Naruto belong to Masashi Kishimoto

Friendship and Romance

Warning! Naruto POV, AU, OOC, Typos, Missing Text, Etc.

...

Story line by Timochin


Malam ini bulan bersinar dengan terangnya, menampakan cahaya lembut untuk menyinari bumi. Kerlap-kerlip bintang menambah kesan malam yang indah. Membuat semua makhluk hidup yang ada dibumi terkagum akan pesonanya.

Namun, sepertinya tidak semua makhluk dibumi menikmati malam yang indah ini. Nyatanya, seorang pemuda bermanik sewarna dengan langit ini tengah terduduk disebuah taman sambil menundukkan kepalanya. Tangannya mengepal dengan keras.

"Kenapa aku harus merasakan hal ini.." Lirihnya sangat pelan. Bahkan orang-orang disekitarnya pun tidak menyadari bahwa pemuda ini tengah berbicara.

Tanpa ia sadari, setetes air matanya telah tumpah..

|H|E|A|V|E|N|L|Y| |D|A|Y|S|

Semoga hari ini ten..

"Minato! Kenapa kau selalu pulang terlambat?!" Teriak seseorang dari luar kamarku.

Haahh.. Lagi-lagi mereka bertengkar. Ya, siapa lagi kalau bukan kedua orang tuaku. Semenjak tousan sering lembur kerja, kaasan selalu saja marah-marah. Tentang alasan mengapa selalu lembur, atau alasan mengapa tousan tidak lagi makan bersama.

Benar-benar membuatku muak.

"Kau tahu sendiri 'kan alasannya Kushina. Perusahaanku sedang mengalami penurunan."

"Tapi 'kan setidaknya kau bisa memberitahuku terlebih dahulu!"

"Tadi aku sedang rapat dengan Shion Corp.. Tidak sempat, Kushina"

PLAK!

"Dasar pembohong! Aku tahu, sebenarnya tadi kau sedang bersama Shion bukan! Bahkan kau sedang makan malam bersamanya!"

"Tidak! Bukan seperti itu! Lagipula siapa lelaki yang kemarin mengantarkanmu pulang, HAH!"

BRAK!

Dengan sengaja aku membuka pintu dengan keras. Sampai membuat pintu itu menabrak dinding. Tepat setelah itu, mereka terdiam.

"Lanjutkan obrolan kalian." Ucapku dengan sinis tanpa melihat mereka. Lalu aku melangkah menuju tempat dimana jaketku disimpan.

"N-naru.."

"Aku akan keluar. Tenang saja, aku tidak akan mengganggu kalian." Lanjutku memotong pembicaraan kaasan. Setelah itu aku membuka pintu, dan keluar.

"Lihat, Minato! Naruto menjadi seperti itu. Ini semua sa-salahku.. hiks.."

Samar-samar, aku mendengar kaasan mulai menangis. Cukup. Aku sudah tidak tahan lagi. Ini semua benar-benar menyakitkan mendengar setiap malam mereka bertengkar terus. Khayalanku tentang malam yang damai dan penuh suka cita, benar-benar sudah lenyap.

...

Hey.. Malam ini sangat indah ya.. Bulan bersinar dengan terang, bintang-bintangpun tak kalah bersinarnya. Ditambah cahaya dari setiap bangunan, bumi semakin bersinar ditengah kegelapan malam. Sangat cocok untung berjalan-jalan bersama keluarg-ga..

Hey.. Kenapa mereka selalu meributkan hal yang belum tentu benar adanya? Kenapa mereka selalu tidak memperdulikanku? Kenapa mereka selalu.. selalu.. Arrggh!

Sial! Sial! Sial!

Jalanku mulai cepat seiring detak jantungku yang terus meningkat. Sampai akhirnya aku berlari, mencoba untuk menerobos jalan yang ramai. Meski sebenarnya aku ingin menenangkan jantungku, tapi entah mengapa yang ada dipikiranku saat ini adalah berlari. Melarikan diri, eh? Entah, aku tidak peduli.

Tiba-tiba.. BRUK!

Aku mendongakkan kepalaku yang tertunduk. Mencoba untuk melihat apa yang telah terjadi. Ya ampun! Aku telah menabrak seorang wanita tak bersalah! Kenapa aku harus menabrak wanita disaat yang tidak tepat seperti ini? Sial!

"Maafkan aku. Aku tidak melihat anda tadi, maaf." Ucap wanita itu sambil tertunduk.

T-tunggu.. Bukankah aku yang seharusnya minta maaf karena sudah menabrakya? Tapi kenapa malah dia yang meminta maaf? Ini membuatku semakin bersalah.

"Tidak, aku yang salah. Maafkan aku sudah menabrakmu. Sini, biar aku bantu." Ucapku sambil mencoba untuk tersenyum. Terpaksa sih, tapi mau bagaimana lagi? Kemudian aku mengulurkan tanganku untuk membantunya agar bisa berdiri kembali. "Umm, terima kasih ba.." Ucapannya terhenti ketika melihatku. Matanya melebar, seolah mengatakan ia tidak percaya apa yang telah ia lihat. Dan tentu saja itu membuatku bingung. Apa aku terlihat begitu menyeramkan? Tapi entah mengapa, aku tidak memperdulikannya. Bukankah setelah ini aku bisa melanjutkan 'aktivitas'ku?

"Kau terlihat murung." Ucapnya kembali setelah ia tersadar, mungkin? Ohh.. ternyata hanya itu toh. Tapi, hey! Kenapa dia bisa tahu aku sedang tidak dalam keadaan yang baik? Apakah wajahku mengatakannya dengan jelas bahwa aku sedang mengalami malam yang buruk?

"Mau ikut sebentar denganku? Hitung-hitung sebagai tanda perminta maafanku." Ucapnya lagi. Kali ini ia tersenyum lembut.

Jujur saja, sebenarnya aku tidak tertarik. Tapi melihatnya yang menatapku sambil memohon membuatku tidak bisa menolak ajakannya. T-tapi, aku juga ingin menyendiri. Bagaimana ini?

"Hanya sebentar.." Ucapnya sambil terus memohon. "B-baiklah.." Ucapku agak canggung dan.. sedikit tidak percaya, mungkin? Entahlah. Tapi, wajar bukan? Aku belum pernah bertemu dengannya. Tiba-tiba saja dia mengajakku untuk ikut dengannya. Itulah yang membuatku semakin ragu.

Akhirnya kami berjalan beriringan menuju suatu tempat yang aku kenali. Tempat yang menjadi salah satu daftar tempat yang ingin aku kunjungi saat ini. Tempat favoritku ketika aku sedang bersedih. Tempat itu adalah.. taman. Ketika malam tiba, taman akan menjadi sepi. Hanya beberapa orang saja yang datang. Karena itu, tempat ini sangat cocok untuk menyendiri. Ditambah taman ini sangat luas. Jadi kemungkinan akan diganggu kecil.

...

Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Dan menoleh padaku. "Tunggulah sebentar, aku akan pergi ke sana." Ucapnya sambil menunjuk ke arah sebuah mesin minuman kaleng. Aku hanya mengangguk. Setelah itu, dia pergi dengan sedikit berlari.

Pandanganku aku edarkan ke keseliling taman. Tanpa ragu-ragu, aku langsung berjalan menuju sebuah kursi taman yang berada tidak jauh dariku ketika aku melihatnya. Kemudian aku menduduki kursi itu. Seketika saja pekiranku melayang kembali pada kejadian di rumah.

Padahal dulu mereka sangat akur. Meskipun ibu selalu marah-marah, tapi pada akhirnya mereka tertawa bersama. Meskipun ayah selalu telat pulang, tapi ibu tetap memikirkan hal yang positif tentang ayah. Meskipun aku selalu tidak mendengar perkataan ibu, ibu tidak pernah menangis seperti tadi. Tapi kenapa sekarang ibu selalu memikirkan yang tidak benar dengan ayah? Kenapa sekarang ayah tidak bisa meredakan ibu yang sedang marah-marah? Kenapa..

"Kenapa aku harus merasakan hal ini.." Aku bergumam dengan sangat lirih, atau mungkin terdengar bisikan? Tanpa aku sadari, tanganku terkepal kuat. Tubuhku bergoncang hebat. Juga, air mataku berhasil lolos dari bendungan. Sungguh, ini sangat menyakitkan. Aku hanya ingin kembali seperti dulu. Kembali menjadi keluarga normal, bukan seperti ini.

Apakah aku membuat kesalahan sehingga Kami-sama memberikan cobaan yang begitu berat padaku. Apa salahku? Apakah aku selalu tidak mendengarkan perkataan ibu? Kalau begitu, kumohon, maafkan aku Kami-sama. Aku berjanji akan mendengarkan perkataan ibu. Dan aku akan melakukan apa yang ibu suruh padaku. Tapi, kumohon kembalikan keluargaku seperti semula..

Aku meremas-remas rambutku. Mencoba untuk mengurangi rasa sakit dihati. Mataku tak henti-hentinya mengeluarkan cairan. Sangat menyedihkan.. Tapi tiba-tiba saja..

PLUK!

Sebuah sapu tangan menempel pada lenganku. "Kau menangis. Ini pakailah," ucapnya tersenyum lembut. Saat aku lihat, ternyata dia adalah wanita tadi yang aku tabrak. Kemudian aku mengambil sapu tangannya. Dengan cepat aku menghapus air mataku. Sebenarnya ini sungguh memalukan. Aku terlihat lemah dihadapan wanita ini. Sial!

"Ini untukmu. Malam ini begitu dingin. Dengan jaket setipis itu, kau pasti kedinginan 'kan?" Ucapnya sambil memberikan sebuah minuman kaleng hangat. Setelah aku menerimanya, dia duduk disampingku dan meminum minumannya.

"Terima kasih. Seharusnya aku yang melakukan ini, aku yang menabrakmu." Ucapku. Memang seharusnya begitu bukan? Tapi malah dia yang seperti ini.

"Tidak apa-apa. Lagi pula aku tidak terpaksa kok." Jawabnya sambil tersenyum. Mata tanpa pupilnya, kini sedang menatap langit yang penuh dengan bintang. Melihat itu, aku pun tidak sanggup untuk tidak melakukan apa yang ia lakukan. Karena aku tahu, malam ini adalah malam yang indah. Tapi tak seindah hatiku sekarang.

"Sekali lagi terima kasih, umm.. ano.." Ucapanku terhenti ketika mengingat bahwa aku tidak tahu namanya. "Hinata. Panggil saja aku Hinata. Maafkan aku tidak memperkenalkan diri sebelumnya, aku benar-benar lupa." Aku menggelengkan kepala tanda aku tidak mempermasalahkannya. "Terima kasih, Hinata. Kau benar-benar baik. Dan namaku, Uzumaki Naruto. Panggil saja Naruto, salam kenal." Ucapku kembali.

"Umm. Salam kenal, Naruto-kun." Ucap Hinata sambil tersenyum. Entah kenapa, ketika aku melihat senyumannya, pipiku terasa panas. Atau.. Ah, sudahlah. Aku tidak mau memikirkannya.

Tepat setelah acara berkenalan itu selesai, kami terdiam. Menikmati hembusan angin yang terasa dingin memasuki pori-pori tubuhku. Aku tidak tahu apa lagi yang harus aku bicarakan dengannya. Mengingat aku sedang dalam keadaan yang tidak baik, aku tidak banyak bicara. Meskipun disekolah aku terkenal dengan ocehan mulutku.

Beberapa menit kemudian, Hinata membuka mulutnya. "Kau tahu? Kau benar-benar terlihat murung tadi." Ucapnya tanpa melihatku. "Maka dari itu, aku ingin mengajakmu kesini. Siapa tahu saja, kau bisa lebih tenang. Tapi aku malah membuatmu menangis, maaf ya. Aku tidak bermaksud seperti itu."

Dari nada bicaranya, terdengar ia sangat menyesal. Hey.. Aku baru tahu, ada wanita seperti dia. Padahal kami baru bertemu, tapi kenapa dia memperdulikanku? Ini membuatku bingung. Apa yang harus aku jawab?

"T-tidak. Aku memang a-akan kesini kok. Kau tidak perlu meminta m-maaf." Ucapku terbata. Apa aku menjawabnya dengan benar?

"Syukurlah. Aku benar-benar memikirkan hal itu tadi." Kali ini Hinata tersenyum kembali. Membuatku membalas senyumannya. Setelah itu, keadaan menjadi hening kembali.

Ketika malam semakin dingin, aku melihat Hinata mengeratkan jaket tebalnya melalui ekor mataku. Bahkan hembusan nafasnya pun sangat terlihat jelas di udara. Setelah itu Hinata berdiri.

"Kurasa aku harus pulang." Ucapnya. Tanpa menungguku untuk berdiri, dia telah berjalan mendahuluiku. Aku lupa, bagaimana dengan sapu tangannya? "Hinata, tunggu! Bagaimana dengan sapu tanganmu?" Tanyaku sambil berdiri.

Dia berbalik, kemudian menjawab pertanyaanku. "Simpan saja. Kalau kau ingin mengembalikannya mungkin lain waktu. Yang pasti kita akan bertemu kembali." Ucapnya sambil tersenyum. Kemudian dia berjalan kembali. Baru saja beberapa langkah, tiba-tiba dia berhenti lagi. Tapi kali ini, dia tidak berbalik untuk memandangku.

"Naruto-kun, kau tidak boleh menunjukkan wajah murungmu di sekolah. Kau tahu apa yang akan terjadi bukan? Tetaplah tersenyum, Naruto-kun." Ucapnya. Memang, dulu ketika aku sedih, aku pernah tidak tersenyum sama sekali. Alhasil semua orang mengejekku karena aku terlihat lemah dan payah. Maka dari itu, aku selalu tersenyum menampakkan cengiran khasku. Tapi, hey! Darimana dia tahu tentang itu? Seingatku, kami baru berkenalan dan aku tidak pernah berkata apa-apa tentang sekolah. Tapi..

"Kalau begitu sampai jumpa, Naruto-kun." Pikiranku terhenti ketika mendengar ucapannya. Kali ini dia benar-benar akan pulang. Dia tidak membalikan badannya lagi. Bahkan kini aku sudah tidak melihat wujudnya lagi. Entah kenapa, aku ingin dia terus bersamaku disini.

Hey.. aku baru sadar. Hatiku sudah tenang. Rasa sakit yang tadi sempat menggerogotiku, sudah pergi dan hilang entah kemana. Digantikan dengan perasaan yang begitu tenang dan nyaman. Apakah ini semua karena wanita itu? Wanita yang telah aku tabrak? Wanita tanpa pupil, yang bernama Hinata itu?

Kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih padanya.

Kemudian aku duduk kembali. Kurasa aku tidak akan pulang secepat ini. Ah iya, aku lupa belum meminum minuman kaleng yang diberikan Hinata padaku.

Mataku melebar kaget ketika aku melihat nama minuman kaleng tersebut. Ternyata ini adalah minuman kaleng favoritku. Tapi kenapa dia bisa tahu? Aku benar-benar dibuat bingung olehnya. Sebenarnya siapa dia? Siapa Hinata? Mengapa dia tahu sesuatu yang belum aku katakan padanya. Bahkan sampai minuman favorit pun dia tahu..

Hinata, wanita itu begitu misterius..


TSUZUKU


A/N :

Nyahoooo~~~ Kembali lagi bersama saya!

Ini pertama kalinya aku bikin fic multichapter.. Aku enggak tau bakal kapan updatenya, tapi akan aku usahakan secepatnya. Oh iya, fic ini enggak bakalan sampe belasan. Palingan sampe 6-7 chapter :D

Maaf juga nih, chapter pertama word nya cuma sedikit. Tapi nanti bakal banyak kok.. Janji deh.. Terus kalau misalkan alurnya kecepetan maaf juga.

Semoga fic aku semakin baik ya.. Sampai jumpa lagi di chapter 2! :D

.

Read and Review, Please? ;)