UNEXPECTEDLY HAPPEN
Author: Annadine Amoris
Rated T
Romance, Friendship
Kamichama Karin © Koge Donbo
Unexpectedly Happen © Annadine Amoris
Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving.
~Albert Einstein
Tap tap tap tap
Aku melangkahkan kakiku. Lagi. Dan lagi.
"Karin-chan~!"
Tap—
"Ah, Miyon, ohayou."
"Thehehe~ Ohayou Karin-chan!"
Kami berjalan bersama ke sekolah. Hari ini hari Senin. Hari pertama semester baru. Tahun ini adalah tahun terakhirku di Sakuragaoka High School; konon sekolah elite yang selain anaknya pintar-pintar, kalian juga harus mampu bayar biaya sekolah yang harganya selangit.
Anehnya, aku, Hanazono Karin, yang harus susah payah biar dapet nilai pas kkm, entah gimana caranya bisa naik kelas sejak tahun pertama Junior High School di sini.
Dengan catatan, kalo nggak di posisi terbawah, ya sebelum terbawah.
Aku tersenyum miris. Bukan, bukan karna rangking terbawah itu. Tapi karena mulai hari ini, sampai setahun kedepan, aku akan terkurung di penjara yang namanya sekolah. Mana ini tahun terakhirku, lagi. Sibuk sibuk deh.
Akhirnya aku dan Miyon sampai di sekolah kami. Masih ada sekitar seprempat jam lagi untuk first assembly. Setelah mengganti sepatuku*, aku langsung menuju kelas. Pengumuman penempatan kelas sudah diumumkan sejak Jum'at minggu lalu. Aku dan Miyon sama-sama di kelas 3-1. Bukan berarti aku pinter gitu ya karna masuk kelas 3-1, ini diacak kok.
(*note: di Jepang, kalo ke sekolah, harus ganti sepatu yang dipake outdoor sama sepatu putih yang dipake buat di dalem sekolah. Bentuknya kayak loker, kalian mungkin sering liat orang-orang masukin surat cinta ke tempat ini di anime-anime XD)
Sreet... Aku menggeser pintu kelasku. Beberapa anak terlihat lagi asyik ngobrol dan kenalan dan beberapa lagi nengok ke arah aku dan Miyon. Aku tersenyum simpel.
"Ohayou~!" sapaku dan Miyon berbarengan. Beberapa anak yang tahun lalu sekelas denganku membalas sapaanku dan yang gak kenal cuma senyum aja, dan selanjutnya ya sesi kenalan keliling kelas.
Aku dan Miyon berhasil dapet tempat duduk yang sebelahan. Bukan berarti satu meja gitu, bukan. Disini mejanya dipisah satu-satu. Aku dapet tempat duduk nempel jendela di barisan ketiga dari depan dan di sebelah kananku itu Miyon. Gak perlu ribet-ribet reserve tempat duduk sih, nanti kan juga diacak lagi menurut keinginan sensei. Ato mungkin diundi?
Kriingg...
Bagus. Mulai detik ini, sampe setahun kedepan, aku harus tahan dengan siksaan yang namanya 'belajar'. Ganbatte ne, Karin-chan~!
Kami semua serentak menuju hall sekolah kami untuk fisrt assembly. Biasa lah, paling ada ceramah kepsek plus ketua osis de el el. Aku dan Miyon masuk bareng-bareng ke hall sekolah dan duduk di tempat duduk yang di tunjuk sensei.
Bener kan. Seprempat jam yang lalu ceramah kepsek selese dilanjut ceramah ketua osis dan sekarang... ceramah seorang cowok blonde yang entah lah tadi dia bilang namanya siapa. Kalian gak bisa ngarepin aku untuk merhatiin apa yang mereka omongin. Tapi aku juga gak boleh ngobrol sama Miyon, jadi yaa, otak aku melayang kemana-mana deeh.
Aku mikirin Mama, Papa... Sejak sekitar setahun yang lalu mama cerai sama papa, dan ini, jujur, bikin aku sedih banget. Tapi aku gak mau keliatan kayak anak broken home yang hopeless dan lonely dan menyedihkan itu. Aku pura-pura kayak itu bukan masalah besar dan cool aja. Lagian aku punya Miyon dan temen-temen lain yang selalu support aku. Walaupun sebenernya sih aku masih pengen banget mama sama papa itu balikan lagi—yang sama sekali nggak mungkin. Jadi, ya, aku dengan tegar coba hidup bareng mamaku.
Mama kerja di suatu tempat yang kerjaannya kayak research penemuan-penemuan science gitu deh. Mamaku emang pinter sejak lahir, yang sayangnya DNA kepintaran mama nggak nurun ke aku. Kebalikannya mama, aku ini terlahir gak punya otak kayaknya. Pelajaran apa aja, dimana aja, kapan aja, selalu dibawah dan/atau pas kkm.
Yang ganggu pikiran aku akhir-akhir ini, mama kayaknya keliatan beda. Gimana ya ngejelasinnya. Bukan beda kayak jadi sedih gitu, tapi justru jadi makin hepi. Sebagai anak mama satu-satunya, aku khawatir dong. Mungkin mama akhirnya gak kuat dan jadi gila? Tapi gila macam apa yang bikin penderitanya makin hepi?
Ah, mungkin mama nemuin pengganti papa?
Nah. Itu dia. Walaupun aku tau mama dan papa udah gak mungkin lagi balikan, jauh di lubuk hatiku aku masih sayang dong sama papa. Papa masih nggak tergantikan, papa tetep jadi papaku walaupun mama udah nggak sama papa lagi.
Dan, di libur musim panas kemarin, aku berhasil membuktikan mama lagi deket sama seniornya di tempat kerja. (Walaupun aku bilang aku gak bagus di mata pelajaran apapun, tapi ternyata aku cukup jago untuk urusan stalking-stalking B) Heheheh) Namanya Kujyou Kazuto. Ganteng sih, umurnya keliatan gak jauh sama mama. Dia leader tim research nya mama, dan, ntah ini cuma aku yang nganggep ini serius apa gimana, tapi kayaknya mereka ada apa-apanya deh. Aku pernah dikenalin ke dia sekali, tapi itu udah lama banget. Aku masih Junior School dan mama masih married sama papa. Dia baik, murah senyum, perhatian deh keliatannya.
Plus, hasil stalking-ku membuktikan, istrinya Mr. Kujyou ini meninggal seenggaknya 6 tahun yang lalu. Dan dia punya satu anak cowok.
Hmmm, mungkin aku harus ngestalk anaknya, siapa tau bisa diajak kerjasam—
Miyon nyubit pelan tanganku—tau aku lagi di dreamland—membuatku balik ke dunia nyata dan pas aku sadar, ternyata assembly udah selesai dan kami harus balik ke kelas masing-masing.
Yang bikin aku kaget, si blonde tadi itu duduk dua bangku di depan ku.
Si blonde yang ceramah di assembly tadi.
Tapi padahal tadi pagi dia nggak ke kelas ini.
Mungkin dia tadi pagi rehearsal dulu sama kepsek?
Oh. My. God. Berarti kalo dia bukan kepsek ataupun ketua OSIS... Berarti...
Dia itu anak yang dapet nilai test paling tinggi tahun lalu?! Mampus. Sekelas sama orang paling pinter seangkatan, rasanya kita itu bagaikan langit dan bumi.
Ah, aku inget sekarang. Namanya Kazune kalo gak salah. Banyak anak yang suka sama dia. Dan bukan murid aja, sampe guru-guru juga gak kalah suka sama dia. Dia selalu jadi yang terbaik di pelajaran apa aja, dimana aja, kapan aja—kata Miyon.
Aku sih gak tau apa-apa tentang dia. Aku tau namanya Kazune karna banyak yang ngomongin dia. Ganteng sih, katanya pinter juga (emang pinter sih). Tapii dia terlalu jauh untuk diraih. Sekali lagi, aku dan dia itu kayak langit dan bumi. Eh, kalo langit sama bumi masih agak deket, naik pesawat juga bisa ke atas awan. Ganti deh, bagaikan galaksi bimasakti ke galaksi andromeda. Bagaikan dunia dan akhirat. Surga dan neraka.
Mungkin kalian bisa langsung suka sama wajahnya, tapi dia dingin euy kayak gunung Everest. Anehnya kok masih adaa aja gitu ya yang suka sama dia. Liat aja dia kalo sama Kazuners—fans clubnya dia—mereka tuh kayak transparan di mata Kazune. Resiko populer kali ya. Makanya aku juga heran kok dia punya temen—seenggaknya kata Miyon yang konon, pernah sekelas sama Kazune pas Junior School, Kazune punya beberapa sahabat deket. Ups, siapa deh nama keluarganya? Ketemu aja gak pernah masa langsung manggil dia Kazune. Manggil? Maksudnya nyebut nama dia di otakku yang gak jelas ini.
"Miyon, miyon, kamu tau—"
"Ohayou gozaimasu, minna." Kata seseorang dari pintu yang suskses membuatku menunda percakapanku dengan Miyon.
"Ohayou gozaimasu—" murid-murid bingung harus manggil orang ini siapa. Dia tersenyum manis di belakang meja guru.
"Saya Matsumoto Marika, wali kelas kalian untuk tahun ini, yoroshiku ne." kata Matsumoto-sensei.
"Yoroshiku."
"Ne, sebelum kita melakukan undian tempat duduk—" Matsumoto-sensei menunjuk box kecil yang dia bawa, "—pertama-tama kalian sebutkan nama kalian, ne?" lanjutnya, disambut dengan gumaman 'hai' dari murid-murid.
Dimulai dari murid dekat pintu. Aku langsung lupa namanya begitu dia selesai menyebutkan namanya. Sampai saat giliran si cowok blonde tadi...
"Kujyou Kazune desu. Yoroshiku onegaishimasu."
...disambut dengan gumaman gemas dari para cewek-cewek. Cowok berambut hitam di sebelahnhnya—ah, namanya Sakura Yuki(?) eh, Sakura? Sakurai deh kayaknya—tertawa kecil melihat banyak anak yang suka sama Kazune—eh, Kujyou.
...eh...
Kujyou?
...membuktikan mama lagi deket sama seniornya di tempat kerja. Namanya Kujyou Kazuto.
Kujyou Kazuto.
Kujyou.
'NANII?!' aku teriak tanpa suara. Miyon, yang selalu jadi yang pertama kukasihtauin saat ada perkembangan antara mama dan Mr. Kujyou, keliatan ngerti kenapa aku kayak gini dan dia keliatan khawatir juga. Kujyou Kazune mungkin punya hubungan sama Kujyou Kazuto. Hell, dia mungkin anaknya!
'Goddamn. Goddamn. Goddamn. Goddamn. Goddamn.' Aku membisikkan beberap kata sumpah serapah lain perlahan. Jantungku berdegup kencang. Apa yang harus kulakukan? Dia. Anaknya TTM-nya mama. Nggak sampe TTM lah, tapi harus gimana nih? Harus seneng? Sebel? Ngajak perang? Ngajak kerjasama?
Kerjasama. Bagus. Mungkin aku bisa mancing anaknya Mr. Kujyou biar mama gak bisa deket-deket sama papanya.
Tapi, emangnya ini baik? Mungkin mama gak ada apa-apa sama Mr. Kujyou. Mungkin kalo emang ada, itu emang baik buat mama. Sendirian itu kan gak enak. Mungkin si blonde bukan anaknya Mr. Kujyou. Mungkin dia gak deket sama papanya. Mungkin—
Otakku yang payah terus memunculkan 'mungkin-mungkin' yang lain. Aku sendiri sampai heran. Kalo dia emang anaknya Mr. Kujyou, terus kenapa?
Sampai saat aku sadar, Miyon mulai memperkenalkan dirinya dan selanjutnya giliranku. Aku melihat ke arah Kujyou Kazune. Cih, dia dengan sombongnya tetap melihat ke depan saat anak-anak yang lain sibuk melihat ke arah anak yang sedang memperkenalkan diri. Aku menelan ludah. Sekarang giliranku.
"...Hanazono—" dan aku bersumpah Kujyou kazune sedikit membalikkan badannya "—Karin desu." Dan Kujyou Kazune menatap mata Sakurai Yuki lekat-lekat dan begitu pula sebaliknya. "yoroshiku onegaishimasu."
Beberapa anak mungkin tau tentang prestasiku yang anjlok, atau mungkin heran dengan rambutku yang brunnette—yang kudapat dari mamaku. Dan aku mungkin perlu menjelaskan ke mereka kalau rambutku ini natural dan bukan sengaja di cat.
Dan Kujyou Kazune kembali menatap ke depan.
"Hai, minna, sekarang kita ambil undian tempat duduknya ya.." kata sensei yang baru saja selesai menggambar denah tempat duduk kelas di papan tulis dan menulis nomor tempat duduk di masing-masing meja di gambar denah tersebut.
"Kalian ambil satu kertas dari box ini dan kalian lihat nomer berapa yang kalian dapat, dan duduk sesuai nomor yang ada di denah di depan."
~ Denah Tempat Duduk ~
6
7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30
(jendela ada di sebelah kiri, pintu + korridor di sebelah kanan)
Satu per satu anak mulai mengambil kertas undian, dimulai dari anak yang dekat pintu, lalu anak di sebelahnya, lalu anak di sebelahnya, lalu anak di sebelahnya lagi, lalu Sakurai Yuki (aneh, kenapa cuma nama dia yang kuingat) lalu Kujyou Kazune (Oh iya, aku kan juga ingat nama dia) daan seterusnya sampe giliran Miyon, lalu aku.
Miyon dapat nomer 8, yang berarti dua dari kiri dan dua dari depan. Dalam hati aku berdoa bisa duduk di samping Miyon—meja nomer 9 masih kosong, ah! Tapi si blonde duduk di nomer 15, yang berarti tepat di belakang meja nomer 9, yang berarti kalo aku duduk di situ, si blonde ini bisa melihatku sepanjang hari,sepanjang minggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun? Sepanjang galaksi andromeda? :o (Ini lagi -_-)
"Hanazono-san, benar?" kata sensei sambil menyodorkan box nya.
Aku tersenyum tipis. "hai, sensei" dan aku mengambil kertas undianku.
Kami-sama dimanapun Engkau menempatkanku tolong tempatkan aku di tempat yang terbaik—yaitu di dekat Miyon. Kalau itu bukan yang terbaik, ya pokoknya bikin jadi yang terbaik lah. Pokoknya dekat Miyon. Harus. Doa-ku sedikit memaksa. (sedikit?)
Trengterengteng... aku membuka kertasku dengan sedikit deg-deg-an.
...a-are...
14.
...Tapi si blonde duduk di nomer 15...
Mampus
"etto... 14, sensei.." kataku pelan. Beberapa anak cewek memandang iri karna itu satu-satunya tempat di samping si Blonde yang tersedia. Di sebelah kanan si blonde, ada seorang cowok aneh yang matanya beda warna. Siapa ya namanya? Mici? Michi? Micchi?
Dan. Aku. Duduk. Di. Sebelah. Kiri. Dia.
Well, gak terlalu buruk, sih. Karna tepat di depanku, duduk gadis manis bersurai tosca bernama Yi Miyon! ^^~
Aku gak bisa menyembunyikan kegembiraanku. Bukan, bukan karna si blonde ini. Tapi... Seenggaknya di deket Miyon! Aku langsung bergerak ke tempat dudukku dan tos pelan dengan Miyon.
"Seenggaknya deket kamu~" Kataku pelan dan berusaha nggak keliatan caper ke si Blonde ini. Cewek normal mungkin langsung ngajak kenalan ke dia kalo misalnya dapet tempat duduk ini, tapi, sekali lagi, aku dan dia bagaikan galaksi bim—well, lupakan.
"E..Ehehehe..." Dan ini sih jelas kode banget Miyon pengen bilang 'woy-Karin-gimana-nih-kamu-duduk-di-samping-anaknya-TTMnya-mama-kamu!'—ehm, sekali lagi, ngga sampe TTM juga sih ya ._.
Semuanya udah dapet tempat duduk. Sensei bilang kita boleh kenal-kenalan dikit lagi, jadi anak-anak di kelas pada berpencar ke penjuru kelas—lagi. Miyon memutar kursinya dan duduk menghadapku.
Aku baru aja membuka mulutku untuk bilang sesuatu ke Miyon untuk mengalihkan perhatian, itu tepat saat—
"omae."
"e-e?"
"Kau anaknya Hanazono Suzuka?"
Itu. Ada. Suara. Dari. Sampingku. Dengan ngeri aku nengok perlahan ke arah si blonde. Dan entah kenapa aku kaget, bukannya aku menemukan muka dingin di rambut jagung seperti yang kuperkirakan, aku malah menemukan seorang anak cowok berdiri di samping meja Kujyou. Di sampingku.
Dia si Micchi itu.
"?" aku masih blank. Kali ini bukan karna dia ternyata bukan Kujyou, tapi, tau darimana dia tentang mamaku? Perasaan dia gak se-terkenal itu juga kali.
"Ah, gomen, gomen. Aku Nishikiori Michiru, ayahku itu asistennya Prof. Kujyou, ayahnya Kazune, leader tim nya Hanazono-san juga—kalau kau benar anaknya sih." Katanya sambil nunjuk ke orang di belakangnya. "Ini Kujyou Kazune." Dia mengatakan hal itu seperti ingin mengatakan ya-kamu-pasti-udah-tau-sih.
Tuh kan, bener dia anaknya.
"Ah, Hanazono Karin desu. Yoroshiku ne, etto, Micchi?" kataku yang aslinya sih pengen kenalan ke mereka berdua, tapi karna si blonde tetap gak memindahkan matanya dari depan kelas, yaudah deh, ngobrol sama Micchi aja.
"Micchi?" tanyanya bingung. "Namaku Michiru, tapi, ah terserah Karin-chan ne?"
"Ehehehe..." rasanya aneh orang yang gak kalian tau sejam yang lalu, sekarang manggil nama kecil kalian. Eh, kan aku duluan yang manggil dia Micchi ya ._. Lagian namanya Michiru, kenapa aku manggil dia Micchi? Aku sendiri gak tau kenapa.
"Eh, iya, aku anak tunggal Hanazono Suzuka. Kau kenal mamaku ya?" kataku bingung.
"Ahahah~ kenal lah, aku kan sering dateng ke tempat kerja otou-san buat belajar juga," kata Micci santai. "Kamu mirip banget sih sama Hanazono-san."
"Eh, iya, ini Yi Miyon." Kataku yang baru sadar aku telah melupakan Miyon.
"Yoroshiku ne~ Yi Miyon desu~" kata Miyon dengan semangatnya. Dibalas dengan Micchi yang juga memperkenalkan dirinya—lagi.
"Ah!" kata seseorang dari depan Miyon. Oh, dia si Sakurai Yuki itu. Ternyata dia duduk di depan Miyon.
"Kenalan ngga ngajak-ngajak." Katanya santai.
"Sakurai Yuki desu, yoroshiku ne, kalian berdua." Kata Yuki.
"Yuki-kun ya!" kataku semangat. "Hanazono Karin, desu. Yoroshiku."
"Yi Miyon." Kata Miyon. "Yoroshiku ne, Yuki-kun." Kata Miyon sedikit malu. EHM EHM, Miyon, kita perlu bicara sepulang sekolah ini nya *smirk*
"Karin-chan, Miyon-chan, ne?" jawab Yuki. Terbukti, Miyon tambah malu. EHM Miyon, kau benar-benar punya urusan denganku ya sepulang sekolah *smirk* *smirk*
Daan kita mulai ngobrolin tentang sekolah dan kelas dan apa aja—saat kubilang kita, ini entah Kujyou Kazune diitung apa nggak. Dia tetep jadi galaksi andromeda, disaat aku jadi galaks—well, lupakan.
Dan aku mulai ngerasa gak enak saat sadar kita jadi asyik sendiri—sekelas banyak yang ngelirik ato pura-pura nggak peduli sama kita. Dan untungnya sebelum dapet pandangan iri dari penjuru kelas, sensei datang dan ngejelasin apa yang harus kita lakuin selanjutnya.
To Be Continued...
A/N:
Moshi mo~
Ogenki desuka? ^^~ Aku Annadine—bukan nama asli. Akun baru. Tapi sebenernya aku juga nggak baru-baru juga sih disini, udah mulai nulis FF sejak—2 tahun yang lalu, mungkin? Yah gitu deh. Tapi aku BT sama akun aku yang lama (hiatus kelamaan) jadi aku bikin akun baru deh.
Sedikit tentang aku, aku dari Jakarta dan besar di Jakarta—masih 13 tahun sih—dan baru aja pindah ke Inggris sekitar Oktober lalu. Awal-awal pindah ya sibuk banget; dan sekarang saat udah relax, aku bosen plus plus, akhirnya nyoba bikin FF lagi deh.
Sedikit tentang cerita ini, mungking ngga bagus-bagus amat ya, udah lama gak nulis FF masalahnya (not to mention tentang bokap yang maksa suruh bikin blog, jadilah FF sebagai pelarian XP), jadi mohon dimaklumi ya. Ceritanya tentang Karin yang ortunya pisah (tbh, ortu aku baik-baik aja jadi maaf kalo feel-nya gak dapet ._.) dan... Ternyata hottie di kelasnya—di sekolahnya malah—adalah anaknya seseorang yang Karin tebak ada sesuatu sama mamanya. Ini baru chapter pertama jadi belom keliatan kok pokok masalahnya :p Kelanjutannya tebak sendiri ya~
Itu aja deh, AN kepanjangan. Jangan segan buat review yaa~ Oh ya, makasih banyak udah nyediain waktu kalian yang berharga buat baca cerita ini (plus AN ini juga :3)~~ Makasih banyak~
P.S. Aku akan bales review kalian! ^^ Ditunggu ya~
.
.
.
Belfast, 28th January 2015, 08:08 PM GMT
Annadine Amoris x
