Title: Break The Nightmare King
Summary: Yang dia tahu hanyalah dia tadi tertidur di rumahnya yang gelap dan nyaman. Entah bagaimana dia sekarang terjebak seperti ini.
Pairing: Guardians (minus Tooth)/Pitch. Yep. Fivesome with super-uke!Pitch
Rate: T for now, M for later chapter.
Disclaimer: Ya, udah pada tau kan Rise of the Guardians bukan yang saia? Kalo ada yang nganggep itu yang saia, cuman ada dua kemungkinan. Dia terlalu baik ato dia itu pasien rumah sakit jiwa yang baru kabur.
Bacotan: Rikues dari Saint-Chimaira yang sebenernya gara-gara saia hasut juga *tabokked*. Hehehe, saia juga ga tahu kenapa ini muncul. Saia cuman ngetik tiga kalimat pertama dan ketika lagi PM-an sama Saint-Chimaira, bam, ini muncul ide untuk ngelanjutin tiga kalimat yang tadinya ga tau mau saia apain jadi kayak gini. Sumpah, saia ga tahu kenapa saia bisa bikin yang kayak gini! *crosses finger, bo'ong*
Tadinya saia bikin ini less-desperate, tapi tiba-tiba malah jadinya rada Angst gagal gini. Euh.
Btw, untuk lihat North yang versi mudanya, lihat aja di tumblr-nya ionahi. Ada disitu *plakked lagi karena seenaknya make karya orang*
Okeh, walopun saia ga yakin, enjoy~! :D
Malam yang indah di Santoff Clausen. North sibuk memahat bongkahan es di mejanya, Phil si yeti sedang sibung mengangkat barang, Dingle si elf sedang membuat kekacauan bersama dengan elf-elf lainnya.
Sedikit lagiiii… batin North sambil memberikan detail-detail kecil dan halus pada pahatannya.
Jadilah sebuah kereta api yang dapat berjalan di rel yang terbuat dari es juga. Ketika rel itu menanjak dan terputus, kereta es itu mengeluarkan sayap dari pinggir badannya dan terbang.
"Ohohoho, kali ini berhasil!" sahut North dengan bangga. Tapi tawa bahagianya itu langsung digantikan oleh erangan sebal katika lagi-lagi seekor yeti membuka pintunya dengan tiba-tiba, yang membuat daun pintu itu menghempaskan kereta es yang meluncur di udara. "ARGH! Sudah berapa kali kubilang? KETUK PINTU!" teriak North kecewa sambil mengusir yeti itu keluar dari kantornya. Mulutnya mengeluarkan kata-kata kasar dalam bahasa Rusia sambil mendorong si yeti. Dia lalu meratapi sisa-sisa dari kereta esnya.
"Ayolah, North. Kau tidak perlu semarah itu," suara Tooth mengalihkan perhatiannya.
"Yeti tidak mengetuk pintu. Tidak pernah!" balas North.
"Kau lupa kita seharusnya mengadakan rapat bulanan, mate," Bunny langsung menambahkan.
"Kami sudah menunggu selama tiga jam sejak terakhir kali kau bilang 'sebentar lagi' dan kau masih belum mau keluar," kata Tooth lagi.
Jack memilih untuk diam saja dengan Sandy karena dia tidak yakin mau berkata apa. Paling-paling yang keluar dari mulutnya adalah hinaan yang memang biasa terlontar.
"Baiklah, baiklah," North akhirnya meneyerah. Sambil sekali lagi menatap 'bangkai' kereta esnya, dia menutup pintu kantornya.
"Kau tahu, Tooth? Setiap kali kalian mengatakan 'rapat bulanan', aku selalu mengira bahwa kita bakalan benar-benar rapat, padahal aku tahu kita palingan hanya diam sambil makan kue dan minum eggnog," ucap Jack sambil memutar-mutar tongkatnya di tangan kanannya.
"Oh, Jack. Kau lebih suka kalau kita benar-benar rapat?" tanya Tooth prihatin.
"Tidak sih. Hanya saja, gimana kalau kau menggunakan istilah yang lebih tidak formal? 'Kumpul-kumpul' misalnya?"
Selain bercandaan Jack yang lebih banyak garingnya daripada lucunya, 'rapat bulanan' itu hanya dipenuhi oleh obrolan-obrolan tidak berguna seperti misalnya bagaimana cara masuk ke dalam rumah dengan menggunakan cerobong asap dari North, atau menghias telur Paskah yang baik dan benar dari Bunny, tips-tips menyikat gigi yang tidak membosankan dari Tooth, dan dengkuran tanpa suara dari Sandy.
Sampai akhirnya seorang tamu tak diduga memutuskan untuk bergabung, membuat cuaca di luar menjadi mendung dan langit menjadi gelap.
"Halo, Guardians," ucap si tamu.
"Mother Nature!" sapa North dengan senang. "Ah, senang bertemu denganmu!"
Wanita berambut hitam panjang itu tersenyum. "Senang bertemu kalian juga, Guardians. Oh, kau Jack Frost?" ucapnya sambil berjalan mendekat pada Jack. "Kau lebih tampan dari yang kudengar."
Selapis tipis es melapisi pipi Jack. "Oh, eh, ya, euh… terima kasih," balasnya sedikit tergagap.
Tooth langsung terbang dan memeluk Mother Nature. "Senang sekali bertemu denganmu," ucapnya. Ketika dia melepas wanita berambut hitam itu, Tooth bertanya, "Jadi, apa yang membawamu kesini?"
"Ya, aku ada perlu denganmu, Toothiana. Tapi aku tidak bisa menemukanmu di Istana Gigi, dan perimu mengatakan kau disini."
"Jadi?"
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Empat mata."
"Baiklah. Kalian, jangan ikuti kami," Tooth mengingatkan Guardian yang lain.
"Jadi, tadi kalian membicarakan apa, sih?" tanya Jack penasaran ketika akhirnya Mother Nature pulang.
"Itu kejutan untuk bulan depan, Jack sayang," balas Tooth sambil tersenyum.
"Oh, ayolah? Kumohon? Kau boleh melihat gigiku sampai kau puas?"
Akhirnya Tooth menyerah. "Baiklah. Besok, kita berkumpul disini lagi. Mother Nature akan memberikan barang bagus padaku."
Gelap. Dan hanya gelap. Sang Nightmare King menyeret kakinya yang lemas dan menghalau seekor Nightmare dihadapannya. Dia lelah sekali. Butuh setahun lebih untuk kembali mendapat kendali atas bahwahannya, dan dia sedang muak didekati oleh makhluk-makhluk hitam yang langsung mendekatinya seakan meminta maaf setiap kali mereka melihatnya atas perlakuan mereka yang kasar dulu.
Dengan lunglai, dia menaiki tempat tidurnya. Dia hanya bisa mengutuk dan meringis mengingat betapa sedikitnya rasa takut yang sekarang memenuhi bumi. Tidak ada lagi anak-anak yang percaya padanya. Oh, hebat.
Dengan kesal, Pitch menutup matanya sambil berharap ketika dia membukanya lagi, dia hanya berada dalam mimpi buruk dan terbangun untuk menemukan bahwa dunia ini masih diselimuti oleh ketakutan dan teror.
Tapi, Pitch Black tidak pernah menyangka ketika dia membuka matanya, dia sudah tidak berada di rumahnya lagi melainkan sebuah ruangan terang yang dipenuhi dengan bunga-bunga berwarna-warni.
"Apa-apaan ini…?" tanyanya bingung. Ketika dia mencoba bangun, bunyi rantai mebuatnya sadar bahwa dia tidak akan bisa kemana-mana.
Sebuah suara mengagetkannya. "Halo, Pitch Black. Senang bertemu denganmu."
Dia memalingkan wajahnya pada suara itu. Wanita dengan rambut hitam panjang dan mata sehitam langit malam.
"Kau… Mother Nature…?"
"Apa ini?" tanya Bunny sambil mengamati cairah merah-nyaris-hitam bening di gelasnya.
"Sedikit hadiah dari Mother Nature. Ayo, diminum. Kalian pasti kan suka."
"Euh, Tooth, aku tidak boleh minum alkohol."
"Jack, umurmu 318—oh, 319 tahun! Lagipula, ini bukan alkohol."
"Tapi baunya menyengat. Enak dan manis, tapi menyengat."
Tooth berkacak pinggang. North dan Sandy tidak protes. Mereka tahu kalau Tooth sudah seperti itu, tidak akan ada gunanya protes. "Kenapa kau tidak minum juga?" tanya Bunny.
"Aku masih punya sebotol di rumah. Ayo, minum," perintahnya.
Dengan ragu, para Guardian minus Tooth mengangkat gelas mereka dan mereguk isinya. "Hm… enak," komentar Jack sebelum akhirnya meminta tambah.
"Sedikit pahit, tapi enak," ucap Bunny.
"Aku tetap lebih suka vodka, tapi ini tidak buruk," North menambahkan.
Sandy sudah menyodorkan gelasnya untuk meminta tambah.
Sebotol minuman asing, dan mereka semua terlihat baik-baik saja.
Sampai ketika North mengeluh tulang-tulangnya terasa ngilu dan Sandy juga demikian. Bunny dan Jack baik-baik saja.
North langsung berlari ke ruang kesehatan untuk mencari obat karena ngilu di tulangnya makin bertambah sementara Sandy memilih untuk diam.
Sebuah asap menutupi Sandy dan ketika asap itu menghilang, Sandy bukan lagi pria kecil dengan wajah bulat. "Uh-oh. Sepertinya minuman ini membuatku kembali ke bentuk asliku," ujarnya dengan suaranya yang rendah.
"Woah! Kangguru, Sandy bicara!"
"Apa?"
Sandy yang baru—yang tinggi, dengan badan proporsianal, tulang pipi yang tinggi dan lembut, mata hazel hangat, dan rambut yang sedikit lebih berantakan dari biasanya tapi masih disisir ke belakang—hanya menggidikan bahunya sambil tesenyum kecil pada Jack dan Bunny.
"Dan inilah alasan kenapa aku memakai bentuk palsuku. Aku yang seperti ini terlalu banyak bicara," ujarnya sambil tertawa.
Terdengar teriakan dalam bahasa Rusia. Seorang pria dengan rambut cokelat yang berantakan dan sedikit janggut berwarna cokelat berlari ke workshop. "Astaga! Aku bertambah muda berapa puluh tahun!" teriak pria itu.
"Euh, North?" tanya Jack tidak yakin.
"Ya, memangnya siapa lagi?" tanya pria yang ternyata adalah North itu.
Dan akhirnya mereka menyadari satu hal. "Mana Tooth?"
"Mother Nature~! Semuanya sudah siap~!" suara ceria Tooth memenuhi rumah Mother Nature yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang menyebarkan wangi yang menyegarkan.
"Oh, cepat sekali. Sudah kuduga, kau memang cocok dengan pekerjaan ini," ucap wanita bermata hitam itu ketika dia keluar dari sebuah ruangan. Gaun hujaunya yang panjang terseret di lantai. "Sekarang, kita hanya harus mencari cara memindahkannya ke Santoff Clausen," tambahnya lagi sembil menunjuk ke dalam kamarnya.
Di atas tempat tidurnya, terbaring Pitch yang tertidur, mungkin karena pengaruh obat.
Tooth mengangkat tangannya dan memperlihatkan kubah salju yang biasanya digunakan North untuk teleportasi. "Bagaimana?"
Mother Nature tertawa. "Ah, ya. Kau memang benar-benar pantas kupercayakan untuk membantuku."
End of Chapter 1
Euh. Maaph. Sebenernya ini one-shot, tapi karena kepanjangan, ya saia potong sebagian. Hehehe…
Ampun! Tolong jangan rajam saia!
Euh. Okeh. You can kill me now.
Ripiu ya~!
Love and a bit of angst
Shirasaka Konoe
