Disclaimer : Still, not my own.

Notes : Saya dapet Writer's Block buat ngelanjutin fic yang You Are My Nightmare. Bener deh minta maaf banget dan terima kasih buat yang udah review. Saya udah bikin cerita baru aja sekarang. Maaf ya. Dan yak, semoga terhibur dengan fic yang satu ini. Oh ya, dan maaf untuk chapter ini kalau sangat sedikit. Insya Allah di chapter berikutnya agak panjangan. Silakan :-D

Clematis Parthenocissus

Chapter 1. Mean

"Halaman seratus lima puluh tiga."

Pomona Sprout dengan gaya khasnya berjalan di antara meja-meja dua kursi yang di atasnya terdapat tanaman merambat yang tengah menari-nari—seperti tanaman air. Topi kumuhnya masih menjadi bahan tertawaan murid-murid. Apalagi kalau sudah tiba-tiba menutupi mata dan profesor yang gemuk itu harus dengan susah payah membenarkan posisinya lagi. Bibirnya melengkung ke atas, dan itu yang selalu ia berikan pada murid-muridnya tercinta setiap pagi.

Kini tanaman-tanaman merambat yang menari itu tengah menjadi objek penelitian murid kelas enam tahun ini. Batangnya kecil, umumnya tanaman merambat biasa. Daunnya bergerigi dan terdapat beberapa duri kecil di tiap batangnya. Objek penelitian itu tertanam dalam pot bertanah berukuran kecil.

Ronald Weasley tertidur nyenyak di atas lengannya yang ia lipat di atas meja, sementara Profesor Sprout sedang menerangkan karakteristik tanaman yang ternyata bernama Clematis Parthenocissus itu.

"… dan jangan harap kalian akan selamat ketika tangan kalian tertusuk duri tanaman it—Mr Weasley!" Sentak profesor Sprout ketika sampai di samping meja Ron dan Hermione. Hermione terlonjak kaget, lalu menyikut lengan Ron keras-keras. Mengaduh, Ron menggaruk-garuk rambutnya, matanya sipit dan berair, namun langsung membelalak ketika melihat sesosok tubuh gempal sedang bertolak pinggang. Padanya, tentu saja.

"Keluar!"

Dan selesai perkara. Dengan wataknya yang tegas, ia bisa mengusir siapa saja dari kelasnya tanpa ragu-ragu jika orang yang bersangkutan melanggar peraturan yang yang telah disetujui sebelumnya. Ron cemberut, melangkah melewati Profesor Sprout dengan lunglai dan berjalan keluar rumah kaca. Well, terima kasih. Ia juga sebenarnya tak ingin menghadiri kelas ini, kalau boleh bicara.

"Tidak ada yang tidur lagi!" Perintah Profesor Sprout yang belum beranjak dari tempatnya semula. Goyle yang tengah menutup matanya malas-malasan, langsung menegakkan posisi duduknya, "kita akan membagi kelompok belajar untuk menganalisis Clematis Parthenocissus, seperti yang kalian sudah tahu."

Ia berjalan ke tempat dimana ia berada seharusnya—podium guru, "Teman sebangku kalian adalah rekan kerja selama satu bulan ini. Untuk jam hari ini, tulis ciri-ciri dari tanaman merambat," Profesor Sprout mengangkat sebuah pot berisi tanaman merambat tadi, "bersama rekan masing-masing. Selesai atau tidak, kumpulkan ketika jam pelajaran usai. Sudah jelas, kurasa. Ada pertanyaan?"

Seperti biasa, tangan Hermione merupakan yang paling pertama melesat di udara. Profesor Sprout mengangguk dan Hermione angkat bicara, "Ronald baru saja keluar, Profesor."

"Ya, dan apa masalahmu, Miss Granger?" Tanyanya balik.

"Artinya Saya harus mengerjakan tugas sendirian, kalau begitu, Profesor?" Ujarnya tak rela.

"Ya. Hanya untuk hari ini saja, tentu." Jawab Profesor Sprout singkat, "Baiklah, selamat mengerjakan!"

Hermione mengeluh, menghela napas panjang. Gara-gara Ron yang tertidur di tengah jam pelajaran, jadilah ia yang harus mengerjakannya sendirian. Sendirian! Yang lain tentu bisa mengerjakannya lebih cepat. Ia harus menerima resiko mengumpulkan tugas paling telat. Tunggu—Ia? Hermione Granger? Menerima resiko atas perbuatan Ron? Merlin! Eh, sebenarnya situasinya akan sama saja kalaupun Ron ada di sebelahnya. Alih-alih membantu, Ron akan diam dan membiarkan Hermione mengerjakannya sendiri. Dan ia akan tidur dan malas-malasan. Jadi tak ada perubahan yang sangat signifikan kalau Ron jadi rekannya.

Ia harus mengerjakan tugas ini sendiri. Ya, sendiri. Selama satu bulan.

Harry tersenyum memaklumi ketika Hermione meliriknya. Ia berpasangan dengan Dean Thomas. Agak menyesal juga kenapa Hermione menolak ajakan Dean untuk duduk sebangku sebelum Profesor Sprout datang tadi pagi. Setidaknya Dean masih punya inisiatif untuk pergi ke perpustakaan—bukannya makan cokelat kodok dan bersantai di depan perapian.

"Ciri-ciri Clematis Parthenocissus"

Hermione mulai menulis dengan gesit. Menggigit bibir bagian bawahnya hanya untuk sekedar mengingat apa yang ia tahu tentang tanaman merambat secara umum. Pena bulunya langsung meluncur di atas parkemen baru yang ia pesan tadi pagi. Tanpa jeda, ia terus menulis. Harry menggeleng-gelengkan kepala. Bahkan ia yang mengerjakannya berdua saja tidak bisa secepat Hermione. Ron harus membayar kerja kerasnya hari ini dengan apapun. Apapun. Entah diam dan membaca seluk beluk tanaman merambat ini di perpustakaan, atau membelikannya stok keperluan menulis baru milik Hermione yang sudah menipis.

~0~

"Hermione! Aku menunggu di sini selama jam pelajaran!" Ron mendekati Hermione dan Harry yang baru saja keluar dari pintu rumah kaca. Hermione tidak memperhatikan, matanya ia fokuskan ke segerombolan murid Gryffindor yang memasuki kastil. Ia sudah lelah, dan titik.

Hermione yang pertama mengumpulkan empat lembar perkamen berisi ciri-ciri tanaman Clematis Parthenocissus itu. Padahal ia tidak punya target untuk mengumpulkannya paling duluan. Dan lagi—demi Merlin—ia sendirian. Jadilah Profesor Sprout menambah poin asrama untuk Gryffindor karena putrinya yang satu ini telah bertindak sebagai pahlawan. Murid-murid Slytherin yang ada di sana gusar. Tidak terima atas fakta bahwa Hermione mengumpulkannya paling duluan padahal ia sendirian.

"Kau sekelompok dengannya." Ujar Harry sambil menaikkan alis sekalian menunjuk gadis di sebelahnya.

Ron melonjak kaget, "Benarkah, Hermione? Jadi tadi kau mengerjakan apa saja di dalam? Ah aku tertidur—"

"Dah, Harry. Sampai jumpa di kelas Sejarah Sihir." Hermione memotong perkataan Ron.

Ron mengernyitkan dahinya, "'Dah, Harry'? Hanya untuk Harry? Kau—" Belum selesai, Harry sudah menutup mulut Ron dengan telapak tangannya. Sementara Hermione sudah pergi menjauh. Ia sudah muak dengan wajah-tidak-punya-dosa milik Ron yang pasti keluar ketika tugas essay-nya dikerjakan Hermione, atau ketika Hermione yang sedang serius mengerjakan essay Sejarah Sihir dan Ron tidak sengaja menumpahkan tinta di atas perkamen. Hermione bahkan bisa mengikuti lekuk wajah dan gerak-gerik Ron, saking seringnya.

Hermione berjalan tergesa-gesa, ia takut dan tidak mau diikuti Ron. Tasnya ia selempangkan di bahu kiri, dan tangan kirinya sibuk menahan buku-buku yang hampir berjatuhan, tangan kanannya memperbaiki posisi rambut dan roknya. Dan… BRUK!

Ia menabrak seseorang.

Bukan hal yang bagus, tentu saja. Semua buku yang sedari tadi ia tahan dengan susah payah kini bertebaran tidak karuan di jalanan koridor. Rambutnya terbang ke depan wajah. Ia merutuk. Ia sangat sial hari ini. Sembari mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh, Hermione meminta maaf kepada entah siapa yang ditabraknya.

"Lihat langkahmu, darah-lumpur." Suara itu dingin.

Setelah semuanya beres dan Hermione telah berdiri, ia menoleh ke belakang. Seorang laki-laki berjubah hitam dengan rambut berwarna perak tengah berjalan dengan angkuhnya.

Darah-lumpur. Hermione masih bergidik mendengarnya, bahkan sampai empat tahun setelah kata-kata itu pertama kali ia dengar.

Darah-lumpur.