Naruto © Masashi Kishimoto
Story by UchiHaruno Misaki
Warn : AU, OOC, Typo, Mainstream idea, etc.
[U. Sasuke x H. Sakura]
BAB 1
Tok Tok Tok!
Seorang pria yang tengah serius menekuni tumpukan dokumen di mejanya itu menghentikan gerakan tangannya sejenak ketika mendengar pintu ruangannya diketuk, "Hn, masuk."
Cklek!
Seorang pria berambut perak melawan gravitasi membuka pintu lalu menunduk hormat, "Maaf mengganggu presdir, saya hanya ingin menyampaikan bahwa perusahaan HY Corp telah menerima permintaan kerjasama antar perusahaan kita tapi ...,"
Pria bermata onyx di hadapannya hanya diam menatap pria perak itu datar lalu, "Ada apa Kakashi?" ujarnya dingin.
Kakashi Hatake terlihat menghela napasnya pelan, "Presdir dari HY Corp menginginkan anda menjadi menantunya sebagai timbal balik."
Uchiha Sasuke menatap sekertaris sekaligus orang kepercayaannya itu datar, "Hn, batalkan saja! Dia pikir dia siapa berani meminta hal itu sebagai timbal balik padaku?"
"Tapi bagaimana dengan kerjasamanya presdir? Jika anda tidak—"
"Kau meremehkan kemampuanku, eh Hatake? Lagipula tanpa dana dari para investor yang bekerjasama dengan kita pun tidak terlalu memengaruhi proyek pembangunan Hotel itu, bahkan tanpa bantuan dari mereka Uchiha Corp mampu membangun ratusan Hotel. Jadi batalkan!" Kakashi menghela napasnya pelan mendengar penuturan sarkastik dari atasannya itu, lalu sejurus kemudian ia hanya bisa mengangguk pasrah.
"Baiklah saya mengerti, ah ya saya lupa. Tadi tuan besar menghubungi saya dan menyuruh saya menyampaikan pada anda bahwa sore ini anda ditunggu di kediaman beliau." Sasuke memijat pangkal hidungnya pelan lalu mengangguk singkat.
"Hn, kau boleh pergi Kakashi."
"Ha'i."
.
.
.
.
Seorang gadis berhelaian soft pink panjang tengah duduk di sebuah pusara pemakaman bernamakan 'Haruno Kizashi & Haruno Mebuki' itu dengan tatapan kosong, tak lupa kedua matanya yang membengkak dan suara isakan yang sesekali keluar dari mulut mungilnya itu, cahaya senja matahari di sore hari menyinari tubuh gadis itu menambah kesan melankolis yang begitu kentara. Melankolis? ya itulah suasana yang gadis itu rasakan saat ini.
"Maafkan aku Ibu, aku ... hikss! Sasori dia ha-harus dioperasi lusa Bu. Apa yang ha-harus aku lakukan? Aku tidak me-memiliki cukup uang, tapi jika Sasori tidak segera dioperasi maka nyawanya terancam, aku ti-tidak mau seseorang pergi meninggalkanku lagi, sudah cukup Ibu dan ayah yang meninggalkanku, tapi jangan Sasori ... hikss!" gadis bernama lengkap Haruno Sakura itu menangis terisak pilu di hadapan makam kedua orangtuanya, tubuh ringkihnya terlihat bergetar hebat dan suara isakan pun menjadi saksi bisu betapa dunia tak pernah adil padanya.
Setelah merasa puas menumpahkan keluh kesahnya, Sakura pamit kepada makam orangtuanya itu untuk kembali ke Rumah Sakit. Ya, tempat adiknya dirawat dan setelah itu ia harus bekerja kembali, ya Sakura mendapatkan part malam di Hotel.
Sakura berjalan dengan gontai di trotoar jalan, waktu sudah menunjukkan pukul enam petang. Tatapannya datar menatap kosong jalanan yang mulai ramai oleh para pejalan kaki, melihat sebuah keluarga yang tengah asik bersenda gurau di taman membuat Sakura berpikir betapa takdir begitu kejam padanya.
Haruno Sakura gadis berumur tepat dua puluh tiga tahun, sebatang kara tinggal di sebuah rumah sederhana bersama adik laki-lakinya—Haruno Sasori yang kini tengah tertidur lemas di ranjang pasien, Sakura sendiri berpropesi sebagai pekerja biasa, ya Sakura bekerja sebagai pelayan di sebuah Hotel besar.
Hidupnya memang selalu tidak mudah sejak kepergian orangtuanya sepuluh tahun yang lalu. Ya, orangtua Sakura meninggal karena kecelakaan beruntun ketika hendak menghadiri pertemuan orangtua di sekolah Sakura dulu dan sampai saat ini Sakura selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada ayah dan ibunya. Sejak saat itu Sakura berjanji demi membayar kesalahan fatalnya di masalalu, Sakura akan menjaga keluarga tunggalnya sekuat yang ia bisa dan Sakura tidak akan pernah membiarkan seseorang pergi dari hidupnya lagi. Tidak akan pernah.
Menghela napas sesak Sakura kembali mengalihkan tatapannya ke arah jalan dan—kedua matanya terbelalak lebar ketika melihat seorang balita berumur berkisar delapan bulan tengah merangkak ke arah jalan raya yang dipenuhi oleh banyak kendaraan, Sakura melihat sebuah mobil sport lamborghini dark blue tengah melesat cepat ke arah balita itu.
Tanpa pikir panjang Sakura berlari sekuat tenaga menghampiri balita itu dan—
Tiiiiiiiiiit ... ckiiit ... Brak!
.
.
.
.
.
"ANAKKU!" seorang wanita paruh baya berlari menghampiri Sakura yang kini tengah tersungkur dengan seorang balita yang menangis di pelukannya.
Perlahan Sakura bangkit dengan susah payah karena luka-luka yang ia dapatkan dari aspal jalan, memandang balita itu lembut Sakura menimangnya pelan. "Sssttt ... sayang sudah tidak apa-apa, kau baik-baik saja sekarang sayang, jangan menangis lagi ya? Cup, cup, cup," dengan pelan Sakura mengelus rambut hitam balita itu sesekali mengecupnya lembut dan entah mengapa tangisan balita itu langsung reda.
Semua orang yang memerhatikan kejadian tersebut menganga kagum, oh ayolah di jaman sekarang masih ada malaikat ternyata yang rela terluka demi orang lain.
Wanita paruh baya itu memandang kejadian itu dengan mata yang berkaca-kaca. Kurenai Yuuhi menghampiri Sakura lalu tanpa aba-aba Kurenai langsung memeluk dan menangis di bahu Sakura.
"Ya Tuhan terima kasih telah mengirimkan malaikat untuk menyelamatkan putriku, terima kasih, Nak. Terima kasih banyak ..." ujar Kurenai seraya menciumi kepala Sakura yang kini terisak parau, oh Kurenai mengingatkannya akan ibunya yang telah lama meninggal.
"Ya, tidak apa-apa Bi. Nah, ini putri Bibi, lain kali bibi harus hati-hati ya!" Sakura memberikan balita itu dengan perlahan lalu membungkuk pamit dan dengan langkah yang tertatih-tatih Sakura kembali berjalan menuju tujuan awalnya. Ya, rumah sakit dan Sakura tak menyadari sepasang onyx yang menatapnya penuh arti tak lupa seringaian licik yang terpeta di wajah tampannya.
.
oOo
.
"Kapan kau akan menikah Sasuke? Kau tahu sendiri bukan? Uchiha butuh seorang penerus. Dan kau adalah satu-satunya putra yang bisa kuandalkan." Pria paruh baya berwajah tegas itu menatap seorang pemuda berumur tiga puluh tahun di hadapannya dengan tatapan dingin.
Uchiha Sasuke mengeraskan rahangnya, lalu mengangguk semar. Iris hitamnya menatap sang ayah datar. "Aku mengerti Ayah dan kita akan segera mendapatkannya tanpa harus ada sebuah pernikahan," ujarnya tanpa ekspresi signifikan.
Mikoto sang ibunda dari pemuda itu menatapnya nanar. "Apa kau serius dengan perkataanmu itu, Nak?" tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Sasuke menatap Ibunya sendu. "Maafkan aku Ibu, ini sudah keputusanku seumur hidup." Mikoto hanya dapat tersenyum miris, sedangkan Fugaku hanya mengangguk semar mendengar penuturan tegas putra semata wayangnya itu.
"Hn, sesungguhnya aku tidak peduli dengan apa yang akan kaulakukan Sasuke, karena yang aku pedulikan adalah sang penerus Clan Uchiha itu harus ada dalam dua tahun ini. Terserah bagaimana caramu untuk mendapatkannya yang penting sang penerus itu harus murni berdarah Uchiha." Setelah mengatakan itu, Fugaku meninggalkan ruang tamu keluarga dengan tatapan dingin khasnya—meninggalkan istrinya dan sang putra.
Sasuke menatap punggung ayahnya dengan bibir terkatup rapat, lalu ia beralih menatap Mikoto dan mengecup kening ibunya. "Maaf, aku harap Ibu mendukung apapun keputusanku."
Mikoto hanya mampu mengangguk lemah lalu mengusap garis rahang putranya lembut, "Ya, Ibu akan mendukungmu apapun yang kaulakukan anakku, tapi satu yang Ibu minta ...," Sasuke menggenggam tangan ibunya lembut tanda bahwa ibunya dipersilahkan untuk melanjutkan kalimatnya, "Jangan pernah membuat ibu dari anak itu menangis di hadapanmu apapun yang terjadi, mengerti?"
Sasuke tertegun mendengar permintaan ibunya itu, namun sejurus kemudian ia mengangguk paham lalu beranjak dan pamit kepada sang ibu untuk pulang kembali ke kediaman miliknya sendiri.
'Jangan membuatnya menangis? Bisakah? Bisakah aku membuat seorang Ibu tidak menangis ketika kelak aku akan memisahkannya dari anaknya? ... entahlah.'
.
.
.
.
.
Uchiha Sasuke seorang pengusaha sukses yang sangat terkenal di belahan penjuru dunia manapun sebagai pembisnis termuda dengan umurnya yang baru menginjak tiga puluh tahun telah berhasil menguasai seluruh dunia perbisnisan, dan yang membuatnya semakin bersinar adalah rupanya yang tampan, bertubuh atletis dan jangan lupa ia adalah putra tunggal dari seorang Uchiha Fugaku pembisnis nomor satu di Asia.
Namun sayang untuk para wanita yang berminat mengincarnya harus menelan pil pahit ketika dihadapkan kenyataan bahwa seorang Uchiha Sasuke tak mudah terpesona oleh apa itu ikatan pernikahan.
Tidak semuanya tahu bahwa Sang tunggal Uchiha itu adalah seorang pemuda perfectionist yang selalu menutut apa itu 'kesempurnaan' bahkan dalam motto hidupnya adalah 'Hidup tidak akan pernah terasa sempurna jika ada sesuatu yang mengikat diri kita' ya, Uchiha Sasuke berjanji dalam hidupnya tidak akan pernah menikah.
Namun, apa benar hanya sesederhana itu? Entahlah. Siapa yang tahu kisah Uchiha Sasuke sesungguhnya yang membuat pria angkuh itu tidak menginginkan apa itu pernikahan, hanya Tuhan dan Sasuke sendirilah yang mengetahuinya.
Sasuke termenung di dalam sport lamborghini dark blue-nya yang tengah ia lajukan dengan kecepatan cukup tinggi, tatapan matanya terlihat datar dan dingin. Pikirannya begitu kalang kabut saat ini, oh ayolah Sasuke memang sudah merencanakan membuat bayi tanpa tali pernikahan, akan tetapi pernyataan sang ayah yang menyatakan ia harus mendapatkan penerus dalam dua tahun membuatnya pusing.
Yang menjadi faktor keresahan pemuda tampan itu adalah 'siapa wanita yang pantas mengandung benihnya?!' Sasuke tidak ingin anaknya terlahir dari wanita yang tidak baik-baik karena ia ingin sang buah hatinya sempurna tanpa cela sedikit pun.
Bukannya Sasuke susah mencari wanita sempurna untuk dijadikan ladang dalam penanaman benihnya, bahkan dalam sekali jentikan jari saja Sasuke bisa mendapatkan wanita paling sempurna. Hanya saja, Sasuke juga ingin memiliki anak yang berhati mulia tidak seperti dirinya yang bahkan tak memiliki hati.
'Hhhahh ...' Sasuke menghela napas sesak mengingat betapa bodohnya ia di masa lalu. Hati. Ya, dia terlahir tanpa hati dan ia tak menginginkan itu terjadi pada anaknya kelak, tidak akan pernah. Dan mencari wanita 'bersih' berhati mulia pada zaman sekarang tidaklah mungkin karena sebagian besar para wanita jaman sekarang berdominan berhati kotor dan licik.
Pria itu kembali menghela napas berat, lalu Sasuke menekan beberapa digit angka di ponselnya lalu menyentuh icons green di sisi sebelah ponsel Touch Screen-nya.
Tuutt ... Tuutt ... Tuutt ... Biip!
'Hallo, Tuan?' ujar suara di seberang sana dengan suara sopannya.
"Hn, Kakashi aku butuh bantuanmu malam ini, temui aku di Hotel biasa." Ujar Sasuke dengan nada khasnya—datar dan dingin.
'Aa, baik Tuan.'
Biip!
Sasuke memandang ponselnya dengan tatapan kosong dan tanpa menyadari hadirnya seseorang tepat di hadapan mobilnya yang tengah melaju cepat. Sasuke mendongkak dan—matanya sukses terbelalak lebar melihat seorang gadis -menurutnya- gila yang berlari tepat ke depan mobilnya. Dengan reflex Sasuke menginjak pedal rem mobilnya dan—
Tiiiiiiiiiit ... ckiiit ... Brak!
Mobil Sasuke sukses berhenti tepat di tiang jalan, pria itu menyadari bahwa ia telah menyerempet gadis yang menurutnya gila itu. "BRENGSEK!" Sasuke baru saja hendak keluar dan berencana untuk membentak gadis gila itu, namun kejadian di hadapan matanya sekarang membuatnya mengurungkan niatnya.
Sasuke melihat seorang gadis berambut aneh dan beriris giok emerald tengah menimang seorang balita di gendongannya, 'Astaga! Apa aku baru saja hendak menabrak seorang bayi?!' batinnya tak percaya, Sasuke kembali memerhatikan gadis itu dan—
"Sssttt ... sayang sudah tidak apa-apa, kau baik-baik saja sekarang sayang, jangan menangis lagi ya? Cup, cup, cup," Sasuke dapat melihat dengan jelas ketulusan yang gadis itu berikan kepada sang balita itu. Sasuke juga melihat dengan pelan gadis tersebut mengelus rambut hitam balita itu sesekali mengecupnya lembut dan entah mengapa tangisan balita itu langsung reda.
'Apa itu anaknya?' batin Sasuke penasaran, tapi betapa tercengangnya Sasuke melihat kenyataan bahwa balita itu bukan siapa-siapa dari gadis itu. 'Gadis berhati mulia,' batin Sasuke seraya memandang punggung Sakura datar.
Deg!
Kedua mata Sasuke sedikit terbelalak, namun sejurus kemudian Sasuke menyeringai licik seraya menatap Sakura penuh arti ketika menyadari masih ada seorang gadis mulia pada zaman sekarang, Sasuke berjanji akan mendapatkannya ya tidak peduli gadis itu miskin, yatim piatu ataupun sudah menikah. Uchiha selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, ingat itu!
'Klik'
'Hn, I got you!'
.
oOo
.
At Tokyo International Motel ...
"Hn, aku ingin kau mencari tahu tentang gadis ini!" Sasuke menyerahkan ponselnya yang terdapat foto Sakura yang sempat ia potret tadi, Kakashi menerimanya dan mulai meneliti wajah gadis berhelaian soft pink itu, Sasuke mengeringkan helaian raven mencuat bak bokong unggas itu pelan, pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrobe hitamnya saja.
Kakashi mengangguk lalu mengembalikan ponsel atasannya itu, "Anda akan mendapatkannya besok pagi, Tuan. Kalau begitu saya permisi."
"Hn." Setelah mendengar jawaban dari Sasuke, Kakashi menunduk sopan lalu berjalan ke arah pintu dan Kakashi keluar meninggalkan Sasuke yang kini tengah menatap indahnya kota Tokyo dari kaca jendela kamar Hotelnya itu dengan tatapan datar dan dingin khasnya—ah jangan lupa segelas wine yang terdapat di tangannya menjadi pelengkap acara santai sang tunggal Uchiha.
Hening ...
Ting ... Tong!
Sasuke beranjak ketika mendengar bel pintu resort kamarnya berbunyi, dengan perlahan Sasuke membuka pintu kamarnya dan—
Helaian soft pink panjang itu ...
Manik emerald itu ...
Sasuke menyeringai tipis setipis kertas melihat siapa yang berdiri di depannya dengan pakaian khas pelayan Hotel.
'Hn, ternyata dunia memang begitu sempit.' batinnya bersorak datar, err ... pasti terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. Oh ayolah segirang-girangnya perasaan Sasuke ia tak akan pernah menampilkan wajah konyolnya sekalipun itu hanya inner-nya saja. Ingat pride seorang Uchiha Sasuke berlaku kapanpun, di manapun dan sampai kapanpun.
"Hn, ada apa?" Tanyanya dengan nada datar.
Sakura menatap tamunya sopan. "Ini saya mengantarkan makanan anda Tuan ...," Sakura terlihat bingung. Oh bodohnya ia lupa menanyakan siapa pria di hadapannya sekarang ini pada manager Hotelnya, karena terlalu sibuk memikirkan adiknya Sakura jadi tidak terlalu fokus akan pekerjaannya sekarang dan Sakura yakin jika manager-nya tahu pasti ia akan dipecat saat itu juga.
"Sasuke, Uchiha Sasuke." Suara pria di hadapannya membuyarkan Sakura dari lamunannya dan Sakura lagi-lagi merutuki kebodohannya yang sempat-sempatnya melamun di saat seperti ini.
"Aa ya ... tuan Uchiha bolehkah saya masuk untuk menata makanan anda?" tanya Sakura sopan.
Sasuke tak menjawab, tapi ia menggeser sedikit tubuhnya ke samping menandakan bahwa ia menyuruh Sakura memasuki kamarnya. Sakura yang mengerti pun dengan sopan melangkah memasuki kamar tamunya dan mulai menata makanan itu dengan rapi di meja.
Sasuke menatap cara berjalan Sakura yang sedikit tertatih-tatih dalam diam, ah—Sasuke ingat mungkin itu karena kecelakaan kecil sore tadi. Tanpa sadar Sasuke melangkah terus hingga sekarang ia berdiri tepat di belakang Sakura dengan kedua tangan yang bersedekap dada.
Setelah selesai Sakura berbalik hendak keluar dari kamar itu, namun betapa terkejutnya Sakura ketika ia berbalik Sasuke tengah berdiri tepat di belakangnya.
"Emh ... ano Tuan semuanya telah selesai dan silahkan anda menikmati hidangannya, saya pe-permisi." Entah mengapa Sakura merasa risih ketika melihat pria di hadapannya itu menatapnya tajam dan aneh, Sakura menundukkan kepalanya sopan lalu melangkah melewati Sasuke dan ... tubuhnya terpaku ketika mendengar kalimat yang Sasuke katakan sebelum ia benar-benar keluar dari kamar itu.
'Hn ... sampai jumpa.'
Dalam lorong Hotel Sakura berjalan seraya termenung tentang perkataan salah satu tamu Hotelnya itu, oh ayolah apa maksud perkataan pria tadi? Bukankah kalimat yang pria bernama Uchiha Sasuke itu ucapkan mengandung arti bahwa mereka akan berjumpa kembali? Aneh.
Tidak ingin ambil pusing akhirnya Sakura hanya mengedikkan kedua bahunya tak peduli dan kembali ia termenung tentang adiknya yang harus segera dioperasi lusa.
'Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat Tuhan? Tolong aku ...' batinnya putus asa.
To be continue
A\N : Oke siapa saja tolong tampar Sasa! Kebiasaan buruk Sasa itu selalu melalaikan sesuatu yang belum selesai ya ... contohnya ff Sasa yang in-progress semua :3 dan lihat sekarang! Sasa bawa ff baru yang gajeeeeeeenya minta ampun, ide fic ini terlintas begitu saja ketika saya tengah mengerjakan tugas deadline Sasa. Semoga suka, terima kasih.
Salam sayang,
UchiHaruno Misaki.
