Ahh.. Yamanaka..
.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Cast: Sai, Yamanaka Ino, Other
Pair: InoSai
Rated: MA[Lemon Parah]
Warning: LEMON/RAPE!
Summary:
"Apa yang sebenarnya kau inginkan Yamanaka-san?" Tanya Sai pada gadis yang ia ketahui sebagai teman sekelasnya itu yang bahkan selama dua tahun berturut-turut mereka berada di dalam kelas yang sama belum pernah saling sapa dan berbincang-bincang."AAARRGGGHHTT… Sakit… kau benar-benar besar Sai-kuun aaahhh… sakit." Isak Ino saat dengan perlahan junior Sai merasuki tubuhnya. "Aku pergi, Ai shiteru..." Ucap Ino yang mengecup kilat bibir Sai sebelum ia mengendap-endap keluar dari kamar pemuda itu kembali ke asramanya.
Ini hanyalah FF semata~
Happy reading ~~~
don't like don't read...
-000-
Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lewat tiga menit saat Ino dengan perlahan mengendap-endap masuk ke gedung asrama satu, gedung di mana Sai berada. Tak susah bagi Ino yang merupakan anak dari pemilik sekolah ini untuk menyelundup masuk ke sana dari jalur belakang karena dia sudah hafal denah sekolahannya itu sejak ia kecil karena memang Tousannya dulu suka mengajaknya ke sekolah. Setelah berhasil memasuki gedung satu Ino langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan paling ujung dan paling luas kedua setelah kantin dan dapur di gedung itu yang merupakan kamar Sai. Sebagai seorang Head-master atau kepala asrama tentu saja Sai mendapatkan fasilitas ruangan yang berbeda dari anak-anak lain.
Sesampainya di depan pintu kamar Sai dengan perlahan Ino mengetuk pintu tadi beberapa kali, setelah menunggu sesaat akhirnya pintu pun terbuka. Sai yang saat itu baru keluar dari kamar mandi dan masih mengunakan selembar handuk saja yang melilit di pinggangnya langsung membukakan pintu kamarnya saat ada orang yang mengetuknya dari luar. Awalnya Sai mengira itu Shikamaru, senpainya yang tadi saat jam makan malam sempat mengatakan kalau dia ingin mengajaknya berkumpul dengan Naruto dkk, tapi alangkah kagetnya Sai saat mengetahui itu bukanlah Shikamaru melainkan Ino yang kini tengah menodongkan sebuah pistol di depan wajah Sai.
Sai yang kaget pun hanya bisa diam membatu bahkan saat Ino masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar tadi lalu membuang kuncinya keatas meja pun Sai masih sedikit terbawa rasa shocknya hingga membuat pemuda tampan satu ini terdiam tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam hati Sai bertanya-tanya kenapa Ino yang merupakan Head-master asrama dua ini bisa berada di dalam kamarnya dengan sebuah pistol yang di todongkannya di depan wajahnya.
"Jangan coba-coba melawan atau aku akan menembakmu," Ucap Ino dingin, kedua mata birunya tajam menatap kearah Sai. Membuat pemuda tampan tadi merasakan firasat yang tak baik. Baru saja Sai ingin membalas perkataan Ino, gadis cantik itu sudah menarik pelatuk pistolnya, menembakkan sebuah peluru kearah vas bunga tak berdosa di atas meja sana yang kini sudah hancur tak berbentuk lagi. "Aku sudah memperingatkanmu Sai-kun, aku tak pernah main-main dengan perkataanku. Aku bisa saja menembakmu mati saat ini juga kalau kau berani-berani berteriak. Kau mengerti bukan apa yang ku maksud Sai-kun?" Tanya Ino dingin, Sai menganggukan kepalanya pelan. Jujur saja Sai kembali terkejut saat mengetahui kalau pistol yang di gunakan Ino itu asli. Ya, tak mengherankan memang kalau Ino memiliki benda-benda berbahaya seperti itu. Bukankah selain memiliki bisnis di bidang pendidikan dan juga fashion keluarga besar Ino pun memiliki bisnis besar di dunia hitam yang tak lain adalah bisnis senjata-senjata api.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan Yamanaka-san?" Tanya Sai pada gadis yang ia ketahui sebagai teman sekelasnya itu yang bahkan selama dua tahun berturut-turut mereka berada di dalam kelas yang sama belum pernah saling sapa dan berbincang-bincang seperti anak-anak lainnya karena sifat Ino yang tak suka di dekati orang lain kecuali mereka masih merupakan anak-anak dari asrama dua yang memiliki kelakuan persis dengan Ino sendiri. Ino tak sempat menjawab pertanyaan Sai karena mendapat gangguan dari luar. Seseorang tengah mengetuk pintu kamar Sai kini.
"Sai-san, kau di dalam? Sepertinya tadi aku mendengar benda pecah, apa kau baik-baik saja?" Tanya sebuah suara dari luar sana yang Sai ketahui itu adalah suara Choji, Pemuda gempal yang tinggal disamping kamar asrama Sai. Sai masih belum membalas pertanyaan Choji, dia mencoba melirik kearah Ino yang memberinya kode untuk segera membalas pertanyaan Choji tadi. Sai yang mengerti arti dari kode yang Ino berikan pun menganggukan kepalanya lalu segera membalas pertanyaan Choji tadi.
"Y senpai, aku di dalam. Senpai tak perlu khawatir aku baik-baik saja. Tadi itu Cuma suara vas bunga yang jatuh karena tak sengaja ku senggol." Balas Sai, Ino menyeringai mendengar kebohongan Sai tadi yang tentu saja memberi keuntungan padanya.
"Oh ya sudah kalau begitu, ku kira kau kenapa-kenapa tadi. Cepatlah tidur ini sudah malam." Ucap Choji di luar sana tanpa tahu bagaimana keadaan Sai yang berbahaya di dalam sini.
"Ya Senpai" Balas Sai, beberapa saat setelahnya terdengar suara langkah kaki yang menjauhi kamarnya. Ino dan Sai terdiam selama beberapa saat setelah kepergian Choji tadi. Ino tampak asik menatap kearah tubuh sixpack Sai yang hanya terbaluti oleh selembar handuk di pinggangnya itu sedangkan Sai mulai gerah dengan pandangan Ino yang menurutnya sangat mencurigakan sekali. Ino benar-benar menyukai penampilan Sai kini yang baru pertama kali ini ia lihat, Sai dengan selembar handuk di pinggangnya dan juga rambut basah sehabis mandinya yang masih meneteskan air ke tubuhnya yang putih mulus itu, bukankah itu begitu sexy dan hott?
"Berhenti menatapku seperti itu, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Sai yang tak suka dengan tatapan mesum Ino tadi. Ino tak membalas, dengan santai gadis cantik itu melangkahkan kakinya mendekati Sai yang terus melangkah mundur setiap kali ia mendekat. "Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Tanya Sai yang mulai gelisah, Ino masih terdiam dan terus memojokan Sai hingga akhirnya pemuda itu jatuh terduduk di atas ranjangnya sendiri tapi walaupun begitu Ino tetap saja berjalan mendekatinya membuat Sai harus terus menjauhi Ino dengan naik keatas ranjangnya. Ino yang tampak malas bermain-main dengan cepat mendekati dan menindih tubuh polos Sai diatas ranjangnya. Sai mulai memberontak saat ia sadar dengan posisi berbahayanya dengan Ino saat ini.
"Diam! Ku bilang diam atau kau mau kutembak?" Bentak Ino yang kini tengah menjambak rambut Sai dan menyentuhkan ujung pistolnya di leher Sai. Sai yang sangat gelisahpun akhirnya diam walaupun dalam hati ia ingin sekali mendorong sekuat-kuatnya hingga gadis itu menyingkir, tapi kenyataan yang ada malah kebalikannya. Sai begitu takut kini hingga membuatnya mau tak mau harus patuh dengan perkataan Ino.
"A-apa sebenarnya yang kau inginkan?" Tanya Sai lagi untuk yang kesekian kalinya pada Ino yang masih saja diam. Gadis itu memegang kedua tangan Sai diatas kepala dengan kedua tangan mungilnya lalu mengikat kedua tangan Sai tadi diatas besi ranjangnya dengan dasi sekolah miliknya yang tergeletak diatas ranjang beserta dengan baju sekolah Sai lainnya yang kini sudah jatuh di lantai. "Hey! Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" bentak Sai yang tak terima dengan apa yang sudah Ino lakukan padanya. Sai berusaha melepaskan ikatan Ino dengan percuma karena ikatan yang dibuat gadis itu terlalu kuat dan kencang. Yang ada tangannya malah jadi sakit setiap kali Sai memberontakan diri.
"Diamlah atau kau akan melukai dirimu sendiri." Ucap Ino yang masih menindih tubuh Sai yang nyaris naked tadi karena pergerakan Sai membuat handuk yang melilit di pinggangnya terlepas tapi masih dapat menutupi tubuh bagian bawahnya dengan sempurna.
"Kau! Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku Yamanaka Ino?" Tanya Sai dengan nada bencinya dan sedikit bentakan pada gadis cantik yang kini dengan perlahan menjauh dari atas tubuhnya tadi.
"Yang ku inginkan? Nanti kau juga akan tahu apa yang ku inginkan darimu itu Sai," Jawab Ino tenang, Gadis itu tengah asik menatap seluruh tubuh Sai dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan nafsunya tentu saja. "Ah, terima kasih karena sudah mengingat namaku sexy." Ucap Ino dengan nada memujinya sebelum akhirnya gadis cantik itu melangkahkan kakinya menuju meja belajar Sai dan menghidupkan laptop milik pemuda itu, setelahnya Ino pun langsung menyetel beberapa lagu Rock n Roll dari laptop Sai dengan volume yang cukup keras sekedar untuk menyamarkan apa yang akan ia lakukan dengan Sai nanti di dalam sini dari orang-orang di luar ruangan sana.
Sai yang mendengar perkataan Ino dengan nada penuh nafsunya itu tentu saja jadi takut. Sai tentu sering mendengar banyak berita tentang Ino yang tentu saja tak pernah ada kesan baiknya itu dari anak-anak di sekolahnya. Dari semua gossip yang beredar Ino tahu kalau Sai tak akan pernah tanggung-tanggung melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan bahkan dengan cara licik sekali pun itu. Jadi wajar bukan kalau kini ia merasa takut dengan gadis yang tengah asik berkutat dengan isi tasnya di meja belajarnya sana?
Ino tak memperdulikan Sai yang masih berusaha melepaskan ikatan di tangannya itu karena dia tahu ikatannya tadi cukup kuat dan Pemuda itu tak akan bisa membukannya dengan mudah, Ino malah tampak asik dengan isi tas hitam yang di bawanya tadi. Ino mengeluakan isi tasnya setelah ia meletakkan pistolnya di atas meja, ternyata isi dari tas yang sejak tadi Ino bawa adalah seperangkat camera. Ino menghidupkan camera tadi dan mengambil gambar Sai yang masih berusaha melepaskan tangannya yang terikat di sandaran ranjang.
Sai yang sejak tadi terus bergerak-gerak gelisah mencoba membuka ikatan tangannya langsung terdiam saat ia menagkap sosok Ino yang tengah mendekatinya dengan sebuah camera di tangan kanannya dan beberapa benda lainnya di tangan kiri gadis itu. Ino mendekati ranjang tempat Sai berbaring, naik ke atasnya dan mulai sibuk memasang camera tadi tepat di dinding yang berada di atas kepala Sai. Sekitar lima belas menit lebih Ino pun akhirnya selesai memasang camera tadi yang jaraknya sekitar satu meter dari tempat Sai berada.
"Persiapan pertama selesai." Ucap Ino yang kembali menghidupkan camera yang tadi sempat ia matikan saat sedang memasangnya di dinding. Setelahnya Ino langsung berjongkok di samping Sai, masih di atas ranjang tentunya. Dengan perlahan gadis itu mengelus wajah putih Sai yang ternyata sangat tampan bila di lihat dari jarak dekat seperti saat ini. Sai langsung memalingkan wajahnya ke kiri saat Ino mengelus pipi kanannya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Sai marah, Ino menyeringai lalu turun dari atas ranjang dan duduk di tepi ranjang tadi dalam posisi yang bisa di bilang sedikit memunggungi Sai.
"Yang ku inginkan?" Ino menyentuhkan jarinya di dagu seraya melirik kearah Sai. "Yang ku inginkan itu kau tentu saja." Ucap Ino dengan senyuman aneh di bibirnya yang membuat Sai bergidik ngeri. Tentu saja Sai merasa takut setelah mendengar pengakuan Ino tadi.
"Kau…"
"Aku ingin memilikimu, menyentuhmu dan menjadikanmu milikku seutuhnya." Ucap Ino memotong perkataan Sai. Sai yang mendengarnya terdiam, jantungnya berdetak kencang saking gelisahnya. Ia tahu apa maksud dari perkataan Ino tadi.
"Tidaakk,. Lepaskan aku!" Ucap Sai panik dan terus mencoba memberontak serta melepaskan ikatan tangannya dengan percuma. Yang ada tangannya semakin sakit dan pahanya sedikit terbuka akibat dari handuk yang bergeser karena pergerakan berlebihannya tadi.
"Wah sepertinya kau sedikit tak sabaran ya sexy. Kau mencoba merayuku dengan mempertontonkan tubuh sexymu itu?" Tanya Ino mengoda, dengan cepat Sai mengelengkan kepalanya.
"Tiiddaaakk." Jawab Sai yang terus mengerakkan tangannya agar tali yang dengan kuat mengikat di tangannya itu terlepas.
"Aku akan memberimu malam terbaik yang belum pernah kau dapatkan selama ini sexy. Ku jamin kau akan terpuaskan oleh pelayananku ini jadi kau tak perlu khawatir memberikan keperjakaanmu padaku." Ucap Ino yang langsung mengecup bibir Sai kilat. Di saat Sai mengalihkan wajahnya dari Ino karena ciuman gadis itu di bibirnya yang bahkan belum pernah di rasakan orang lain itu, Ino langsung beranjak dari duduknya kembali mendekati meja belajar Sai dan mengeluarkan sebuah camera lagi dari dalam tas hitamnya. Ino menaruh camera tadi di atas meja belajar Sai dalam mode merekam.
Setelahnya Ino pun berdiri tak jauh dari ranjang di mana Sai berada dalam pose sexynya, dengan perlahan Ino melepaskan jaketnya dan membuka satu persatu kancing kemeja putihnya. Setelah semua kancing terlepas Ino mencampakan kemejanya tadi keatas lantai bersama dengan jaket dan seragam sekolah Sai. Sai yang melihat apa yang Ino lakukan langsung bergetar takut, ia tahu apa yang gadis itu inginkan darinya. Sai pun merasa semakin gelisah saat Ino berjalan mendekatinya dengan tubuh bagian atasnya yang sudah setengah terbuka menyisakan bra hitam sexy yang menutupi bagian tubuhnya, rasa gelisah itu pun semakin terasa saat dengan perlahan Ino naik ke atas ranjang dan menindih tubuh setengah nakednya yang hampir tanpa selembar benang itu. Sai mulai berontak, tapi itu percuma saja karena ikatan ditangannya.
Author Pov…
"Apa yang kau inginkan? PERGI! JANGAN MENDEKAT!" Pekik Sai kalut tapi Ino malah menyeringai senang seraya mengelus wajah Sai dengan punggung tangannya.
"Kau takut sayang?" Tanya Ino, Sai tak menjawab pemuda itu malah memalingkan wajahnya ke kanan tak ingin menatap kearah Ino yang tengah menindihnya kini. "Kau tak perlu takut begitu sayang, aku akan melakukannya dengan selembut mungkin." Bisik Ino di telinga kiri Sai lalu mengecupi dan menjilati telinga pemuda itu membuat Sai bergerak gelisah di bawah tubuh Ino akibat sensasi geli yang gadis itu berikan di telinganya.
"Aku mohon Yamanaka-san jangan lakukan ini padaku." Ucap Sai yang mulai memerah.. Sejak tadi ia mencoba untuk menahan hasrat tersembunyi menatap tubuh seorang gadis yang baru pertama dilihatnya. Ino mulai mengecupi wajah Sai yang basah oleh keringat membuat sang pemuda semakin gelisah menerima perlakuan dari Ino yang semakin berani.
"Aku mohon hentikan." Pinta Sai di tengah siksaan nikmat yang tak terdengar karena suara music yang mendominasi.
"Aku belum memulainya my prince, jadi apa yang harus ku hentikan?" Tanya Ino sesaat lalu kembali mengecupi leher dan bahu Sai mulai menandai pemuda idamannya itu.
"Arght…" Pekik kesakitan Sai saat Ino mengigit perpotongan leher dan bahunya lalu menghisapnya kuat hingga tercetaklah warna merah kebiruan di sana sebagai tanda dari Ino. "Hentikan kumohon." Ucap Sai yang kembali mengerakan tubuhnya, mencoba memberontak sebanyak yang ia bisa, menghentak-hentangkan kakinya yang tengah di tindih Ino membuat handuk yang tadi menutupi bagian bawah tubuhnya terbuka. Ino memandang tubuh polos Sai dengan seringai di bibirnya, ia begitu suka melihat tubuh putih mulus di bawahnya kini yang belum pernah terjamah itu. Dan rasa senang pun memenuhi dada Ino saat ia sadar kalau dialah yang akan menjadi orang pertama yang bisa merasakan tubuh mulus yang sedang di tatapnya kini.
"Seperti yang ku duga sebelumnya, tubuhmu memang benar-benar indah dan mengoda my prince" Ucap Ino yang terus menelusuri tubuh Sai dengan tatapan matanya yang lapar. Perlahan tangan Ino pun ikut andil menyentuh tiap bagian berotot di bawahnya itu. Sai yang mengetahui kondisinya pun semakin gelisah, suara geraman semakin jelas terdengar di telinga Ino.
"Jangan! Kumohon jangan! Jauhkan tanganmu itu dari tubuhku!" Ucap Sai panik saat tangan Ino mengelus tubuh bagian atasnya dari dada hingga keperut sixpacknya.
"Cih, hanya dengan melihat tubuh polosmu saja sudah bisa membuat celanaku basah bagaimana nanti kalau aku merasakan tubuhmu didalamku." ucap Ino yang tangannya masih bermain-main di dada Sai. Ino mengelus dada bidang Sai, sesekali dijilatnya membuat desahan terdengar di telinga Ino.
"Hentikan! Jangan di teruskan lagi." Pinta Sai dengan percuma karena semakin sering Sai meminta Ino untuk berhenti semakin besar niat gadis itu untuk menyentuhnya. Suara desahan tertahan terdengar saat Ino menyatukan bibirnya dengan bibir Sai. Ini cuman kedua mereka setelah beberapa saat yang lalu Ino mengecup bibir pemuda itu Kilat. Sai tampak memberontak dengan percuma saat Ino melumat dengan nafsu bibirnya membuat bibir pemuda itu membengkak.
Sai tampak tak tenang saat Ino melumat bibirnya karena kedua tangan Ino yang terus bermain di dadanya seperti tadi, mengelus, mencubit dan memelintir benda berwarna coklat itu mencoba membuat Sai semakin terangsang. Sai mencoba menedang-nendangkan kakinya agar Ino berhenti, Ino yang tampak sedikit kesal pun menahan paha pemuda itu yang terbuka sedikit. Kini posisi keduanya Sai terbaring terlentang dengan kedua tangan terikat di atas kepala serta Ino berada di tengah-tengahnya sedang asik mengesek-gesekan miliknya yang berada di tengah-tengah selangkangan mereka seraya mengisap nipple kanan Sai dan tangan kanan yang memainkan nipple kiri pemuda itu. Sai semakin keras memberontakan dirinya saat tangan kiri Ino yang bebas mulai bergerilya di selangkangan Sai.
"APA YANG KAU LAKUKAN! HENTIKAN ITU KUMOHON!" Pinta Sai berteriak saat Ino telah mengengam sempurna juniornya dan dengan perlahan meremas serta mengocoknya membuat Sai beberapa kali mendesah nikmat. Sai kembali memberontakan dirinya, mencoba menendang apa saja agar Ino berhenti. Tingkah Sai tadi sedikit membuat Ino kesal. Tangan Kiri Inl pun masih bermain di junior Sai dengan gerakan yang bertambah cepat membuat semakin banyak desah yang keluarr dari bibir Sai yang sudah membengkak dan sedikit terbuka itu.
"Ini nikmat bukan?" Bisik Ino bertanya di telinga Sai masih dengan asik memainkan junior pemuda itu. Sai tak menjawab, ia hanya mendongakan kepalanya keatas seraya memejamkan matanya berusaha mengelak rasa nikmat yang di terima tubuhnya. Sai bisa saja berbohong dengan mengatakan kalau ia tak meyukai sentuhan Ino pada tubuhnya tapi tentu saja tubuhnya jauh lebih jujur karena tubuhnya benar-benar menikmati sentuhan-sentuhan lembut Ino.
"Kau tak perlu menahannya, keluarkan saja semua desahan sexymu itu. Aku menyukai suaramu saat mengerang, itu terdengar begitu indah di telingaku my prince." Ucap Ino yang masih terus mengompa junior Sai dengan tangannya seraya menatap wajah memerah Sai yang matanya tertutup rapat dan bibir bawah yang sedang digigit hingga sedikit terluka dan mengeluarkan darah. Ino yang tak suka melihat Sai menyiksa tubuhnya sendiri pun langsung melumat bibir mengoda Sai. Suara decakan lidah, saliva yang saling bercampur dan desahan tertahan terdengar lebih indah dari suara music yang sejak tadi menguasai ruangan tempat kedua insan ini memadu kasih.
"Ugghh… AARRGGHHTTT…" Erang Sai saat merasakan puncak tertingginya. Kepalanya mendongak keatas seperti mempersilahkan Ino untuk mengecupi leher jenjangnya yang sudah di penuhi oleh kissmark bertebaran di sana. Sperma putih kental yang masih hangat mengalir deras dari junior Sai yang masih di dalam gengaman Ino. Tanpa menghiraukan keadaan Sai yang berusaha memenuhi paru-parunya dengan udara.
"AAARRGGGHHTT… Sakit… kau benar-benar besar Sai-kuun aaahhh… sakit." Isak Ino saat dengan perlahan junior Sai merasuki tubuhnya. sedikit demi sedikit junior Sai masuk ke dalam vaginanya yang rapat dan tentu saja masih virgin sampai beberapa saat yang lalu itu. Ino sedikit merasa kesulitan saat junior Sai menembus vaginanya, walaupun sebelumnya ia sudah mempersiapkan diri tapi ternyata vaginanya masih sangat rapat membuat junior sai sedikit susah untuk masuk lebih dalam lagi. "AARRGHHH." Pekikan kesakitan Ino terdengar keras saat dia mencoba menghentakan tubuhnya masuk lebih dalam lagi.
"Hentikan saja jangan diteruskan..." Ucap Sai yang masih mendiamkan tubuhnya agar Ino terbiasa dengan kehadirannya seraya menatap wajah gadis itu. Ino terus terisak, tubuh bagian bawahnya benar-benar terasa sakit dan panas. "Aku akan mulai bergerak." Ino pun dengan perlahan mulai mengerakan tubuhnya keluar masuk seraya melepaskan ikatan di tangan Sai yang terik. Setelah ikatan di kedua tangannya lepas, Sai langsung melahap bibir Ino penuh nafsu seraya merubah posisinya menindih gadis itu mengerakan pinggangnya dengan tempo yang lebih cepat lagi.
Sai mengengam kedua lengan Ino dan membawanya kearah kanan dan kiri kepala Ino lalu mulai mengecupi leher dan bahu gadis itu.
"Aaahh… aaahh… ughh… aaahh…" Ino memejamkan matanya. Rasa sakit saat awal-awal junior Sai merasukinya tadi perlahan menghilang dan di gantikan dengan rasa nikmat yang membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat.
"ARGHT… aahh… aaahh… aahhh…" Desahan Ino terdengar semakin cemat seiring dengan pergerakan keluar masuk junior Sai di dalam vaginanya yang berkali-kali menyentuh titik sensitifnya. gadis itu kembali mengalami klimaksnya untuk yang ketiga kali sejak satu jam permainan mereka di mulai tadi.
"Huh… Huh… Huh…" Deru nafas tak beraturan Sai terdengar. Sai sengaja menghentikan pergerakan pinggulnya saat Ino mendapatkan klimaksnya, ia mencoba meresapi pijatan hangat vagina Ino pada juniornya saat Ino klimaks tadi. Lima menit terdiam, Sai mencoba membuat Ino terduduk tanpa melepaskan juniornya dari dalam Vaginanya. Sai mengangkat tubuh Ino menyenderkannya di dadanya yang berkeringat, Sai sendiri sudah duduk bersender pada kepala ranjang dimana sebelumnya Ino mengikat tangan pemuda itu di sana.
"Ahhh… aaahh… aaahh… uughhh…" Erangan Ino kembali terdengar saat Sai membantunya menaik turunkan tubuhnya di atas juniornya karena posisi mereka kini Ino tengah menduduki junior Sai. Ino yang sudah terlalu lemah pun hanya bisa pasrah pada Sai yang terus menikmati tubuhnya itu.
"Aaahhh… aaahh… aaahh…" Dua puluh menit lebih Ino dan Sai masih dalam posisi yang sama. Sai masih menaik turunkan tubuh lemah Ino hingga membuat juniornya keluar masuk ke dalam vagina Ino. Sai semakin mempercepat gerakan naik turun Ino saat ia merasakan klimaksnya tak akan lama lagi bahkan ia pun mengerakan pinggangnya sendiri berlawan arah dengan gerakan naik turun Ino.
"AAARRRGGHHTTT…" Erang Ino dan Sai hampir bersamaan. Sai menyemburkan cairannya di dalam vagina Ino yang kini tampak penuh. Saking penuhnya banyak cairan putih kental tadi yang bercampur dengan sediki darah keluar membasahi paha Ino. Keduanya tampak terengah-engah setelah klimaks mereka. Sai memberingkan tubuhnya di atas ranjang dengan Ino di atas tubuhnya, keduanya berusaha menetralkan deru nafas mereka lagi. Suara isakan Ino terdengar, Sai yang saat itu tengah menutup matanya langsung membuka kedua matanya dan menatap kearah Ino yang terbaring di atasnya dengan kepala menyusup di antara lehernya. Sai menyeka air mata Ino, mengelus pipi dan rambutnya yang berantakan.
"Kenapa kau lakukan ini padaku?" Tanya Sai pada Ino. Ino terdiam sesaat, Sai menatap Ino yang kini sedang mengambil bajunya, mengenakannya sambil duduk di pinggir ranjang Sai.
"Aku melakukannya karena aku menyukaimu. Aku tahu kau tak suka denganku jadi aku melakukan ini semua demi mendapatkanmu." Ucap Ino apa adanya. "Aku tahu kau akan membenciku setelah ini, tapi kau tak akan bisa lepas dariku mulai sekarang karena kau sudah jadi milikku." Ucap Ino lagi yang telah selesai mengancingkan kemejanya. Ino naik kembali keatas ranjang untuk mengambil cameranya.
"Di dalam sini ada video saat kita bercinta tadi. Aku tak segan-segan menyebarkan isi video itu kalau kau tak bisa menuruti semua keinginanku. Untukku yang memiliki banyak masalah tak ada pengaruhnya sama sekali kalau video ini beredar tapi untukmu yang merupakan anak teladan di sekolah ini dan juga anak penerima beasiswa maka ini suatu aib yang sangat besar bukan. Ku harap kau mengerti apa yang ku maksud Sai-kun." Jelas Ino pada Sai yang terdiam mendengarkan.
"Dengar baik-baik Sai, mulai hari ini kita sepasang kekasih. Kau tak bisa menolak kalau mau video ini tak ku sebarkan." Ucap Ino sambil mengusap air matanya. Gadis itu segera mengemasi barang-barangnya, memasukan semua miliknya ke dalam tas hitam yang tadi di bawanya. Setelah mengemasi semua barangnya dan mengecilkan volume music yang di setelnya tadi, Ino mengambil sebuah selimut dan menutupi tubuh polos Sai dengan selimut itu. "Tidurlah, aku tahu kau pasti sangat lelah. Besok tak usah masuk ke kelas, sebaiknya kau beristirahat seharian. Besok aku akan kesini lagi memeriksa keadaanmu." Ucap Ino seraya mengecup kening Sai, Sai hanya terdiam. Dia tahu dia tak bisa melawan lagi sekarang, sepenuhnya dia menjadi milik Ino dan harus patuh dengan kata-kata gadis itu selama ia masih ingin menuntut ilmu di sekolahnya ini.
"Aku pergi, Ai shiteru..." Ucap Ino yang mengecup kilat bibir Sai sebelum ia mengendap-endap keluar dari kamar pemuda itu kembali ke asramanya meninggalkan Sai yang masih terdiam dengan wajah memerah. Bahkan beberapa saat setelah Ino keluar dari kamarnya Shikamaru datang mengetuk pintunya tak ia hiraukan sama sekali. Dia tahu itu kedua kalinya Shikamaru datang setelah sebelumnya ia datang saat Ino tengah asik mencumbu dirinya tadi.
_Fin_
Authornya lagi galaaauuu mikirin lanjutannya
'Make a Wish n Ganbatte Rock Lee'
Repiuuww pleasee..
