BAHAGIA

namasayaNICHI a.k.a NICHI Kurosaki

Durarara fanfiction

ShiZaya

Kisah cinta yang bahkan lebih indah dari setangkai bunga.


Shizuo tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.

Terbaring kaku dan tidak bergerak.

Diselimuti selembar kain putih yang tidak begitu tebal, tapi terasa hangat.

Bertangkai-tangkai bunga memenuhi meja kecil di sampingnya. Berwarna-warni dan berpendar lembut bersama sinar matahari yang menimpanya.

Hari ini tak ada seorang-pun datang menjenguknya.

Karena dialah yang pertama menemuinya.

Shizuo ingat betul hari itu.

Tubuhnya dipenuhi darah, dan itu bukanlah miliknya.

Izaya melindunginya dengan menjadikan tubuh sebagai tameng.

Sebuah peluru menembus kepalanya dengan cepat.

Waktu seakan berhenti.

Dan ia menjadi gila.

Ia ingat betul ekspresi Izaya yang meremehkannya dalam ketidaksadarannya.

Tersenyum licik seperti biasa. Senyuman yang membuat ia ingin mencengkeram kuat leher itu.

"Dasar monster…"

Lalu tenggelam bersama genangan merah yang terus menguar dari kepalanya.

Bukan hanya kepala.

Tapi juga dada, perut, kedua lengan, dan pahanya.

Ia yakin beberapa tulang rusuknya patah, tak karuan, dan tubuhnya dipenuhi lebam serta luka sayat yang memanjang.

Mengapa Izaya melindunginya?

Dan meninggalkan dirinya dalam ketidakpastian akan perasaannya.

Sekarang perasaan itu semakin kuat.

Rasa yang pernah ia dapatkan sewaktu sekolah dulu.

Shizuo tidak bisa membohongi dirinya sendiri lebih lama dari ini.

Jadi ia genggam tangan sedingin es itu selembut yang ia bisa.

Menciumnya dalam diam.

Ia tahu, Izaya tidak akan membuka matanya. Tidak saat ini.

"…Sampai kapan kau akan tidur, Izaya?"

Menempelkannya pada pipinya yang hangat. Shizuo hanya bisa mendesisis.

Menatap dalam setiap senti wajah cantik yang pucat itu.

"…Kau lebih kuat dari ini,bukan?"

Tidak ada jawaban.

Hanya hembusan lemah yang menyapa indra peraba Shizuo.

"…Kau mengecewakanku, flea. Setidaknya biarkan aku merasakan kedamaian tanpa dirimu"

Seakan itu semua salahnya. Salah sang informan yang tergeletak tak bersuara di sana.

Shizuo tidak akan menangis.

Izaya akan bangun untuknya. Dan melemparinya dengan pisau lipat secara beruntun.

Seperti biasa.

"…Aku merindukanmu. Cepat bangun, jadi kita bisa saling kejar-kejaran seperti dulu"

Ini terlalu lama.

Apa Izaya tidak puas? Apa Izaya tidak ingin bangun?

"Aku menyukaimu"

"Aku mencintaimu"

"Sungguh…Sungguh mencintaimu"

"Setelah kau bangun nanti, aku berjanji, aku pasti akan membahagiakanmu. Aku akan berhenti melukaimu. Aku akan mencoba lebih lembut padamu. Aku tidak akan marah padamu. Mendekap erat tubuhmu. Menghangatkan tanganmu di musim dingin. Melindungimu. Menangis bersamamu. Menemanimu. Memulai hidup bahagia…selamanya"

"…Aku benci mengetahui bahwa aku telah jatuh cinta padamu dan mengetahui semuanya darimu"

Tapi perasaan ini sangatlah berharga untuk dibuang.


1 tahun kemudian…

"IIIII…ZAAAAA…YAAAAAAAAAAA!"raung Shizuo yang berhasil memojokkan Izaya. Ia bisa melihat Izaya yang masih terengah-engah, berusaha menarik nafas dan menangkap oksigen sebanyak-banyaknya.

"Are? Shizu-chan~? Cepat sekali sampainya? Hahahaha"kekeh Izaya. Tangannya siap dengan pisau lipat yang kini mengacung tepat ke arah sang monster.

"Tetaplah di sana, flea!"

"Ha? Yang benar saja? Untuk apa aku menuruti-"

Mata Izaya membulat. Mendapati Shizuo berlutut di depannya dengan cincin yang bertengger manis dalam kotaknya.

Ya.

Itu cincin pernikahan.

"S, Shizu…-chan…?"

"Izaya.

Menikahlah denganku"

Membuncah.

Akhirnya keduanya tak bisa membendung perasaan itu.

Air mata Izaya kini menguar. Menetes. Meluncur dengan indah di pipinya yang pucat.

"…Ya.

Arigatou. Shizu-chan."

Hontou ni…arigatou…

-nee…..Shizu-chan. You know-

"Izaya Orihara. Ia tidak akan hidup lama.

Ia difonis 1 bulan atas hidup yang ia miliki"

I'm happy I was born for you.