Disclaimers: Karakter-karakter yang disebutkan di sini jelas bukan milik kami dan kami tidak mengambil keuntungan sedikitpun dari pemublikasian fanfiksi ini.

Warnings: Fanfiksi ini mengandung hal-hal berbau gay atau hubungan homoseksual, pikiran-pikiran berat sebelah dari kami selaku pengarangnya, lelucon garing dan perusakan imej karakter. Bagi yang keberatan silakan tekan tombol back sekarang juga.

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Chapter 1: On the Red Carpet!

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Suara hingar bingar orang-orang mengelu-elukan berbagai macam nama terdengar dari speaker televisi, namun layar yang disaksikan oleh para penonton di rumah hanyalah hitam total. Sementara mereka yang duduk di hadapan televisi masing-masing kebingungan menghadapi fenomena ini dan sibuk menduga-duga, terdengar lagi suara cempreng meskipun masih tak ada gambar yang tampak.

"Seeeeeelamat malam, pemir—eh, woi, tutup kameranya belum dilepas, tuh!"

oOoOoOoOoOoOoOoOo

COMMERCIAL BREAK

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Sebuah iklan singkat yang mempromosikan single terbaru dari Minos, yang berjudul My Doll, muncul selagi kesalahan teknis diperbaiki. Single CD tersebut dirilis untuk merayakan berakhirnya drama TV yang dibintanginya bersama Albafica, Kagaho, dan Manigoldo.[1]

oOoOoOoOoOoOoOoOo

COMMERCIAL BREAK END

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Usai berakhirnya iklan tersebut, layar berganti menampakkan suasana di depan sebuah bangunan megah. Oke, sebenarnya tidak megah, karena bangunan yang dimaksud adalah Coliseum, alias salah satu fasilitas di dalam teritorial Sanctuary milik Dewi Athena yang biasa digunakan sebagai tempat pelaksanaan turnamen antar Saint atau calon Saint. Meskipun tempat tersebut telah dirombak seindah mungkin agar terlihat keren dan memadai untuk dijadikan tempat pelaksanaan acara yang akan berlangsung tak lama lagi, atmosfer usangnya tetap terlihat.

Tapi, siapa yang peduli dengan penampilan Coliseum malam itu? Ratusan masyarakat yang memadati sisi kanan kiri red carpet, yang menjadi jalan masuk bagi para tamu undangan yang terhormat, lebih memilih memfokuskan seluruh perhatian mereka pada bagian ujung gelaran karpet tersebut. Mereka semua riuh menduga-duga siapa partisipan acara yang akan paling pertama menapakkan kaki di jalan tersebut.

Eh, apa? Ada yang bertanya sebenarnya acara apa yang akan berlangsung? Silakan lihat bagian summary di bagian atas halaman ini atau tekan tombol back dan baca summary di sana.

"Kelamaan, narator! Giliran gue kapan!"

Oh, maaf. Kalau begitu tongkat saya berikan padamu, Mas Kucing Kecil.

"Heh! Enak aja Kucing Kecil! Gue singa! Singaaa!"

Tapi tetap Lionet Minor. Kucing Kecil.

"Berisik! Cukup! Narator balik ke habitat aja!"

Usai pertengkaran kecil yang berkesan seperti obrolan satu arah yang dikarenakan para penonton di sekitar Coliseum tersebut tidak memiliki kekuatan magis untuk melihat dan mendengar narator, kamera menyorot Kucing Kecil yang dimaksud. Yak, siapa lagi kalau bukan Lionet Souma.

"Nah... halo, para penonton sekalian, baik yang saat ini sedang heboh di sini baik yang sedang menatap muka ganteng saya di layar kaca televisi," ia mengabaikan gerakan seolah muntah yang serempak dilakukan oleh beberapa fans di belakangnya dan juga beberapa orang yang mengoloknya riuh, "selamat datang di acara Saint Seiya Awards: On the Red Carpet! Saya, Lionet Souma, akan memandu Anda sekalian selama satu jam ke depan!"

Kamera beralih sebentar untuk menyoroti fans-fans yang bertingkah heboh dengan membawa berbagai macam atribut, mulai dari yang kecil seperti pin dan kipas hingga yang besar seperti reklame dan spanduk yang bertuliskan: 'AIOLOS SELALU DI HATI', 'WE HEART REGULUS', 'SEIYA, MOVE ON PLIS!'

"Eh, buset, apa banget itu 'Seiya, move on plis'?" Souma kembali masuk ke dalam jarak fokus kamera. Ia mendekati dua orang fans yang menggotong papan reklame bertuliskan kalimat nista tersebut. "Eh, kok punya kalian lucu, 'sih? Yang lainnya isinya pernyataan cinta ke idola masing-masing, kok kalian malah..."

"Justru karena kita cinta jadi kita nulis ini sebagai dukungan untuk Seiya," salah satu dari fans itu menyahut.

"Iya! Sebagai semacam pengingat gitu, kalau dia harus move on. Kalau nggak, takutnya dia malah menang penghargaan Ter-Ngenes atau Ter-Gagal Move On atau apa gitu," yang satunya lagi menimpali.

"... Kayaknya nggak ada kategori kayak gitu. Terus? Memangnya dia harus move on dari siapa? Apa Nona Saori akhirnya nerima lamaran Julian Solo?"

"AMIT AMIT JABANG BAYI!" Seorang fans lain, yang memegang kipas bergambarkan Julian Solo mengenakan Poseidon Scale, menyela. "JANGAN SAMPAI MAS JUJU MESRA-MESRAAN SAMA ORANG SELAIN SORRENTO!"

"ATAU KANON!" Yang lain ikut nimbrung.

"ATAU HADES!"

Dan para fans mulai ribut tentang pasangan-pasangan yang diharapkan dapat terlihat di acara utama nanti. Souma hanya bisa bengong selama beberapa saat sebelum menatap kamera lagi.

"Oke... daripada ngurusin fanwar konyol begini, mending gue wawancara tamu-tamu yang mulai berdatangan. Siapa yang—oh, mira!Rombongan Jamir!" [2]

Pertengkaran antar fans dengan seketika terhenti dan berganti menjadi sorak sorai di mana mereka semua kompak mengelu-elukan nama-nama dari anggota rombongan tersebut. Souma mendekati kumpulan makhluk-makhluk berambut naujubilah indah dan beralis naujubilah aneh itu. "Halooo, penduduk Jamir! Apa kabar semuanya?"

"Baik," Mu menyahut berbarengan dengan Raki. Sisanya hanya mengangguk atau tersenyum kalem.

"Kompak, ya, datang bersamaan gini... kirain kalian bakal pakai kekuatan telekinesis kalian buat langsung tring ke dalam sana, tapi syukur, deh lebih memilih bertindak sebagai manusia normal."

"Inginnya, 'sih, begitu, tapi Raki ngotot ingin mencoba berjalan di red carpet," Kiki menepuk-nepuk kepala muridnya, yang hanya bisa menunjukkan cengiran girang.

Souma tertawa pelan. "Ya, ngalah, lah, sama keinginan yang paling muda. Eh, tapi, 'kok kayaknya ada yang kurang, ya?" Ia mencoba menghitungi jumlah mereka. "Oh iya... Tuan Hakurei! Dua muridmu mana, ya?"

"Shion dan Tokusa, maksudmu? Mereka bakal datang bareng kawan-kawan mereka masing-masing," sahut Hakurei kalem.

"Bareng Gold Saint dan Specter gitu? Ih, nggak setia, deh, sama keluarga sendiri..."

Sage tertawa kebapakan. "Bukan, bukan begitu... kalau Tokusa, dia memang diperintahkan oleh bosnya sendiri a.k.a. Dewa Hades supaya satu pasukan bisa datang bersama-sama. Kalau Shion, 'sih... yah..."

"Sedang ingin pedekate dengan gebetannya," Yuzuriha mengakhiri kalimat Sage.

Souma melongo. "Gebetan? Dia dan gurunya si Genbu itu masih dalam taraf naksir saling naksir alias belum resmi jadian?"

"Bukan, maksudnya pedekate dengan Pisces Albafica," Atla mengoreksi sambil tetap memasang ekspresi datar.

"Hah!? Jadi dia two-timing sama Dohko dan Albafica, gitu?"

"Bukan, Souma. Guru tidak menduakan siapapun. Tolong jangan percaya dengan kebohongan mereka." Mu menghela nafas panjang dan, sambil menatap jengkel leluhur-leluhurnya yang membalas tatapannya itu dengan cengiran tak bersalah, melanjutkan, "Beliau akan datang bersama teman-teman sesama Gold Saint dari generasinya."

"Oh... oke," Souma mengangguk-angguk (sok) paham. "Ngomong-ngomong, ada kesan apa, 'nih, tentang Saint Seiya Awards ini? Pertama kalinya, lho, di fandom kita!"

"Seruuu! Bisa ketemu banyak Saint yang keren-keren!" Raki berseru riang.

"Ya... lumayan bisa berkumpul bersama seperti ini. Terakhir kita kumpul bareng bocah-bocah begini itu waktu syuting terakhir OVA The Lost Canvas, ya, Sage?" Hakurei sedikit menyikut kembarannya, yang mengangguk sambil tertawa pelan.

"Nggak Cuma bocah-bocah aja yang berkumpul di sini... yang udah lewat kepala empat kayak Kepala Sekolah Ionia dan bokapnya Eden juga bakal datang ke acara ini!" Souma menyeringai lebar.

"Bokapnya Eden DAN Sonia, maksudmu?" Kiki tersenyum meledek. Ucapannya itu kontan membuat wajah Souma memerah dan ia mendapatkan siulan menggoda dari para penonton di dekat mereka.

"Heh! Udah, ah! Makasih udah mau berhenti untuk diwawancarai. Silakan masuk dan cari posisi wuenak di dalam sana," ksatria konstelasi singa muda itu mempersilakan rombongan tersebut lewat dan setelah ia yakin mereka telah menghilang dari jarak pandang, barulah ia menoleh ke sana kemari lagi, mencari mangsa baru. "Sekarang, siapa lagi yang datang, ya... oh, ada keluarga bahagia, 'nih, pemirsa!"

Keluarga bahagia yang dimaksud adalah Seiya, Saori, dan Kouga. Disebut keluarga bahagia karena, well, lihat saja keadaan mereka sekarang. Asyik bercanda haha-hihi selagi melenggang di atas red carpet. Mereka sama sekali tidak menyadari kehadiran Souma sampai sang host acara khusus tersebut mengacungkan tangan dan memberhentikan langkah mereka.

"Berhenti! Dilarang lewat sebelum menjawab beberapa pertanyaan dari gue, host paling ganteng sejagat raya ini!"

Segera saja Souma di-boo oleh seluruh fans di sana. Beberapa punya niatan untuk melemparinya entah dengan benda apa, tapi mengurungkan niatan tersebut karena takut mengenai tamu yang hendak diwawancarai sang Lionet.

"Sumpah, tega banget gue disorakin sampai sebegitu kerasnya..." Souma sweatdrop sendiri.

Kouga tertawa ringan. "Habisnya lo narsis, 'sih, ngaku-ngaku paling ganteng gitu. Gantengan juga gue."

"Nggak, tauk. Menurut para fans lo tuh jatuhnya ke 'imut'. Liat, noh, bejibun fanart di pixiv—lo itu paling banyak dijadiin uke sok imut gitu."

"Eh, sumpaon?"

"Sumpah off! Bahkan sempat ada fanart di mana lo diukein Ryuho. Padahal Ryuho sendiri, 'kan, kalo di komunitas kita, seharusnya paling imut dan paling uke."

"Mungkin imutnya itu turunan dari Seiya."

Mendadak Saori menimpali, yang spontan membuat suasana hening. Titisan Dewi Kebijakan itu memiringkan kepalanya sedikit, sok polos dan heran kenapa ucapannya bisa begitu efektif membuat semua orang di sana diam. "Apa saya salah bicara?"

"Ah, nggak... tapi kalimat Anda tadi berkesan seolah Anda mengakui bahwa Kouga itu anak dari hasil hubungan Anda dengan Seiya, Nona Saori," Souma menyahut sambil menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Ya ampun... masih ada aja, gosip itu? Memangnya flashback tentang bagaimana saya dan Seiya menemukan Kouga dan Aria di masa perang melawan Mars itu kurang jelas atau bagaimana?"

"Bukannya kurang jelas, 'sih. Tapi, 'kan, siapa tahu..."

"Siapa tahu apa?"

"Nona Saori, mendingan jangan dibahas di sini, deh," Seiya menyela cepat. "Nanti saja kalau mau menjelaskan, sekalian bikin konferensi pers."

Saori mengangguk-angguk tanda setuju. "Jadi... itu saja yang mau kau tanyakan, Lionet Souma?"

"Oh, bukan, bukan! Sebenernya saya bukan mau mewawancarai kalian tentang itu..." Souma tertawa gugup. "Saya nggak perlu nanyain Kouga kenapa dia nggak bareng teman-teman kita berdua," —protes "Hei!" pelan dari Kouga tak dipedulikannya— "tapi kenapa Anda berdua nggak bareng Legendary Saint sisanya? Shun-san, Shiryu-san, Hyoga-san, dan Ikki-san?"

"Jabu tidak kamu hitung?" Seiya menaikkan sebelah alisnya heran.

"Guru sudah ada di dalam bareng teman-temannya sesama mantan Bronzies."

"Oh... pantes pas ditelpon tadi nggak dijawab... pasti heboh, ya, bareng Geki dan yang lainnya."

"Pastinya... jadi? Kenapa?"

"Ya... nggak kenapa-kenapa, 'sih," Seiya menggaruk pipinya sedikit. "Aku juga nggak tau apa alasan mereka pas kuajakin dan mereka malah buru-buru nolak. Yang pasti sebelum mutus panggilan telepon secara sepihak, mereka nyuruh aku buat pergi ke sini bareng Nona Saori dan Kouga aja."

Souma langsung diam dan melirik bos besar organisasi mereka, yang meskipun masih bertampang kalem dan menebar feromon, tapi memiliki kilatan licik di sinar matanya. Rasanya dia mengerti kenapa kawan-kawan Seiya berkata begitu.

"Oke, deh... silakan masuk dan cari tempat duduk pewe! Eh, iya, Kouga," Saint Pegasus muda tersebut menghentikan langkahnya ketika namanya dipanggil, "konco-konco kita yang lainnya udah datang duluan, tuh. Kalau mau ketemu mereka, cari aja di belakang panggung, ya. Aria juga ada, lho!"

Mendengar nama Aria disebut, mata Kouga langsung menampakkan kilau dan tanpa sengaja ia mengeluarkan aura tokoh-utama-pasti-uke. "Beneran? Thanks infonya, ya, bro!" Usai berkata seperti itu ia langsung melesat pergi, meninggalkan kedua orang tua asuhnya yang hanya bisa saling pandang dan angkat bahu sebelum melanjutkan berjalan santai ke arah Coliseum.

"Benarkah Aria ada di dalam?"

"WHOAAAAAA!"

Souma segera berbalik dan melotot kesal ke arah Eden, yang tadi telah mendadak muncul di belakangnya. "Heh, lo tuh ye... gue tau kalo lu punya jabatan yang sama dengan Ikki-san—doyan muncul mendadak to save the day bak pahlawan kesiangan, tapi nggak usah sampai segitunya!"

"Apapun katamu," Eden mengibaskan tangannya acuh tak acuh. "Jadi, benar Aria ada di dalam?"

"Ngapain juga gue boong?"

Ksatria konstelasi Orion tersebut mengangguk singkat sebelum berlari masuk ke Coliseum, meninggalkan Souma yang terbengong-bengong dan para fans yang tidak sempat mencoba menarik perhatian si Pangeran Martian.

"Apa banget, 'sih, tu anak—"

"Edeeeennn!"

Pemuda asal Mexico itu kembali menoleh dan sweatdrop melihat ibunda sang Pangeran, Medea, yang berlari-lari di red carpet. Tak jauh di belakangnya adalah titisan Dewa Mars, Ludwig, dan sang istri, Mischa. Berbeda dengan Medea, pasangan suami istri itu melenggang santai, menikmati tatapan kagum dan sorak sorai yang mengatakan betapa mesranya mereka. Usaha fans untuk membuat Medea terbakar api cemburu, sayangnya, gagal karena wanita itu lebih memedulikan putranya.

"Edeeeen! Tunggu Ibu, dong, naaaaak!" seru sang penyihir sambil terus berlari melewati Souma, yang tampaknya juga tidak berminat untuk mewawancarainya.

"Ya ampun... son complex abis." Souma menggeleng sedikit sebelum tersenyum ke arah Ludwig dan Mischa yang sekarang ada di dekatnya. "Halo! Boleh wawancara sebentar, 'kan?"

Ludwig mengangguk dan akan menjawab ketika mendadak Mischa menyelanya. "Eh, kamu pemuda yang katanya naksir Sonia itu, 'kan?"

"HAH?!" Saint Athena itu spontan berteriak kaget. Wajahnya kembali memerah. "N-naksir!? Ng-ng-nggak ko—"

"Tidak? Sayang sekali, padahal kalau dilihat-lihat kamu manis dan kudengar juga kamu pemuda baik-baik. Aku tidak keberatan memiliki menantu sepertimu."

"MENAN—!?"

"Ibu!"

Semua orang yang ada di sana langsung menghujani seorang gadis berkulit gelap dan berambut pink elektrik yang berdiri di ujung karpet. Rona wajah Souma semakin menggelap ketika melihat si gadis berjalan cepat melintasi red carpet demi menghampiri pasangan suami istri yang sama-sama memampangkan senyum jahil—orang tuanya. Ya, siapa lagi gadis itu kalau bukan Hornet Sonia, atau, berkat tindakan KKN yang dilakukan Medea, dikenal juga sebagai Scorpio Sonia?

"Ibu jangan bicara yang aneh-aneh, deh!" Sonia berujar ketus begitu tiba di hadapan Mischa. "Kasihan bocah ini karena ditodong omongan-omongan yang nggak beres!"

Menghadapi putrinya yang tumbuh menjadi gadis bersifat tsundere itu, Mischa tertawa santai. "Aih, aih... maafkan Ibu. Tadi Ibu sudah bertingkah malu-maluin di depan cowok yang kamu taksir, ya?"

"Cowok yang kutaksir? Dia? Ibu pasti masih setengah ngantuk setelah tidur di mobil selama perjalanan ke sini!"

Biarpun omongannya pedas, siapapun yang cukup jeli dapat melihat sedikit semburat merah di pipi gadis itu.

"Narator diam saja, 'deh!" Sonia mendelik tajam ke arah narator sebelum menggandeng lengan ibunya dan menyeret sang ibu untuk ikut masuk ke Coliseum bersama dengannya. "Sebaiknya Ibu cepat cari tempat duduk yang bagus dan lanjut tidur di sana, oke? Ayo, Bu!"

Ludwig, yang menyadari bahwa kebanyakan orang termasuk Souma masih terbengong-bengong akibat menyaksikan kejadian tadi, dengan sesantai mungkin mengikuti jejak seluruh anggota keluarganya: masuk ke dalam Coliseum untuk mencari tempat duduk yang bagus agar dapat menyaksikan acara pembagian penghargaan nanti dalam posisi wuenak. Ada jeda beberapa menit sebelum Souma disadarkan oleh kameramen bahwa ia harus kembali melaksanakan tugasnya.

"Erm, oke, sori pemirsa, saya tadi malah bengong—"

Terlalu kagum pada Sonia, Souma? Dress yang dia pakai tadi membuat aura femininnya terpancar jelas, 'sih.

"Nggak! Narator balik ke tugas sendiri gih!" Souma merutuk sambil menunjuk-nunjuk sosok narator yang transparan. Ia memalingkan wajah, namun orang-orang yang kemampuan indra pendengarannya cukup baik bisa mendengarnya menggumam pelan, "Tapi dia memang kelihatan cantik banget, 'sih, tadi..."

Oke, Souma. Hentikan mode kesemsem-mu itu! Kamu udah dilewatin banyak orang-orang yang berpotensi untuk diwawancarain, tuh!

"Hah?" Menoleh ke arah Coliseum, sang host akhirnya tersadar bahwa rombongan Saint perempuan dari berbagai jaman telah berhasil melewatinya. "Ah, sial! Jadi melewatkan kesempatan ngegombalin cewek-cewek manis, deh..."

"Ngegombalin?"

"GYAAAH!"

Lagi-lagi Souma dikejutkan dengan suara seseorang yang mendadak muncul di belakangnya. Ia berbalik dan sudah siap meledak ketika disadarinya bahwa yang berbicara tadi adalah Leo Regulus. Berdiri di belakang Ksatria Emas yang gosipnya termasuk dalam daftar nominasi untuk kategori Ter-Imut itu adalah Sagittarius Sisyphus dan Pisces Albafica. Pemuda yang usianya lebih muda dua abad dari tiga orang itu membatalkan niatannya untuk marah-marah.

"Wah, ternyata Gold Saint abad ke-18 sudah da—" Souma menghentikan kata-katanya ketika sadar bahwa hanya tiga orang itu yang tampak di red carpet. Kamerad-kamerad mereka tidak tampak batang hidungnya. "—lho? Kok Cuma bertiga?"

"Berlima, 'kok, dengan Papa Mama. Tapi mereka masih di mobil," Regulus menyahut riang.

Sebelah alis Souma terangkat naik. "Papa Mama?"

"Abangku, dan Lugonis," Sisyphus tertawa kalem. "Mereka berdua, toh, satu generasi dan lumayan akrab. Apalagi sifat Lugonis yang begitu. Makanya Regulus menganggap beliau sebagai ibunya sendiri."

Regulus mengangguk-angguk antusias. "Begitulah~ jadi, ngegombalin itu apa, ya, Souma?"

"Er... itu... eh, teman-teman kalian yang lain mana? Tadi dengar dari rombongan Jamir kalau Gold Saint generasi kalian mau datang bersama-sama, tapi kok kalian bertiga sudah sampai di sini duluan?" Dengan culasnya Souma berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Habisnya, meskipun sama-sama remaja yang sedang menginjak pubertas, entah kenapa Souma merasa enggan menistai otak Regulus.

Albafica melirik waspada ke arah belakang, melewati bahunya. "Yang lainnya sedang membantu Athena mempertahankan kakak beliau dari Dewa Hades."

"—hah?"

Baru saja Sisyphus akan membantu menjelaskan, para fans mendadak berteriak histeris dan membuat keempat Saint Athena itu terlonjak kaget. Mengikuti arah pandangan fans-fans yang masih berheboh riah tersebut, mereka menyadari gerombolan lelaki berpakaian serba hitam yang bergerak mendekati red carpet. Kontan Albafica, Regulus, dan Sisyphus berteriak kompak,

"HADES!"

Benar saja. Hades dan antek-anteknya (yang jumlahnya lumayan sedikit—that is, mereka adalah para anak buahnya yang lumayan eksis di ingatan penggemar dan punya nama untuk dielu-elukan para fans) kini berjalan di atas red carpet. Alone dan Shun berada di sisi kanan kiri sang Raja Dunia Bawah, berjalan dengan tampang ogah-ogahan.

"... entah kenapa jadi teringat video om-om gaul dari Korea itu," Souma mendadak berceletuk dengan suara pelan yang untungnya tidak mencapai telinga sang Dewa. [3]

Ketika jarak di antara kubu Hades dan tempat Souma dan para Gold Saint berdiri semakin memendek, Albafica dan Regulus melakukan kuda-kuda bertarung. Mereka siap melancarkan jurus masing-masing, namun menahan diri karena isyarat tangan dari Sisyphus, yang melarang mereka untuk bergerak lebih dari itu. Hades berhenti tepat satu meter jauhnya dari kumpulan ksatria-ksatria keponakannya, memandang dingin mereka dengan mata hijaunya yang suram.

"Minggir." Ujarnya dengan intonasi suara mengintimidasi. "Dewi kalian memerintahkan seperti itu."

Sisyphus mengangkat sebelah alisnya. "Athena sendiri yang...?"

"Itu benar," Alone ikut berbicara. "Tolong biarkan kami lewat. Hades tidak ada niat untuk membuat keributan sebelum acara dimulai, sama seperti Sasha."

Sisyphus melirik ke arah kamerad-kameradnya, yang sama-sama bertampang ragu. Souma sendiri memandang Shun, yang sama kalemnya dengan Alone. Lelaki muda berambut hijau itu balas memandangnya dengan penuh keyakinan, dan dalam kontak mata tersebut ia meminta agar Souma dapat membantu melancarkan keadaan ini. Ksatria Perunggu itu menimang-nimang sejenak sebelum menepuk bahu Sisyphus, yang masih galau dalam membuat keputusan.

"Tidak apa-apa, kita biarkan saja mereka lewat, ya? Lagipula sepertinya Alone ikut dengan Hades atas keputusannya sendiri, ya, 'kan?" Ia mengedik ke arah pemuda berambut pirang yang dimaksud. Alone segera mengangguk mengiyakan.

"... Baiklah, kalau memang Athena merestuinya," prajurit tertua dalam generasinya itu mengajak kedua 'adik'-nya untuk melipir dan membiarkan rombongan Hades melanjutkan perjalanan, masuk ke dalam Coliseum. Hanya saja, setelah orang-orang yang membawa aura gelap itu pergi, ia sadar bahwa seseorang dari mereka tetap tinggal di red carpet. "... Griffin Minos? Kau tidak ikut atasan dan kawan-kawanmu ke dalam?"

Minos tersenyum lebar. "Alasannya simpel, 'kok."

Ketika semua yang ada di sana mengedipkan mata, Albafica telah berada dalam pelukan Minos.

Butuh waktu bagi mereka yang berdiri di red carpet untuk mencerna apa yang terjadi, namun hanya sepersekian detik waktu yang dibutuhkan bagi para fans, yang ternyata sebagian besar terdiri dari kaum fujoshi, untuk sadar dan berteriak seheboh mungkin. Beberapa bahkan bersiul, memuji-muji betapa serasinya mereka berdua, dan ucapan-ucapan lainnya yang akhirnya membuat Albafica sadar.

"Minos—!"

"Cuma ingin duduk bareng kekasihku ini di dalam sana. Duluan, ya, Goldies!"

Jadilah Albafica menjadi korban penculikan ketiga—yang pertama dan kedua adalah tubuh pinjaman Dewa Hades. Regulus, Sisyphus, dan Souma menatap cengo kepergian mereka selama beberapa saat. Tak lama setelahnya, ada kilatan emas dan biru yang menyusul mereka. Souma baru saja akan bertanya siapa itu yang baru saja berlari dengan kecepatan cahaya saat suara yang familiar berteriak.

"Sisyphus! Regulus!"

Suara lembut yang begitu akrab di telinga kedua ksatria itu spontan membuat mereka berbalik dan kompak menyahut, "Athena! Tidak apa-apa kah?"

Sasha setengah berlari di atas red carpet agar bisa lebih cepat mendekati mereka. Menyusul di belakangnya adalah Tenma dan Gold Saint dari abad ke-18. Souma mengira mereka akan berhenti serentak begitu tiba di dekatnya, tapi nyatanya makhluk-makhluk tinggi kekar nan rupawan itu terus maju ke arah pintu masuk Coliseum. Hanya Sasha dan Tenma yang berhenti.

"Lho, kok—?"

"Sisyphus, Regulus, ayo ikut bersama kami juga." Sasha berujar dengan nada sedikit memerintah. "Kita harus menghentikan Manigoldo sebelum tempat acaranya hancur berantakan dan acaranya dibatalkan!"

Meskipun tidak terlalu mengerti, pasangan paman dan keponakan itu mengangguk patuh dan pergi meninggalkan red carpet bersama junjungan mereka dan si Saint Pegasus. Tinggal Souma yang berdiri bengong karena belum bisa mencerna sempurna maksud dari kejadian tadi.

"Kenapa Manigoldo-san mau menghancurkan tempat acara...?"

"Karena dia akan bertarung dengan di dalam sana."

Lagi-lagi ada yang mengejutkannya dari belakang dan lagi-lagi Souma tidak bisa memarahi pelakunya. Alasan: ia segan, dan sangatlah tidak sopan memarahi Ksatria Emas yang jauh lebih tua darinya seperti Leo Ilias dan Pisces Lugonis, 'kan?

"Er... halo, Ilias-san, Lugonis-san," Souma tersenyum canggung. "Maksudnya bertarung, kenapa? Dia masih ada dendam sama Thanatos dan Hypnos?"

Ilias menggeleng. "Tadi kau lihat sendiri, 'kan? Griffin Minos menyeret Albafica masuk seperti itu. Manigoldo langsung cemburu dan sekarang ingin merebut Albafica kembali."

Seolah-olah ingin membuktikan kebenaran ucapan sang Leo yang lumayan sepuh itu, terdengar suara ledakan dari arah Coliseum. Sejumlah fans yang berdiri di dekat pintu masuknya berusaha menjauh, takut bangunan tersebut mendadak runtuh atau apa. Souma menelan ludah. Sepertinya keadaan di dalam sana sudah mulai kacau, padahal acaranya belum dimulai.

"Lionet Souma, kalau kau tidak ada pertanyaan lagi, kami permisi duluan—sepertinya yang di dalam butuh bantuan," ucap Lugonis tanpa menatap sang host. Sepertinya ia mengkhawatirkan 'putra'nya yang ada di dalam.

"Oh, ya. Makasih atas jawabannya." Ia menunggu hingga pasangan Gold Saint itu hilang dari jarak pandangnya sebelum berbalik menghadap kamera. "Yak, pemirsa! Karena sepertinya keadaan di dalam sana semakin menggawat, kayaknya saya mesti ke sana juga untuk bantu-bantu. Jangan pindah channel dulu karena acara utamanya yaitu Saint Seiya Awards akan dimulai beberapa menit lagi dan Anda akan dipandu oleh dua orang senior saya, Leo Aiolia dan Scorpio Milo! Saya Lionet Souma, pamit!"

oOoOoOoOoOoOoOoOo

COMMERCIAL BREAK

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Footnote:

[1] Parodi dari My Dear, Character Song untuk Shirokuma dari Shirokuma Café. Toh seiyuu mereka sama, jadi sekalian saja diparodikan lol *dijitak Sakurai*

[2] mira!: Lihat!

[3] Bagi yang nggak mudeng... berarti nggak gaul. Bukan hal yang penting juga, 'sih.

.

Halo, pembaca! Lagi-lagi kami membuat fanfic seputar pembagian penghargaan begini (lol) Ini tujuannya untuk senang-senang saja dan seperti fanfic kami yang berjudul Reborn! Awards, fanfic ini mungkin (pasti) akan menampilkan bias-bias kami, contohnya seperti hint IliLugo di atas. Tapi tenang. Pemenang penghargaan-penghargaan bukan kami yang memilih, tapi ANDA! Ya, pembaca sekalian berhak memilih siapa yang pantas mendapatkan penghargaan-penghargaan yang akan dibagikan di fanfic ini. Caranya mudah: tinggal ketik di kolom review siapa yang kalian pilih dari nominasi-nominasi di bawah ini. Berikut nominasi yang akan muncul di chapter 2:

Ter-Baik: Aiolos, Alone, Aria, Dohko, Ryuho, Sasha, Seraphina, Shun, Sisyphus

Teraniaya: Ahimsa, Eden, Defteros, Jabu, Milo, Suikyo, Zelos

Ter-Jutek: Albafica, Eden, Genbu, Hyoga, Ikki, Ionia, Kagaho, Shania, Sonia

Pilih SATU saja untuk tiap kategori. Misalnya ketik saja begini: "Aku pilih Shun untuk yang Ter-Baik, Milo untuk yang Ter-Aniaya, dan Hyoga yang Ter-Jutek!". Jangan lupa tambahkan pesan dan kesan, atau kritik dan koreksi, sebelum menekan tombol post / go / submit... apapun itu. (Semakin lama kok rasanya FFn semakin aneh ya?) Batas waktu voting diterima adalah hari Sabtu, 4 Mei, pukul 23:59:59. Voting yang masuk setelah itu tidak akan dihitung. Jika masih ada yang tidak dimengerti, silakan hubungi kami via PM atau di twitter kami.

Sampai bertemu di chapter berikutnya!