Disclaimer : Naruto_Masashi Kishimoto

Disclaimer : Hate You_ Dhiya Chan

Genre : Romance, Conflik, FriendShip

Pair : Sasuke Uchiha & Naruto Uzumaki

Warning : Shounen Ai, Ga Normal, Ngaco Bin Ngaur, Typo ingin selalu hadir.
Bagi yang Ga suka, silahkan menyingkir sebelum beradu debat dengan Saya!


.

.

.

..(^_^)d..

Summary : Orang-orang sering bilang lebih baik urusi saja urusanmu dari pada mengurusi orang lain. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Naruto, disaat melihat sang pujuaan hati ditolak mentah-mentah oleh seseorang pemuda. Malapetaka pun datang kepada Naruto mengetahui pemuda itu adalah...

.

Hate You! (Beginning Of Destruction)

..

.

Disebuh gedung Sekolah Menengah Pertama, Konoha (Jepang).

"Naruto!" panggil seorang pemuda dengan tato segita bewarna merah dikedua pipi memacukan langkah kaki mengejar sosok pemuda berambut pirang yang akan tenggelam diantara koloni siswa luar gedung sekolah.

Yang dipanggilpun memutar tubuh beberapa derajat kearah kiri ketika pendengarannya menangkap suara yang bisa dikatogorikan tidak asing dikedua telinganya. Sang pemuda berambut coklat acak-acakan layaknya mie instan terengah-engah begitu si target tepat ada dihadapannya. Bukannya berniat mengeluarkan sepatah kata menanyakan ada apa gerangan sang teman mengeluarkan suara super duper cempreng memanggil-manggil namanya ditengah kemantapan hati ingin merileks kan otak sehabis ujian nasional dengan segera bercumbu pada kasur empuk dirumah sambil membayangkan betapa nikmat memeras susu sapi untuk dijual agar bisa mendapatkan sedikit money. Oke! Jika para Readres terhormat sekalian dimana pun anda berada berpikiran si bocah pirang ini seorang perternak sapi. Jawabannya adalah bukan! Sekali lagi bukan! Tapi kenapa bisa kegiatan paling termesum didunia (Memeras susu Sapi, pelecehan pada binatang./ Bagaimana bisa?/ Oke! Abaikan untuk yang satu ini) ditampilkan oleh si author? Hey! Apakah kalian pernah mendengar permainan 'Panen-Tiap-bulan' yang kerja nya menanam, memanen, berternak, berjual, mengurus para binatang-binatang yang didalam dunia kita sendiri bisa mengeluarkan suara embek, embo', bahkan kukuriuk atau sejenis, sebangsa, dan setanah air dari kumpulan-kumpulan itu. Baiklah! Back to topic. Intinya bocah ini sama sekali tidak peduli dengan upaya sang sahabat yang sepertinya ingin memberikan kabar istimewa, dan bahkan~! Kabarnya pun mengalahkan popularitas presiden kulit belang-belang pertama di Amerika sana.

"Hey! Rubah jelek! Tunggu dulu" si teman berusaha keras memanggil bocah tak tau diri sedang meninggalkan dirinya berjalan beberapa langkah.

"Apa sih Kiba! Aku harus cepat-cepat pulang. Kaa-san mungkin sudah menunggu ku dirumah sana" dan sepertinya jawaban si rambut pirang tidak disambut baik oleh si teman karna dia tau, teman bodohnya ini sedang berbohong. "Ada berita menggemparkan! Kau pasti akan tertarik mendengarnya."

Si pirang hanya mendengus kesal. Apa-apa'an sih temannya ini! Kenapa percaya diri sekali berita yang katanya menggemparkan itu (Dari raut wajah Kiba terlihat jelas), bisa menarik perhatiannya. "Aku tidak akan tertarik! Sudah sana, pulang. Jangan menggangguku!" Naruto hanya menggerakkan tangan kanan dengan gerakan mengusir bebek , berharap laki-laki pencinta bintang dengan lidah menjulur dan liur menetes-netes itu pergi dari hidupnya (Kejam amat si Naruto).

"Kau yakin tak tertarik? Hahh~, padahal aku ingin sekali memberitahukanmu. Atau setidak nya membantu mu dari perasaan bertepuk sebelah tangan pada gadis berambut permen karet itu. Kalau kau tidak tertarik, ya~ sudah."

Naruto mengeratkan gigi graham bagian belakang mendapati sang penganggu melenggang pergi dengan santai tanpa dosa sama sekali. Kenapa harus berdosa pula? Toh hanya menyampaikan berita saja. Dan tentu saja bagi Naruto, itu sebuah dosa teramat besar karna sahabatnya itu telah berani-berani mengganggu perjalanan menentramkan untuk sampai rumah, mengusik dengan kata-kata yang merobohkan iman untuk pulang, dan seenaknya saja ingin pergi sebelum menuntaskan berita menggemparkan (Kata Kiba) itu. Cukup sudah kesabaran Naruto menghadapi sikap jelek temannya yang bisa membuat seluruh darah naik keubun-ubun. "Berita apa?"

"Katanya tadi tidak tertarik~"

"Oh ayolah Kiba, berhentilah menggodaku dengan pertanyaan menggelikan itu. Cepat katakan berita apa, sebelum aku mengobrak-abrik surga duniawi mu. Oh, apa kau lebih suka aku memasukan racun di makanan wajib anak-anak berbulu mu itu? hah?"

"Ck! Tidak ada hubungannya mereka dengan berita ini. Dan ku ingatkan padamu, jangan coba-coba melakukannya bila kau benar-benar ingin ku laporkan pada badan perlindungan para hewan biar kau dipenjara. Percobaan pembunuhan binatang tak berdosa itu lebih berat dari sekedar menjadi pejabat bertubuh bola melakukan korupsi disana-sini."

Naruto memutar bola matanya bosan, "Berhentilah mengoceh seperti perempuan, dan jelaskan secara langsung, terperinci, dan lengkap berita apa yang kau ingin laporkan padaku tadi. Ada ada dengan Sakura?"

Baik! Naruto telah bosan dengan permainan tebak-tebakan dari Kiba dengan kata kunci 'Aku tahu tentang apa yang tidak kau tahu'. Ya, sahabat nya ini memang benar- benar bisa membuat Naruto mendadak migrain hanya dengan mengucapkan satu suku kata, 'Sakura'. Gadis berambut soft pink, dengan mata hijau emerland adalah sang pencuri hati pemuda bermata sapphier cerah itu. Memang segela rayuan, kata-kata termutira didunia, boneka-boneka chibi berbulu selembut sutra, bunga, pernak–pernik telah ikut andil dalam rencana PDKT ala Naruto. Namun apa yang Naruto dapatkan? Jangankan balasan cinta, kata terima kasih pun jangan harap bisa keluar dari gadis itu. Ck! Mungkin sebaiknya bagi yang telah mendapat penolakan mentah-mentah seperti ini, akan berfikir seribu kali untuk mengenang nama gadis itu. Tapi Naruto? Mungkin system yang dianut bocah itu adalah 'Maju Tak Gentar', hingga walaupun sudah di tolak, bahkan di umpat permisa. Di UMPAT! Tetap membuat pemuda bermarga Namikaze itu tak goyah. Ampunn dah!

Kiba tersenyum simpul, akhirnya kata-kata yang ia nantikan bisa dikeluarkan juga. "Tapi, ku harap kau tidak masuk rumah sakit hanya karna percobaan bunuh diri, Naruto. Ingat! Jika kau sudah mendengar ini, tarik nafas yang dalam, lalu keluarkan secara perlahan. Mengerti?!" Kiba menatap pemuda itu tajam. Menekankan setiap baris kata bahwa kalimat yang akan ia keluarkan bisa membuat jantung sang sahabat turun dari tempat yang seharusnya berada. "Ck! Cepatlah. Jangan bertela-tele seperti ini!"

Satu tarikan nafas panjang dari hidung mancung Kiba, mulai mengawali pokok pembicaran. "Ku dengar di sebuah café taman kota, Sakura akan mengungkapkan perasaannya pada pemuda yang ia sukai! Dan lebih gawatnya, pemuda itu lebih tampan dari mu sobat. Jadi ku harap kau jangan berkecil hati karna Sakura telah memiliki pacar dan yang jelas, orang itu bukan dirimu" Kiba menepuk-nepuk punggung Naruto yang sudah terbelalak kaget. Oke! Sudah pasti semua orang telah memperkirakan bagaimana perasaan Naruto saat ini.

\(´▽`)/

.

.

"Apakah kau serius? Kalau kau ingin terbunuh di tangan gadis karate itu, kumohon jangan ajak aku karna aku masih sayang pada nyawaku, Naruto." Kiba bersama Naruto yang mengendap-ngendap di sebuah bonsai ditaman kota, menarik lengan pemuda didepannya yang ia yakini pikiran si pirang melang-lang buana mencari cara menyelamatkan stastus si gadis impian sehingga curhatan hati Kiba pun tak digubris Naruto. "Hey! Dengarkan aku, stupid! Sakura akan sangat murka jika ia tau kau telah menggangu momen bersejarah dimana gadis itu bermandikan taburan bunga cinta telah berhasil mendapatkan sang pujaan hati yang ia idam-idamkan selama tiga tahun hancur hanya karna kehadiran mu! Kau akan masuk liang lahat my friend!"

Naruto yang mendengar kata tiga tahun reflek menoleh kearah Kiba. "Tiga tahun?"

"Syukurlah kau masih ingat dengan ku Naruto! Kupikir otak sempit mu itu tak lagi mengingat ku karna hanya ada Sakura, Sakura, dan Sakura!" Kiba bersembur-ria, berhasil perhatian Naruto kembali terarah padanya. "Apa maksudmu dengan tiga tahun? Jadi selama ini kau menyembunyikan kenyataan dimana Sakura menyukai orang lain saat ia mendaftarkan dirinya pertama kali di sekolah kita, dan kau diam saja saat aku bilang padamu bahwa aku menyukai gadis itu?! Heh~! Bagus! Kau teman yang pengertian ternyata" ucap Naruto sarkatis.

"Hah~~, aku tidak menyembunyikan darimu, aku sudah bilang padamu sebelumnya untuk berhenti menyukai gadis itu kan?"

"Oh yeah. Menyuruhku berhenti. Ku garis bawahi, menyuruhku berhenti. Tapi itu tidak termaksud dalam kumpulan kata, kau memberitahukanku kebenaran Sakura menyukai orang lain selama tiga tahun! Selamat kawan! Kau berhasil membuat perasaanku bertambah buruk sekarang sehingga benar-benar menginginkan kematian." Naruto mengerling sinis pada Kiba. Kiba hanya menghela nafas berat.

"Lalu apa lagi yang kau tunggu disini? Kau sudah tahu Sakura tidak akan pernah menjadi milikmu. Jadi untuk apa lagi kita bermain kucing-kucingan disini, lebih baik kita pergi saja Naruto" ajak Kiba menarik Naruto yang sepertinya sangat amat menikmati tempat persembunyian dadakan ini.

"Wait a minute, Kiba. Aku ingin melihat seperti apa laki-laki yang disukai Sakura. Dan bila benar, laki-laki yang sangat disukai Sakura, lebih tampan dariku. Aku akan akan tangan, dari detik ini hingga ajal pun menjemput aku akan melupakan gadis Haruno itu."

"Terserah kau saja, Naru-"

"Diam lah Kiba!, Mereka sudah datang" Naruto menutup mulut Kiba dengan tangan kanan, begitu pandangan mata sapphier-nya menangkap sosok gadis berambut pink muda plus seragam SMP seperti yang ia kenakan, dengan seorang pemuda berambut raven seperti pantat bebek, berwajah errr… ia memang tampan dan e'hem sedikit angkuh dari wajahnya yang datar itu. Style nya pun oke, terlihat dari t-shirt ketat putih berbalut jaket hitam dengan topi dibelakang punggungnya. Jaket tersebut sengaja tidak ia kancing hingga orang-orang bisa melihat dengan jelas bentuk dadanya yang bidang dan sixpact tentunya bukan kerempeng seperti Naruto. Sepatu skets hitam pun tampak senada dengan penampilanya. Menambah kesan woww~ gitu. Naruto hanya menghela nafas panjang melihat pemuda yang disebut-sebut Kiba, orang yang sangat disukai Sakura. Benar-benar berbanding terbalik dengan dirinya. Of course, Naruto. Sangat berbanding terbalik malah.

Melihat gerakan bibir Sakura seperti sedang membicarakan sesuatu, Naruto pun mencodongkan tubuhnya lebih dekat dengan si target plus telinga super tajam ia tegakkan ingin mendengar lebih jelas.

"Hem~ Uchiha-san. Ehh.. (Sakura menggaruk pipinya canggung) Ma-Maaf menggang-u waktumu, ta-tapi ada satu hal yang ingin kubicarakan sejak dulu pada Uchiha-san" Iww~, Naruto benar-benar ingin sekali membutakan mata-nya didetik itu juga saat melihat wajah putih Sakura berhiaskan semburat merah. Apa-apa'an sikap Sakura itu?! Kenapa giliran Naruto mengungkapkan rasa sukanya pada Sakura malah diterjang habis-habisan, sekarang kenapa malah bersikap malu-malu tapi mau begini didepan pemuda itu?! Uhhh! Menyebalkan! Ini tidak adil bagi Naruto! Tanpa sadar, buku-buku jari Naruto yang sedang menutup mulut Kiba memutih seketika. Kontan saja korban yang disekap oleh Naruto meronta, menyentil telinga Naruto meminta agar tangan tak beretika itu berhenti berteger seperti burung perkutut di mulutnya. "Sakit tahu! Apa yang kau lakukan?!" Bisik Naruto mengelus-ngelus telinga yang disentil Kiba.

"Justru aku yang harus bertanya padamu, kau benar-benar ingin mempertemukan ku dengan malaikat maut ya?! Tega sekali hanya karna Sakura kau mau membunuh teman sepermainanmu yang telah ada disampingmu bahkan sebelum kau berhasil memegang botol susu secara tegak tanpa bantuan kakakmu. Kau ini benar-benar telah buta hanya karna Sakura!" Kiba mengalihkan wajahnya kesamping, mengeluarkan jurus super ngambeknya pada sang sahabat. Naruto hanya mengkerucutkan bibirnya, masih setia dengan pose membelai-belai telinga. Ingin sekali Naruto memukul kepala mi itu dengan tongkat golf kepunyaan ayahnya, tapi harus ia urungkan niat itu mengingat benda itu tidak hadir menemaninya, dan hey kids! Kau ingin uang sakumu berkurang selama 1 bulan bila tongkat sehidup semati ayahmu bengkok berciuman dengan rambut coklat acak-acakan itu? No-no-no~. Sibuk berkutat dengan kelakuan sahabat Dog Boy-nya, telinga sensitif Naruto menegak mendengar kata yang bisa membuat jantungnya berdetak tak karuan. Keringat dingin mengucur deras, ah~! Seharusnya ia dengar saja apa yang Kiba katakan padanya tadi. Daripada harus stand by disini seperti orang kelebihan kerjaan ingin mengetahui siapa gerangan pemuda 'beruntung' mendapatkan Sakura, dan apa yang akan dia dapatkan dari hasil mengendap-ngedap seperti ini? Cinta Sakura? Come boys, bukan cinta yang kau dapatkan, malah sakit hati man!

"A-Aku sebenarnya ingin sekali mengungkap kan hal ini pada mu sejak pertama kali melihatmu ditaman ini 3 Tahun yang lalu. Tapi aku-"

"Langsung saja. Aku sibuk" ucap pemuda itu dingin. Memasukkan kedua tangannya kesaku celana jeansnya.

"Heh! Apa-apa'an sikap pemuda itu! Seharusnya dia senang disukai gadis manis seperti Sakura. Kenapa sok-sok bersikap acuh begitu! Menggelikan" Naruto menoleh kearah Kiba dengan telunjuk mengarah ke pemuda berkulit putih itu. "Yang bilang Sakura manis cuma kau seorang Naruto. Dan lagi, jangan terlalu berisik. Kau benar-benar ingin dihajar Sakura, ya?"

"Diamlah Kiba! Kau yang terlalu sering bergaul dengan anjing mana bisa membedakan gadis manis atau tidaknya. Dasar! Karna kau, aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan" Kiba hanya mampu bersunggut-ria. 'Bukannya kau yang berisik dari tadi'

"Ah~, ak-aku.." Sakura tampak salah tingkah ditatap pemuda yang ada didepannya dengan intens. Tangan kanan Sakura pun tak henti-hentinya menggenggam dan memainkan ujung rok seragam yang ia kenakan. "A-Aku.. (Glup) A-Aku menyukaimu Uchiha-san! Kumohon, jadilah pacarku!" Teriak Sakura lantang, dengan kepala tertunduk.

Hancur.. Itulah yang Naruto rasakan saat ini ketika mendengar pengakuan itu dari bibir Sakura. Naruto merasa dunia-nya seakan runtuh. Posisi tubuhnya yang semula berjongkok, kini terduduk lemas ditanah. Tak kuat menahan beban tubuhnya yang tiba-tiba merasa tak bertenaga sama sekali, seperti diserap habis oleh kata-kata Sakura. "N-Naruto.." Kiba menyentuh pundak Naruto. Well, Kiba merasa sangat bersalah sekali pada sahabat pirangnya ini. Bersalah karna terlalu cepat mengabarkan berita yang seharusnya ia tahu, itu akan membuat sahabatnya menderita. Yah nasi sudah jadi bubur. Naruto telah tahu, dan dilihat dari keterdiaman bocah itu, ia pasti saat ini sangat shock. "Kau tidak apa-apa teman? H-Hey ayolah. Perempuan masih banyak didunia ini. Tidak hanya Sakura saja. Masih banyak perempuan yang lebih manis, cantik, tidak kasar seperti Sakura, menunggu mu diluar sana. Kau ingat Hinata? Dia itu menyukaimu loh dari dulu. Kau mau nomor handphonenya? Aku puny-"

"Kiba..." Lirih Naruto pelan.

"Eh?!"

"Aku tidak apa-apa. Kau tenang saja. Yaa.. Aku.. Baik-baik saja..." Gumam Naruto sangat pelan di kalimat terakhir. "Sangat baik.." Mata Naruto tampak sendu, melihat tanah yang ia pijaki sekarang. Bohong kalau dia bilang, ia baik-baik saja. Kondisinya saat ini sangat tidak baik, buruk malah. Tapi apa mau dikata? Naruto sudah terlanjur sakit hati, dan sekarang apa yang harus ia lakukan. Menangis? Ayolah, Naruto itu laki-laki. Masa hanya karna ini, ia harus menangis. Apa kata dunia?! Ditolak Sakura saja, dan diumpat, ia masih bisa berdiri dengan tegak, malah makin gigih. Masa mendengar pengakuan cinta dari Sakura harus drop begini. No way! Naruto harus tetap tegar, semangat! Kalau perlu Naruto langsung mendatangi Sakura, mengucapkan selamat atas pacar barunya. Iya! Itulah yang harus ia lakukan!

"Kiba, ayo kita pul-"

"Tidak."

Suara bariton khas nan dingin berhasil menginterupsi Naruto dan Kiba yang ingin beranjak keluar dari tempat persembunyian mereka. "Eh?!"

"U-Uchiha sa-n.." Lirih Sakura dengan tangan gemetar, menyusul butiran bening sebening kristral pun jatuh dipipi.

"Perlukah aku mengulang untuk yang kedua kalinya" sosok itu masih tetap menampakkan wajah angkuhnya, aura dingin, dengan pandangan mata setajam elang.

"T-Tapi-.."

Pemuda berambut hitam sekelam malam berjalan perlahan kearah Sakura, berhenti tepat didepan gadis itu. Didekatkannya telinga si gadis dengan bibirnya berjarak 1 setengah senti, "Apa kau tidak pernah bercermin? Pandangilah dirimu, dan lihatlah. Menurutku, kau sangat tidak pantas menjadi miliku"

'GRASAK!'

"Brengsek!" Umpat Naruto berlari dan langsung mencengkram erat baju pemuda pantat bebek.

'Buggh!'

"Kau ini laki-laki atau apa hah?! Tega sekali berbicara seperti itu!"

"Na-Naruto!" Teriak Sakura saat melihat kepalan tangan berkulit tan mendarat mulus di kulit pria yang beberapa menit lalu menolak cintanya.

"H-Hay Sa-Sakura" sapa Kiba sejenak, kemudian beralih kearah laki-laki yang sedang mencengkram baju pemuda yang lebih tinggi dari bocah pirang itu. "N-Naruto sudahlah, ayo kita pulang" paksa Kiba berusaha melepaskan genggaman tangan Naruto.

"Lepaskan Kiba! Aku ingin buat perhitungan dengan orang tak tahu tata krama ini!" Geram Naruto makin erat mencengkram baju Sasuke. Malah kini kepala pirang itu makin mendekat kearah wajah putih semulus porslein itu, seolah-olah menantang pria yang ada dihadapannya. "Naruto, berhenti! Lepaskan Uchiha-san! Jangan buat keributan disini"

"Tidak akan! Jangan pinta aku berhenti Sakura. Orang ini memang pantas dihajar! Seenaknya saja berbicara begitu kasar dengan seorang wanita!" Naruto menatap nyalang Sasuke.

Sasuke mengerling sinis pada bocah yang ada didepanya. Darah yang mengalir disisi bibirnya, ia jilat, dan meludahnya ditanah, "Mulut, mulutku. Apa urusannya denganmu?"

Gigi-gigi Naruto bergemelutuk menahan amarah yang begitu memuncak diujung kepalanya, tangan Naruto yang masih mencengkram erat t-shit Sasuke bergetar hebat. Ingin sekali ia menghajar pemuda yang ada dihadapannya sampai babak belur rata seperti telur dadar!

"Kau-.."

"Naruto! Sudah cukup kumohon hentikan! Aku mohon, hentikan Naruto!" Sakura berlari kearah Naruto, menggenggam erat tangan Naruto yang ingin kembali mendarat di wajah Sasuke. "Aku mohon hentikan Naruto. Ini demi aku, aku mohon. Jangan buat keributan disini"

Naruto terpana, sekaligus miris melihat kondisi gadis yang ia sukai. Air mata yang merebak. Sekilas melihat saja, Naruto bisa menebak air mata itu adalah airmata kesakitan karna telah ditolak oleh orang yang ia cintai. Naruto mengerti itu, mengerti bahwa Sakura tidak ingin orang yang ia sukai dilukai oleh orang lain. Naruto mengerti sekali. Karna ia pun sekarang sedang mengalami hal itu. "Jika kau memang ingin menolak Sakura... Setidaknya ucapkan 'Maaf, aku tidak bisa', lalu pergilah tanpa harus melihat kearahnya lagi. Itu lebih baik dari pada harus mengemukakan asumsimu tentang pantas atau tidaknya Sakura untukmu. Sakura sudah cukup sakit akibat penolakkan darimu, jangan buat dia tambah sakit. Hargailah sedikit perasaan seorang wanita, karna mereka sangat rapuh bila tersakiti" Naruto melepaskan genggaman pada t-shit Sasuke. "Kiba ayo kita pulang, ajak Sakura juga"

.

.

.

Sudah satu minggu kejadian itu berlalu, tak ada diantara Kiba, Naruto baik Sakura membahas insiden penolakan itu. Semua kembali seperti semula. Naruto bukannya berharap dari kejadian itu, hubungan dirinya dan Sakura bisa sedikit umm.. Paling tidak bisa jadi teman mengobrol -mungkin-. Tapi tampaknya hal itu tidak terjadi, terlihat dari sikap Sakura yang seperti kemarin-kemarin lalu sebelum kejadian itu terjadi. Tak ada sekedar sapa-menyapa menanyakan 'Hay Naruto, bagaimana kabarmu' atau 'Terima kasih Naruto, atas yang kemarin'. Yaa sudahlah, toh Naruto tidak membutuhkan itu. Lagi pula sekarang Naruto mulai mempersiapkan diri menyambut sekolah barunya dan tentunya tingkatnya sekarang bukan lagi bocah yang sering bermain layang-layangan sore hari dilapangan pinggir sungai. Kini sekarang ia sudah memasuki frase tahap 'Kedewasaan'. Hahaha! Bangga sekali Naruto menyandang gelar itu. Tak hanya bangga, tapi ini sebagai pembuktian pada sang Nii-san dan Kaa-san bahwa ia bukan lagi bocah yang harus dikhawatirkan bila pulang terlambat 30 menit saja.

Hari ini, hari dimana Naruto berdiri digerbang sekolah 'Konoha High School', sekolah barunya, berkumpul dengan para calon siswa lain mendengar arahan dari pihak sekolah untuk menjalani Masa Orientasi Siswa selama 3 hari. Walaupun Naruto belum menjadi siswa resmi, tapi kan tidak lama lagi ia akan bergabung juga. Jadi boleh dong Naruto gaya sedikit mengakui diri menjadi bagian dari sekolah paling favorit seantero Konoha ini.

"Oi Naruto! Kau masuk kelompok Blackberry juga?"

"Kiba! Kau juga ya" cengiran khas dengan deretan gigi berkilau menghiasi wajah Naruto ketika melihat sosok pemuda berambut coklat, bertato segitiga warna merah dipipi menghampirinya.

"Ck! Dunia sempit sekali, aku kira kau tidak akan diterima disekolah ini melihat keterbatasan yang kau miliki. Ternyata.."

"Apa maksudmu dengan keterbatasan, hah! Kau mengajakku berantem ya?!" Berang Naruto mempersiapkan tangan kirinya memukul pemuda doggy itu.

"Naruto!"

Mendengar ada suara familiar di belakang Naruto dan Kiba, membuat keduanya serentak menoleh. "Sa-Sakura!" Teriak NaruKiba. Mata Sakura membelalak kaget melihat pemuda pirang sedang tersenyum kearahnya. Segera ia pacu langkah kakinya menghampiri kedua pemuda dengan rambut berbeda warna itu. Panik, gusar, dan khawatir, sangat kentara diwajah cantik gadis berambut 'bubble gum' tersebut bila dilihat baik-baik oleh Naruto dan Kiba. "Kenapa kau disini? Apa yang kau lakukan, hah?! Cepat pergi sana" Sakura membalikkan tubuh Naruto, lalu mendorongnya.

"Hey Sakura! Apa yang kau lakukan, hah! Kau tidak boleh bersikap seperti itu pada Naruto sebenci-bencinya kau dengan dia. Kau ini perempuan, bersikaplah lembut sedikit. Naruto itu telah banyak berbuat baik padamu. Ucapkan lah setidaknya terima kasih padanya. Dan bila kau benar-benar tidak ingin Naruto hadir didepan kedua matamu, tenang saja. Aku akan menjaga Naruto baik-baik agar tidak dekat-dekat dengan gadis tak berperasaan, tak tahu terima kasih seperti kau!" Kiba menunjuk wajah Sakura dengan telunjuk tangan kanan. "Hey Kiba! Jaga sikapmu baik-baik, jangan terlalu kasar begitu dengan Sakura"

"Apa?! Apa aku tidak salah dengar Naruto. Demi Tuhan! Aku ini sedang membela mu, aku tidak ingin kau sakit hati lagi dengan gadis ini. Kenapa kau malah menyalahkan ku seperti ini?! Harusnya kau berterima kasih aku sudah menolongmu. Lagi pula gadis tidak tahu tata krama ini memang pantas diperlakukan kasar. Karna sikapnya juga sangat kasar padamu. Wajarkan aku bersikap seperti ini terhadap dia!" Lagi-lagi telunjuk Kiba mengarah pada Sakura. "Hey Sakura, sebaiknya cepat kau pergi dari hadapan kami. Kau tidak berhak mengusir Naruto, karna sekarang dia bersekolah disini. Mengerti?!"

Mata emerland Sakura membelalak kaget, "A-Apa? Na-Naruto seko-lah disini?" Tak percaya, begitulah nada yang ditangkap Naruto dan Kiba dari bibir Sakura. Membuat alis kedua pemuda itu bertaut, binggung ada apa dengan gadis ini sebenarnya. Apa Sakura telah mendadak gila hanya gara-gara ditolak pria berpantat bebek tak punya sopan santun itu?

"Iya, memangnya kenapa? Kau tidak suka Naruto bersekolah disini, hah?!" Nada sinis dan tidak suka masih menguar dari balik tubuh Kiba. Sakura menarik nafasnya menggebu, memburu layaknya nenek-nenek terkena serangan penyakit asma. "Tidak boleh, kau tidak boleh disini. Kau tidak boleh sekolah disini Naruto! Sebaiknya kau cepat-cepat pergi dan mencari sekolah yang lain! Jangan disini Naruto" Sakura makin gencar mendorong-dorong tubuh Naruto agar keluar dari kerumunan manusia-manusia di halaman Konoha High School.

Kiba yang mulai jenggah dengan sikap Sakura yang seenak perutnya memperlakukan Naruto, menarik tangan gadis itu kasar yang masih setia di bahu Naruto. "Kau ini kenapa sih! Memangnya kenapa Naruto tidak boleh sekolah disini? Apa hak mu menyuruh Naruto keluar dari sekolah ini? Sekolah ini punya kakekmu, ayahmu, pamanmu? Tidak kan?! Jadi berhentilah bersikap menyebalkan begini, dan pergilah dari hadapan kami"

"Kiba.." Naruto melotot kearah Kiba. "Apa?! Aku hanya tidak suka kau diperlakukan begini. Kau seperti orang idiot, didepan gadis ini, tahu!"

"Naruto, kumohon Naruto. Pindahlah kesekolah yang lain Naruto. Disini berbahaya. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu" Sakura menggenggam tangan Naruto erat, membuat pipi tan dengan 3 garis halus seperti kumis kucing merona hebat. "Eh? Berbahaya? Kenapa bisa bahaya? Disini bukan sekolah teroris kan? Sampai kau bilang berbahaya begitu" tanya Naruto berhasil menguasi dirinya yang sedang dilanda goncangan detak jantung tak menentu.

"Sekolah ini, Uchiha-san bersekolah disini. Dan ku dengar, dia senpai yang paling ditakuti seluruh murid sekolah. Sungguh Naruto, aku tidak bermaksud mengusirmu tapi aku tidak mau terjadi hal yang buruk denganmu" Sakura menatap Naruto penuh harap. "Tunggu dulu, Uchiha-san? Emm.. Sepertinya aku pernah dengar nama itu. Tapi dimana ya?" Naruto menekuk tangan kanan di dagu, tanda sedang berpikir.

"Bodoh!" Kiba memukul kepala pirang itu dengan kekuatan penuh. Kesal bukan main mendapati kelemotan sahabatnya itu ditengah situasi yang akan mengancam nyawanya kelak. "Kau benar-benar bodoh Naruto! Aku heran kenapa kau bisa lulus sekolah, sementara IQ-mu ini tidak ubahnya seperti anak kakek-kakek mau uzur. Dasar!"

"Aduh~ ~, sakit bodoh! Kau pikir kepalaku ini apa, hah! Seenaknya saja kau pukul begini. Aku benar-benar bisa gegar otak lama-lama kau pukul seperti ini terus" Naruto mengusap kepalanya berulang kali. Berharap rasa sakit itu segera musnah tak berbekas. "Habis kau ini terlalu bodoh! Masa kau tidak ingat siapa pria bernama Uchiha_Uchiha itu. Dia pria tempo hari yang kau pukul saat di taman cafe kemarin, bodoh!"

"Aah~! Ia pria dengan rambut pantat ayam itu kan? Aku ingat sekar- tunggu dulu! Jadi dia senior kita disekolah ini Sakura?! Begitu" Sakura hanya mengangguk singkat. "Aku tidak begitu khawatir bila ia senpai kita Naruto, tapi yang kutakutkan adalah dia dendam padamu karna kau pukul kemarin. Kudengar juga, dia adalah salah satu siswa pembuat onar disekolah ini, berkali-kali masuk dalam daftar siswa reputasi paling terburuk, akibat perkelahian, tawuran, membolos, bahkan guru-guru disini sudah kewalahan menghadapi sikapnya yang pembangkang, tak mau menurut. Ak-Aku khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan berhubungan dengan dia, Naruto. Aku tahu ini semua terjadi karna salahku, tapi sekarang masih ada waktu. Kau harus secepatnya pergi dan cari sekolah lain Naruto. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu"

"Kenapa kau tidak bilang Sakura. Arggh! Aku tidak mungkin begitu saja keluar dari sekolah ini. Masalahnya, Tou-san ku sangat ingin aku bersekolah disini, dia pasti tidak akan mengizinkanku untuk pindah kesekolah lain. Bagaimana ini" Naruto mengacak-acak surai pirang itu frustasi.

"Bilang saja yang sebenarnya. Paman pasti mau mengerti" saran Kiba, dan hal hasil ia mendapat deathglare terbaik dari Naruto. "Kau gila! Tou-san pasti akan mengamuk, Kiba. Kalau dia tahu aku seperti ini gara-gara berkelahi dengan pria pantat ayam itu. Aku belum siap puasa mie ramen Ichiraku selama 2 bulan!"

"Gzzz! Terus apa yang akan kau lakukan? Kau ingin terus disini sampai kau meregang nyawa, begitu?" Kiba bersedekap dada, mendapati keegoisan temannya ini lebih memilih ramen ketimbang nyawanya sendiri. Benar-benar!

"A-Aku akan menghindari senpai itu! Lagi pula dia tidak tahukan kalau aku bersekolah juga disini. Dan juga untuk selama 3 hari kedepan, aku akan aman. Sekolah pasti menon-aktifkan rutinitas belajar mengejar karna adanya MOS yang kita jalani ini. Para senpai pasti memilih tidak sekolah, dia juga tidak termaksud anggota OSIS. J-jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan seka-"

"Hey kalian semua, kenapa malah berdiri saja! Cepat masuk kekelas. Aku akan memberikan informasi penting pada kalian!" Teriak kakak kelas yang bertanggung jawab pada kelompok Naruto.

.

.

.

"Aduh, dimana toiletnya ya? Kenapa sekolah ini sangat luas sekali sih!" Naruto celingak-celinguk tak karuan melihat kekiri dan kekanan mencari toilet laki-laki. Tak tahan ingin mengeluarkan hasrat cairan bening akibat terlalu banyak menegak air mineral sehabis lari keliling lapangan sepak bola sebanyak 7 kali. Busyet! Baru pengarahan saja sudah capek begini, apalagi MOS tiga hari nanti. Mati mendadak mungkin lebih tepat untuk menggambarkan betapa galak, nan mengerikan kakak-kakak OSISnya tadi. Huh! Ditambah harus memakai aksesoris norak lagi! Name tag dari kardus dililitkan tali rapia, topi terbuat dari karton menyerupai topi nenek sihir, dasi dari tali tambang sebanyak bulan kelahiran dileher, tas dari karung bekas, ini sekolah apa sirkus sih?! Kenapa harus pakai benda-benda menjijikan begitu! Segitu irikah kakak-kakak OSIS mereka melihat tampang adik-adik kelas yang sangat tampan dan kawaii-kawaii dari mereka seperti Naruto ini? (Readres: Hueek!). Hingga menyabotase ketidak sukaan mereka dengan mengatas namakan semua aksesoris itu pihak sekolah yang menginginkan. Astaga..

Naruto yang terus berkuat dengan pikirannya sendiri tentang betapa menyebalkan senior-seniornya, tercengang melihat tempat yang ia pijaki sekarang. 'Ohh may gos! Ini dimana?! Aku tersesat, seseorang tolong aku!' Batin Naruto berada di sebuah lorong panjang yang tidak ia ketahui bagaimana bisa ia ada disini. Bagaimana cara Naruto kembali kekelompoknya yang lain? Kiba dan Sakura pasti saat ini khawatir padanya, dan terlebih lagi kakak-kakak killer itu, pasti pasang wajah membunuh begitu sadar Naruto tidak berada ditempat. Bagus! Baru datang sehari, kau sudah memulai awal yang buruk Naruto!

Tak peduli kemana harus melangkah, Naruto tetap saja memacu langkah kakinya sembarang arah, mengikuti insting. Siapa tahu saja, ia tiba-tiba bisa keluar atau paling tidak bertemu dengan seseorang agar bisa bertanya dimana pintu keluar sekolah ini. Tapi yang jadi permasalahanya, adakah seseorang yang sedang berada dibangunan kosong ini? Arggh! Mana sebentar lagi akan gelap, melihat cahaya matahari berwarna jingga telah menari diufuk barat terpantul dari ventilasi. Teman-teman yang lain pun sepertinya sudah akan bersiap-siap pulang. Mengingat waktu acara -perkenalan singkat- dengan sekolah barunya ini sudah akan habis. Jika kau tidak ingin bermalam disekolah ini, gunakanlah otakmu Naruto mencari cara agar bisa keluar dari gedung menyesatkan ini.

'BRAK!'

Secepat kilat, Naruto pun menoleh kearah suara seperti benda jatuh. 'Glup!', ini tidak mungkin hantukan? Mengingat hari akan beranjak gelap. Ditambah mitos yang beredar dijepang kalau gedung sekolah itu biasanya tempat para hantu berkumpul. Hiiiiyyy! Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Naruto berdisko-ria. Apalagi kalau bertemu? Uhh~, benar-benar akan mati mendadah nih, terkena serangan jantung.

"Uhhh~~"

Aha! Mendengar suara desahan itu, membuat Naruto sedikit lega. Pasti ada seseorang disini, dan kemungkinan itu bukan hantu. Hantu tidak mungkin menakut-nakuti dengan suara desahan, kan? Sinar matahari juga masih ada, jadi kemungkinan 98% itu hantu. Sangat NIHIL!

'Treek~!' Naruto membuka sedikit pintu sebuah ruangan yang ia yakini sang suara desahan itu berasal dari ruangan ini. Naruto sengaja mengintip-ngintip seperti orang mau maling, takut gitu kalau sosok yang mendesah itu adalah kakak kelasnya yang lagi 'uhh-ahh-uhh'. Bisa brabe kan ganggu orang yang sedang nikmat-nikmatnya pacaran. "Engg~" terdengar lagi suara erangan nan erotis tersebut, membuat Naruto was-was takut kalau yang sedang berada diruangan ini seniornya yang sedang pacaran. Uggh! Kenapa Naruto bisa ketiban sial begini! Dibalik sebuah rak buku-buku tinggi hampir mencapai atap ruangan, terlihat punggung sosok berbaju seragam Konoha High School bersender disisi rak. Kalau dilihat-lihat, sepertinya sosok itu sedang sendiri, tapi kenapa ia mendesah sebegitu keras seolah-olah sedang berada di puncak kenikamatan? Ayolah Naruto! Berhenti berpikir, dan secepatnya keluar di ruangan terkutuk ini. Kiba sudah menunggumu diluar sana.

"Permi-"

'Brukk!', baru akan menyebut sepatah kata, buku yang berada tersusun tinggi dilantai belakang punggung Naruto ambruk tiba-tiba. Sehingga sosok yang berada didalam ruangan itu, menatap langsung Naruto yang berada dibalik rak buku.

Terkejut. Itulah yang dialami oleh Naruto saat melihat penguni ruangan itu adalah..

"Kau-.." Suara dingin nan berat dengan mata merah seperti orang mabuk menatap nyalang Naruto. "-Melihat 'nya'.." Pemuda berpantat ayam itu menatap Naruto dengan pandangan menusuk, aura membunuh begitu terasa dikulit Naruto, nada suara itu tampak lebih menyeramkan serta menakutkan dari seminggu yang lalu ia dengar.

Mata sapphier Naruto yang semula terbelalak kaget melihat pemuda bermarga Uchiha itu didepannya, tambah shock mendapati benda yang dipegang pemuda itu. I-Itukan, alat untuk menghisap... Narkoba.. Ohh my! Sepertinya Naruto tahu nada kemarahan yang ditunjukkan senpai Naruto itu. Iya, marah karna ia ketahuan sedang memakai barang haram, yang otomatis akan diketahui pihak sekolah kalau bocah pirang itu membeberkan semuanya. Ia tidak bisa diam saja. Harus ia sumpal mulut menghasilkan suara cempreng ini agar 'Rahasia'nya tidak diketahui siapapun!

"Aku tanya padamu sekali lagi. Kau melihat'nya'? Hn?" Sasuke perlahan bangkit, mendekat kearah Naruto. Tidak ada lagi wajah tembok di tampilkan pemuda bermata onyx itu, tidak ada lagi senyum kaku, yang ada sekarang wajah berniat melenyapkan Naruto didetik itu juga dengan seringai mematikan seperti iblis muncul dineraka. 'Naruto! Lari! Ayo lari Naruto! Kau dalam bahaya' teriak inner Naruto berusaha menyadarkan fungsi syaraf yang tiba-tiba mati rasa seperti ini. Ini buruk! Sasuke pasti dalam keadaan sakau. Dan author jamin, ia tidak akan segan-segan membunuhmu Naruto!

Naruto yang berhasil tersadar dari lamunan super leletnya, menyentak kakinya berlari keluar ruangan itu. Melihat si target kabur, Sasuke pun ikut berlari mengejar Naruto yang telah membanting pintu ruangan. Kaki-kaki jenjangnya, ia pacu sedemikian cepat, deras, tak ingin tertangkap pembunuh sedang berlari mengejar dirinya. Mata Naruto bergerak liar, mencari jalan untuk ia tempuh secepatnya. Mengindar dari Sasuke yang semakin cepat mengejarnya. Seakan-akan Naruto itu seekor tikus berlari menghindar terkaman elang terbang tinggi diangkasa. Menuruni tangga, belok kekiri, belok kekanan, masuk kedalam lorong ini, keluar dari lorong sana, telah Naruto lakoni. Berharap ia segera keluar secepatnya dari gedung sekolah, menaiki taksi, dan nyawa pun selamat sampai dirumah. Kepala Naruto yang masih intens mencari jalan keluar, melirik sedikit kebelakang. Melihat apa Sasuke masih mengejar atau tid- oke! Saat ini Sasuke masih gigih untuk mendapatkanmu Naruto. Setelah menempuh perjalanan 27 menit berlari-larian hingga membuat perut Naruto sesak. Ingin pingsan didetik itu juga, mendapat pertolongan dari Tuhan. Melihat para calon siswa yang baru keluar dari ruangan masing-masing, membuat Naruto bisa bernafas sedikit lega, membaur bersama teman yang lain menghilangkan jejak Sasuke yang 100% pasti masih mengejarnya.

"Naruto! Kau ini kemana saja sih. Aku mencarimu dari tadi. Kau sengaja bolos ya, agar tidak diomeli lagi sama kakak Osis bermulut petasan itu" dengus Kiba sambil melempar tas Naruto yang ia genggam.

"Hosh-hosh! Go-Gomen. Aku tadi tersesat, dan sebaiknya kita pulang saja. Nanti ketinggalan bis. Ayo!" Tanpa ba-bi-bu, Naruto langsung menyeret lengan Kiba. Berlari kecil menyusuri halaman sekolah yang telah dipadati ratusan murid-murid dengan seragam beraneka motif dan warna. Berlari sejauh mungkin, menghindari sosok yang sedang buas menatapnya di pintu masuk gedung sekolah. Seringai iblis pun tercetak di wajah tampannya. Sangat kontras dengan bagian putih di matanya berwarna kemerahan. Di dalam hati, ia bersumpah tidak akan melepaskan pemuda yang telah mengetahui rahasia terbesarnya. Bersiaplah Naruto, masa MOS-mu akan benar-benar berubah menjadi seperti di.. Neraka...

.

To-be-countinue...

.


.

.

...

Kembali dengan fic baru (\(´▽`)/ ).. Hahaha, dhiya pasti dihajar masa nih, belum kelar fic lama udah maen update aja fic gaje ini..

Udah gatel nih tangan pengen publish ini fic, dari pada jamuran datanya dihp dhiya.. Oke! Bagi yang udah baca harap review yaaa.. Wajib! *nodong pake pisau, di tendang readres*