasanya santai, pake bahasa gaul.
Rate M bukan karena banyak adegan nganunya sih, lebih karena kondisinya yang dewasa banget.
Ok deh enjoy
Part 1
Malam, memutar otak.
Sehun memekik. Bibirnya membuka, matanya berbinar.
"Ya, ya, ya... Sewakan kamar! Ide bagus," gumam Sehun.
Matanya tetap mengikuti jalannya film South Kesington yang DVD-nya ia sewa tadi dalam perjalanan pulang ke rumah, tapi konsentrasinya terpecah sudah.
Apa pasal cewek manis ini sampai memekik "Sewakan kamar"?
Dimulai dari keinginan Sehun yang telah terpendam sekian lama. Lama-lama status keinginan tersebut memuncak menjadi impian besar. Dan menurutnya sekarang inilah saatnya impian itu harus mulai diungkapkan kepada pihak-pihak yang diperkirakan mampu dan akan menjadi sponsor untuk mewujudkan impiannya tersebut dalam jangka waktu relatif cepat.
Mau tahu apa impian Sehun itu?
Benua Eropa.
Memang sih orangtua Sehun termasuk dalam golongan orang kaya yang mampu pergi ke belahan bumi mana saja kapan saja. Jadi ke Eropa bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Sekarang masalahnya yang diimpikan Sehun lebih dari sekedar berangkat, check-in hotel, keliling kota, jalan-jalan ke tempat wisata, beli cendera mata kemudian pulang.
Yang diinginkan gadis itu adalah keliling di negara-negara besar Eropa dalam rentang waktu yang tidak terbatas. Kalau di-rating mulai dari 1 sampai 5, dengan 1 adalah berminat dan 5 adalah bosan, maka rating yang diinginkan Sehun adalah 5. Oke, 4 tak apa-apalah (4 adalah tidak ada lagi tempat menarik bagiku). Dia mengincar kota-kota besarnya, menikmati hotel, kafe, restoran, tempat clubbing, dan perawatan kecantikan. Semua dengan fasilitas kelas satu. Terlebih, Sehun kepingin banget belanja di butik-butik desainer kelas dunia, langsung di kota asal mereka. Ia mengincar Milan, London, Paris sesuai dengan yang dibacanya di majalah-majalah atau yang ia tonton di jaringan TV kabel.
"Haaa?" Mamanya Sehun, Park Chanyeol, melongo mendengar penuturan anak perempuannya . " Kamu gila atau apa, Nak?"
"Ih..., Mama, biasa aja deh!"
"Mana bisa dianggap biasa?! Kalau satu-dua minggu dan cuma jalan-jalan sih nggak apa-apa, mama dan papamu bayarin semua, tapi ini...?! Buang-buang duit namanya! Mendingan dialokasikan untuk sesuatu yang lebih penting atau untuk kegiatan sosial," oceh Chanyeol.
"Ma, nanti aku tambahin pake tabunganku. Nggak sekarang kok, masih beberapa tahun lagi."
"Kenapa nggak Mama dan Baba saja yang nambahin?" celetuk sang Baba, Kris Wu, angkat bicara. Sebenarnya jawabannya sudah bisa ditebak. Baba hanya ingin menyindirnya. Mama mengangguk-angguk tanda mendukung.
"Potong warisan deh..." Kontan mama dan babanya tergelak,
"Yakin amat ada warisan buatmu," seloroh Chanyeol.
"Yakin dong, kalian memang kadang suka bikin sebal, tapi kalian masih tetap orangtua yang baik dan peduli terhadap anak-anaknya," sahut Sehun, ada unsur merayu didalamnya.
"Berarti setengah pembayaran rumahmu dan membayar penuh mobilmu tanpa memotong warisan," timpal Chanyeol penuh kemenangan.
Baba merangkul bahu anaknya dan bertukas," Karena kami sebagai orangtua terlalu baik, kami akan membayari tiket pesawat pulang-perginya."
"Ditambahi biaya hotel dan jajan seminggu juga nggak apa-apa, Ba?" usul Chanyeol seraya tersenyum bak malaikat penuh ampunan. Babanya ikut-ikutan. Sehun tambah manyun. Yaah... Memang nggak bisa berharap banyak dari orangtuanya.
Baba lantas menyeletuk,"GIRL, kenapa nggak coba minta kakekmu?"
Sehun memutar bola matanya, bibirnya menguncup meniup udara dari rongga paru-paru. Well. Semua orang didunia tahu kakek yang tinggal bersama orangtua Sehun adalah sumber harta dan kasih sayang bagi Sehun. Hubungan mereka sangat dekat, sang kakek memanjakan cucunya, sang cucu memuja kakeknya. Dan sejauh ini, imbas materi yang diperoleh Sehun adalah rumah besar di pusat kota Seoul beserta isinya yang dibayar berdua dengan orangtua Sehun dan dua kartu kredit dengan limit yang tinggi. Tentu saja ada persyaratan yang harus dipenuhi Sehun. Tak ada yang seratus persen gratis di dunia ini!
Lantaran si kakek sudah memberi banyak, Sehun merasa tidaklah etis dan tidaklah tahu diri kalau minta yang lebih besar lagi. Terlebih, kakeknya pasti nggak akan mengizinkan dia bepergian sendirian sejauh itu dengan waktu selama itu. Percaya deh!
Jadi, beberapa hari ini dia memutar otak bagaimana memperoleh uang ekstra dengan cepat, selain dari gaji tentunya. Lalu putaran otak berhenti pada film South Kensington tadi. Rupert Everett yang mewarisi rumah besar beserta perabotan antik bernilai tinggi mengalami kesulitan finansial sehingga menyewakan kamar-kamar di rumahnya kepada orang lain dan menjual satu per satu koleksi perabotan antiknya.
Berhubung Sehun nggak punya perabotan bernilai tinggi, tercetus ide di kepalanya menyewakan satu kamar kosong di rumahnya. Sehun mengusap-usap dagunya seraya berpikir, hemm... Lebih aman kalau diiklankan ke orang-orang yang dikenal terlebih dahulu. Ia lantas bangkit mengambil kertas, bolpoin, kalkulator, dan mulai mengalkulasi.
Hari itu Sehun sudah janji bertemu Kai di kantor, tau-tau si Kai udah bawa gembolan barang aja pas ketemuan.
"Jadi barang-barangmu sekarang di mana?"
"Di motor."
"Haaah...?! Dan motormu sekarang di parkiran luar?"
Kai menjawab dengan anggukan.
Sehun memutar bola matanya. Gemas. "Nggak mikir apa, ada yang mengambil buntelanmu itu? Kok nggak dititipin di loker barang sih!
Sambil mengomel, Sehun meraih ponsel dan menghubungi pos security agar ada yang mengawasi barang-barang di atas motor berplat HA – XXXX (tidak dicantumkan untuk umum, demi keamanan!).
"Berat. Mianhae" sahut Kai enteng.
"Kenapa mendadak banget sih? Kamu nggak kasih kesempatan buatku berpikir, tahu!" Kai mengira hidangan tteokbokki dan sop buah di depan Sehun mampu meredam omelannya, ternyata bak mercon yang disulut api mulai dari ekor sampai kepala terus terbakar nggak berhenti-henti, bret bret bret... dhuarr! Dhuarr! Refensi dari Kai, kalau mau beli mercon, beli merek Sehun, dijamin mengglegar, mantap...
"Atau kamu sengaja ya bikin aku nggak sempat berpikir selain mengiyakan permintaanmu karena kamu tahu aku nggak mungkin tega menelantarkan seorang teman tidur di jalan?" Dengar... mengglegar, kan?
"Jongin!" Sehun yang kesel manggil Kai pake nama aslinya
"Oh, anu, nggaklah. Aku udah memutar otak sebisa mungkin nggak ngrepotin kamu. Tapi apa daya duit nggak bisa balik karena kepake buat renovasi, udah bayar full enam bulan."
Ceritanya, rumah milik teman Kai tempat ia menyewa kamar mulai hari ini direnovasi dan ia harus mengungsi untuk sementara.
"Kebetulan sekali kamu nyewain kamarmu, karena kalau teman sendiri kan bayarnya ngga seketat nyewa di orang asing, bisa nunggak gitu..."
Sehun langsung nyolot." Mau enaknya aja!"
"...Dan bisa diskon...," imbuh Kai nggak tahu diri nggak sadar asal-muasal, hehe.
Sehun tambah sewot. Raut mukanya jelas-jelas menyiratkan penolakan.
"Hun, kalau aku ada budget lebih, suer aku ngekos beberapa bulan. Pulang pergi dari rumah di Mokpo ke Seoul biayanya sama dengan ngekos, berat..."
"Kenapa nggak ikut temanmu pemilik rumah itu?"
"Dia numpang di rumah saudaranya. Nggak mungkin, kan?" "
"Dia harus bertanggung jawab atas nasibmu dong."
Kai menepikan rambut yang jatuh di dahinya. "Penginnya dia juga begitu, tapi kemampuannya terbatas, Hun. Aku udah bersyukur banget selama ini dia nggak pernah ambil keuntungan dariku."
Sehun menghela napas berat." Aku pinjemin kamu duit buat kos."
"Aku nggak punya simpanan sama sekali, Hun. Maklum baru diterima kerja dan cicilan motor."
"Ih.. orang tua kamu kan kaya, minta aja sama mereka." Celetuk Sehun.
"Yah Hun… kamu kan tau sendiri, orang tuaku pelitnya kaya gimana. Lagian mereka bilang begitu lulus kuliah aku harus mandiri."
Kai mendadak keinget sama orang tuanya, Suho dan Kyungsoo yang kaya tapi pelitnya minta ampun. Motto hidup Suho dan Kyungsoo adalah, "selagi bisa gratis kenapa kudu bayar"
Kai belum sebulan mengajar di international junior high school untuk mata pelajaran matematika. Math teacher, begitu murid-muridnya memanggil.
"Duh, kamu mengenaskan banget sih," celetuk Sehun sinis.
Kai tersenyum kecut." Memang, kemana aja kamu selama ini?"
Tak urung Sehun nyengir. Kai memandang Sehun sungguh-sungguh." Hun, kita udah berteman baik. Aku pasti bayar nanti..., aku nggak akan lari ke mana-mana kok."
Sehun menatap tajam temannya itu. Mimiknya mulai berubah. Ahli penyirat wajah menerjemahkan Sehun mulai luluh dan mempertimbangkan keadaan darurat Kai.
"Kalau kamu khawatir soal Tao, biar aku deh yang ngomong sama dia. Kita kan udah kenal lama, gak mungkinlah ada apa-apa" tambah Kai menyakinkan hati Sehun.
"Boleh nunggak, nggak ada potongan harga."
"Ayolah, Hun, kita kan berteman baik..."
"Kamu udah bilang tadi," seloroh Sehun ketus.
"Sadar nggak Hun, Tuhan telah memberimu kesempatan untuk berbuat baik guna menambah amalmu di dunia yang fana ini...?"
Mendengar itu, dengusan Sehun bertambah keras.
Akhirnya Kai mengubah strateginya. Ia berdehem dan menyetel mimik muka menerawang dengan mata dibuat sayu. Wajahnya jadi jauh dari cakep, tapi yang penting bisa menaklukkan hati Sehun.
"Masih inget nggak saat kamu bertengkar hebat dengan kakekmu, kamu dalam keadaan kalut, kamu berlari tapi nggak ada tempat untuk berlari, siapa yang akhirnya mau menyisihkan tempat untukmu tidur di malam hujan lebat itu...?"
Sehun angkat tangan, mengalah. Atas nama kemanusiaan dan kisah baik diantara mereka. "Fine, fine!"
Ia berdiri dan merapikan pakaiannya.
"Hari ini ahjumma yang bersih-bersih rumah dan cuci baju datang, aku akan minta tolong dia buat bersihin kamar belakang. Ada beberapa barang, nanti aku atur."
Sehun segera meninggalkan kafeteria di Area Olahraga dan bermain, kembali ke kantor yang terletak di area samping.
Kai memekik girang berhasil menaklukkan hati Sehun. Ia berdiri menyusul Sehun dan merangkulkan lengan ke bahu temannya.
" Thanks, buddy!"
Sehun melepaskan rangkulan Kai, risih.
"Apaan sih? Dilihat banyak orang, tahu!"
TO BE CONTINUE
Semoga suka ya.
Jangan lupa tinggalkan reviewnya, dan klik follow juga favorit
Annyeong ^^
