"Ini semua salahku..." Dengan ekpresi penuh sesal kau menatap pemuda pucat yang terbaring lemah di atas ranjang milik kalian, "Harusnya aku tak mengatakan hal seperti itu padanya!" Suaramu bergetar, airmatamu mengalir deras, penyesalan membuat dadamu sesak, apalagi setelah melihat kondisi orang yang kau sayangi, dalam keadaan tak berdaya.

"Itachi, ini semua salahku!" Tangismu makin menjadi, dan rengkuhan lembut orang yang kau panggil Itachi sedikit membebaskanmu dari beban yang menyiksamu.

"Tenanglah, Naruto. Semua akan baik-baik saja, Sasuke mungkin hanya terlalu lelah!" Dan kau membenamkan wajahmu di dada bidang kakak iparmu, melampiaskan semua rasa sesal, sakit, kecewa, dan sedihmu dalam tumpahan airmata. Dengan kedua pupil safirmu, yang tak lepas menatap sosok suamimu. Pendamping hidupmu, Uchiha Sasukemu, yang terbaring lemah bak raga tak bernyawa.

"Sa...Sasuke..."

._._. X ._._.

Fu for Fujoshi present...

Tittle; Contract...

Disclaimer; Naruto dan semua karater dalam fict ini resmi Masashi Kishimoto... Kuroshitsuji yang menginspirasi fict ini milik Yana Toboso seorang...

Rated; M for Save and Mature Contens...

Pairing; Kyuubi X Sasuke. Naruto X Sasuke. Itachi X Naruto.

Warning; Yaoi, BL, Lemon, Lime, Typo(s), Crack pair, Don't like? Don't read! Enjoy...

._._. X ._._.

flash Back...

"Mungkin kalau kau perempuan, kita pasti sudah punya banyak anak!" Hati laki-laki mana yang tak akan mencelos jika pasangannya mengatakan hal semenyakitkan itu, tanpa tedeng aling-aling. Terlebih jika kau seorang Gay yang baru saja menikah dengan seorang laki-laki yang sangat kau cintai? Bahkan manusia normalpun akan mengalami rasa sakit yang sama seperti yang kau rasakan saat ini.

"Kau menyesal dengan hubungan kita, Naruto?" Tanyamu dengan nada rendah, ada perasaan kecewa setelah mendengar pernyataan dari sosok suamimu yang seakan tanpa dosa berkata hal sesadis itu padamu.

"Tidak, bukan begitu. Hanya saja kalau kau bisa hamil dan punya anak, pasti keluarga kita akan lebih menyenangkan lagi!" Akh! Sayang sekali Naruto-san, kata-kata yang menurutmu biasa saja ternyata membuat Sasuke hancur berkeping-keping.

"Maaf.." Gumam Sasuke tak jelas, tapi sebelum Naruto bertanya untuk apa kata maaf Sasuke barusan, pemuda yang ia cintai itu lebih dahulu meninggalkan meja makan. Melihat wajah sedih Sasuke dan kedua oniksnya yang tak sebening biasanya, menyadarkan Naruto tentang apa yang telah ia katakan tadi.

"Che! Bodoh! Kenapa aku mengatakan hal sepeti itu!" umpatmu frustasi, menggosok wajahmu dengan kedua telapak tangan sambil mengumpat. Sesal merambat di dalam dadamu, karena kata-kata yang kau ucapkan membuat Sasuke sedih.

.

.

#

.

.

Sasuke ingin sekali memutar waktu, mencegah pertemuannya dengan Naruto empat tahun lalu, menolak lamaran si pirang, dan mengatakan tidak ketika sang pendeta menyuruhnya mengikrarkan janji nikah. Tapi semua sudah terlambat, dan waktu tak bisa terulang kembali. Kini Uchiha Sasuke telah resmi menjadi suami Uzumaki Naruto, tinggal bersama pemuda itu, dan berniat menghabiskan waktu berdua sampai akhir hayat. Menerima bayaran dari semua yang mereka perjuangkan demi mendapatkan restu dari kedua orang tua masing-masing, karena hubungan mereka yang terlarang. Rela meresmikan ikatan mereka dalam status pernikahan di gereja luar negeri. Menulikan telinga mereka dari hujat dan hina masyarakat sekitar yang menolak penyatuan mereka. Semua ini atas dasar cinta. Tak peduli apapun yang terjadi. Tapi setelah 4 bulan menikah, setelah mereka berkomitmen tentang banyak hal, dan sesaat setelah Naruto melihat betapa bahagianya pasangan normal yang tinggal di samping apartemen mereka karena baru mendapatkan seorang anak perempuan, membuat Naruto secara tidak sadar mengatakan hal seperti tadi, dan itu benar-benar melukai perasaan Sasuke.

"Seandainya aku memiliki rahim, seandainya aku memiliki ovum, aku.. aku pasti akan membuatkan anak untukmu! Bahkan seandainya aku bisa, aku rela menukarkan jiwaku demi membuatkanmu seorang anak..."

CTAAARRR!

Petir menggelegar, sahut menyahut di atas langit. Mendung merajai angkasa, menenggelamkan sinar emas sang Surya dalam pekatnya kegelapan. Sasuke tak menyadari perubahan alam karena kekalutan hatinya, bahkan karena terus menerus melangkah dalam keadaan kacau, pemuda berambut hitam itu tak sadar jika ia telah memasuki kawasan Hutan, yang terlarang. Hutan yang menurut mitos dihuni oleh makhluk neraka bernama Iblis. Hutan angker dengan banyaknya korban atas kebodohan manusia yang rela menyerahkan jiwanya pada Iblis. Sasuke tau betul mitos tentang hutan dan semua penghuninya, namun logikanya mengelak untuk mempercayai hal-hal gaib itu. Tapi dengan keberadaannya di hutan yang bahkan tak dia ketahui letaknya, dan cuma ia ketahui ciri-cirinya hanya dari mulut ke mulut, membuatnya tercengang.

"Ini dimana? Kenapa aku bisa disini?" Sasuke melihat ke sekeliling, berusaha mencari jalan keluar. Benar, keluar dari hutan ini adalah tujuannya.

Sekali kau tersesat, tidak akan ada yang mampu menuntunmu keluar...

"Akh!" Sasuke menghentikan langkah kakinya, niatnya berlari ke arah matahari terbit runtuh begitu mendengar suara bariton yang sangat asing di gendang telinganya.

"Siapa kau?! Jangan bercanda denganku! Cepat tunjukkan wujudmu!"

Kau telah mengatakannya... Kau telah mengucapkan kontrak antara manusia dan iblis...

Suara itu menari-nari di otak Sasuke, membuat pemuda bermarga Uchiha itu makin ketakutan. Tangannya terangkat, menutup daun telinga miliknya dengan telapak tangan, berusaha menulikan diri dari suara-suara yang menyakitkan kepalanya.

"Siapa kau? Apa maksudmu? Dimana aku?" Sasuke meraung, tubuhnya basah oleh keringat yang bercampur air hujan. Petir menggelegar kencang, lolongan srigala terdengar saling bersahutan.

Kau telah 'terikat'... Dan takkan bisa keluar... 'Hitam' telah membelenggumu...

"Ahh... Haa... Aahhh..." Nafas Sasuke memburu, tubuhnya makin memucat karena hawa dingin yang menyakiti pori-pori kulitnya, dan rasa takut oleh suara yang terus menerus menggema di dalam otaknya.

Kontrak telah terucap.. Permohonanmu adalah perintah bagiku... Dan jiwamu, adalah bayaran untuk keinginanmu...

Sesaat setelah mendengarkan kalimat-kalimat yang muncul dari dalam kepalanya, Sasuke dapat melihat sekelebat bayangan hitam bergerak mengelilinginya dengan gerakan yang cepat. Terlampau cepat untuk diikuti oleh kedua bola mata hitamnya. Dan hanya dalam hitungan menit, bayangan hitam itu menghilang.

"Apa yang-" Sasuke tak sempat meneruskan kalimatnya, begitu sepasang mata Ruby memandangnya tajam dengan seraut wajah lengkap dengan seringai lebar dari si pemilik gigi bertaring, siluet wajah yang melesat cepat ke arahnya, tepat ke wajah pucat sang Uchiha muda. Merah dan hitam bertumbukan, sebelum hitam menutup rapat karena suatu hal. Yah! Tubuh Sasuke melemas dan hilang kesadaran sesaat setelah bertemu pandang dengan bola mata crimson milik orang asing tersebut. Entah terkejut, takut, hujan, atau aura makhluk asing itu yang membuat Sasuke limbung. Yang jelas, Sasuke kini tidak lagi sendirian di hutan yang masih dipenuhi oleh orkestra malam, sebab di depan tubuh tak berdaya Sasuke, berdiri angkuh sosok laki-laki berbadan tinggi besar, berambut red-orange dengan jubah hitam yang membalut seluruh tubuh pucatnya. Menyeringai lebar hingga memamerkan deretan gigi yang bertaring bak Rubah, dengan bola mata merah menyerupai darah memandang 'lapar' sosok Sasuke yang jatuh di depannya.

Kau adalah manusia lemah, yang bergantung pada kekuatan iblis... Lirih mahkluk misterius tersebut sebelum menggendong tubuh ringkih Sasuke di pundak kanannya, dan menghilang bersama kabut asap yang mengepul di udara. Lalu lenyap tersapu hujan yang masih turun dengan deras.

._._. X ._._.

"Kenapa hal ini bisa sampai terjadi?" Seorang lelaki berpupil oniks menatap pemuda yang lainnya. Sosok Uzumaki Naruto yang tertunduk menatap karpet abu-abu di bawah kakinya, dalam keadaan gelisah.

"Ini semua salahku!" Lirih laki-laki berambut pirang itu setengah bergetar, penyesalan bergejolak dalam dirinya karena ucapan konyolnya pada Sasuke beberapa saat yang lalu.

"Kenapa bisa?"

"Aku tidak sengaja!" Pupil biru Naruto memandang Itachi sang kakak ipar dengan mata berkaca-kaca, ia sedih karena Sasuke kabur dari rumah dan meninggalkannya dalam rasa bersalah. Itachi yang melihat langsung ekpresi penyesalan di wajah Naruto hanya dapat menghela napas, sebelum berjalan mendekati si adik ipar yang kini benar-benar menangis. "Tenangkan dirimu! Kita akan kembali mencari Sasuke setelah hujan reda!" bujuk Itachi sambil mendekap kepala adiknya, mencoba menenangkan si pemuda yang kini menjadi suami adik kandungnya, siapa lagi jika bukan Uchiha Sasuke. Yeah, sudah beberapa hari ini hujan turun dengan sangat deras di Konoha, hanya reda beberapa jam saja sebelum kembali membasahi seluruh sudut kota dengan air langit. Karena kondisi alam itulah yang membuat pencarian terhadap Sasuke yang sudah menghilang sejak seminggu yang lalu menjadi lebih sulit.

"Aku takut Sasuke, kenapa-napa!" Lirih Naruto, balas memeluk pinggang Itachi yang sedikit membuatnya merasa nyaman.

"Aku yakin Sasuke baik-baik saja, lagipula dia bukan tipe yang akan bertindak gegabah!" Setidaknya, dengan kata-kata Itachi barusan, Naruto bisa sedikit bernapas lega. Walau sebenarnya, jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Apalagi saat tanpa sengaja, entah delusi atau cuma halusinasinya saja, ia dapat mendengar suara Sasuke memanggilnya dengan nada lemah seakan menahan sakit. Meski Naruto beranggapan jika suara kesakitan Sasuke itu hanya halusinasinya saja, tapi pada kenyataannya, Sasuke benar-benar dalam keadaan 'bahaya' dan membutuhkan kedatangannya. Memanggil Naruto untuk segera membebaskannya dari jerat iblis yang hendak 'menyeretnya' dalam kegelapan yang menyesatkan. 'Sasuke... Kau dimana?' Tanya Naruto dalam hati.

._._. X ._._.

Ketika Uchiha Sasuke membuka kedua kelopak matanya, yang mampu ia tangkap dari retina matanya adalah kegelapan. Pemuda berambut hitam itu yakin benar jika kedua matanya masih sangat sehat untuk memastikan dimana ia berada. Meski mengucek kedua kelopak matanya untuk meyakinkah dirinya bahwa ia tak salah lihat, namun semuanya tetap tak berubah. Hitam, hitam, dan hitam. Tak ada warna yang lainnya lagi.

Tapi daripada memikirkan penglihatannya yang semakin tak jelas karena letak keberadaan dirinya di tempat asing ini, Sasuke lebih memilih untuk menyusun sedikit demi sedikit puzzle ingatannya. Pertama-tama, makan malam dengan Naruto, kabur dari rumah karena kata-kata sang suami yang menyakiti hatinya, lalu berjalan tak tentu arah, dan tiba di sebuah hutan belantara, dan bertemu sesosok mahkluk besar yang mengejutkannya, sebelum ia kehilangan seluruh ingatannya, dan berada di tempat asing ini. Tapi... Siapa sebenarnya orang asing itu, kenapa...

"Namaku Kurama jika kau ingin tau, dan ini adalah tempatku, tempat para Lucifer berada."

Tubuh Sasuke menegang, keringat mengalir dari pelipisnya merasakan hawa dingin yang menguar dari sosok yang tiba-tiba muncul di sekitarnya, dan menjawab rasa ingin tau Sasuke.

"a-Apa maksudmu! Siapa kau? Dan, ini dimana?" Sasuke kembali mengulang pertanyaannya, kini dengan nada tinggi.

"Hahahaha! Kuyakin kau tidak tuli 'kan, Tuan? Dan kurasa perkataanku tadi cukup jelas untuk seorang manusia sepertimu?" Sosok bermata merah, berpostur tinggi, dan berkulit pucat keluar dari sisi gelap sebuah ruangan yang orang itu bilang sebagai tempatnya para iblis, menghampiri Sasuke yang mematung dalam keheningan. Bukan karena sosok asing yang tak pernah ia temui sebelumnya, tapi juga karena laki-laki itu memamerkan gestur tubuhnya yang indah tanpa malu di depan si bungsu.

"Kau.. iblis?" Sasuke mencoba memberanikan diri bertanya pada lelaki yang berjongkok di hadapannya agar bisa lebih mudah untuk melihat wajah masing-masing.

"Yeah, aku iblis yang akan mewujutkan keinginanmu, sesuai kontrak yang kau ucapkan..."

"Akh!" Sasuke terhentak, rasa dingin menyentuh kulit putihnya ketika tangan orang yang menyebut dirinya sebagai Kurama, meraih punggung tangan Sasuke. Mengangkatnya ke atas dan mengecup lembut kulit Sasuke, dengan tatapan mata tajamnya yang tak pernah lepas memandang kedua bola mata hitam Sasuke yang tak sedikitpun menampakkan wajah gentar ketika balik melihatnya.

"Tapi aku tak pernah sedikitpun membuat kontrak denganmu!" Sasuke menyentakkan tangannya dari genggaman Kurama. Sementara sosok di depannya malah menyeringai atas perkataan Sasuke.

"Haruskah aku mengulang permohonanmu, sebelum sampai di hutan, Sasuke-sama? Haruskah aku mengatakan jika kau yang saat itu frustasi, memohon pada siapapun asal kau dapat memperoleh keturunan meski harus menyerahnya jiwamu pada iblis?"

Kedua bola mata Sasuke mengecil, kini ia ingat, dan ia tak menyangka kata-katanya waktu itu, membuatnya terjebak dengan mahkluk yang paling dibenci oleh Tuhan, yaitu para Lucifer. Dan semakin terkejut saat telunjuk Kurama menyentuh perutnya yang datar, sambil terus tersenyum penuh arti. Saat itulah Sasuke tau, jika ia sama-sama polosnya dengan iblis berambut Orange kemerahan di depannya ini.

"Sshh..." Sasuke mendesis sekali lagi, karena rasa dingin yang menggelitik kulit tubuhnya yang terekspos.

"Meski mustahil, akan kuwujutkan permohonan konyolmu itu, Sasuke-sama!"

CRAASSSHH!

Bersamaan dengan berakhirnya kata-kata Kurama, Sasuke dapat mencium bau anyir darah yang merembes dari tubuhnya, bersamaan dengan rasa panas yang membakar kulitnya, ketika Kurama menancapkan taring-taring tajamnya tepat di lehernya, di urat nadinya berada.

"Akhh... ARRGGHHHH!" Sasuke meraung sekencang-kencangnya bersamaan hisapan kuat Kurama di lehernya, seolah membakar tubuhnya bersamaan dengan 3 lambang tomoe hitam yang muncul di bahunya, dan tenaganya yang melemah karena darahnya dihisap dengan liar sang Lucifer. Bahkan tanpa sadar, Sasuke mencengkram kuat punggung Kurama untuk mengurangi sakit di leher dan sekujur tubuhnya demi terciptanya tanda kontrak ini, meski percuma.

"Akhh..." Hingga kedua lengannya merosot disamping tubuh Kurama yang masih terus menghisap darahnya hingga segel itu terbentuk sempurna.

"Kita benar-benar terikat sekarang..."

Dan sekali lagi, kegelapan kembali mengambil alih kesadaran Uchiha Sasuke...

._._. X ._._.

"Jangan paksakan dirimu, kau juga harus istirahat!" Sore itu, Itachi bersama Naruto pergi mencari Sasuke dengan menggunakan mobil sport miliknya. Waktu itu ia tanpa sengaja melihat Naruto yang sedang memijit keningnya untuk sesaat, sebelum kembali mengfokuskan pandangannya untuk menatap ke arah jalanan, barang kali ia menemukan Sasuke, suaminya.

"Aku hanya ingin segera menemukannya!" balas Naruto pelan. Dalam pikiran lelaki berambut kuning itu hanya satu, segera menemukan Sasuke. Meminta maaf, dan hidup bahagia lagi seperti sebelum kejadian waktu itu terjadi.

"Tapi kau juga tak perlu menyiksa dirimu seperti itu, lagipula, kita sudah melapor ke pihak berwajib, dan menyebar foto Sasuke, jadi..."

"Aku takkan menyerah sebelum menemukan Sasuke." Sahut Naruto sebelum Itachi menyelesaikan kalimatnya, membuat kakak iparnya itu menghela napas karena adik iparnya ini tak kalah keras kepala dengan Sasuke.

"Ukhh..." Naruto mengernyit, merasakan denyutan di kepalanya yang membuat pandangannya memburam.

"Naruto, kau kenapa?" Itachi menepikan mobilnya, khawatir dengan keadaan Naruto yang sepertinya kurang baik.

Naruto tak menjawab, karena lelaki itu keburu tidak sadarkan diri. Padahal, Uzumaki muda itu hanya demam dan sakit kepala biasa. Tapi tekanan batin karena kepergiaan Sasuke memperparah kondisinya.

Sementara laki-laki 25 tahun itu hanya mendesah melihat keadaan Naruto yang begitu rapuh tanpa Sasuke. "Cinta bisa membuat orang sampai seperti ini, ya?" Disibaknya poni yang menutupi kening adik iparnya, ia tersenyum hambar melihat keadaan Naruto yang begini kacau.

.

.

#

.

.

Mengompres kening Naruto, memasang termometer di ketiak suami adiknya, dan menghela napas panjang. Heran, Naruto masih sanggup berkeliling Konoha dengan suhu tubuh 38 derajat. Bola mata hitamnya memandang Naruto dengan ekpresi terluka, melihat wajah sedih Naruto selalu saja membuat bagian kecil di hatinya sakit. Bodohnya, Itachi masih saja memendam perasaan cintanya pada Naruto. Sialnya, Naruto malah menjadi milik sang adik tersayang. Membuat niatnya untuk menjauh dari sang mantan kekasih lenyap.

"Kau tak harus menanggung semuanya sendirian, Naruto!" Itachi duduk di tepi ranjang, meraih telapak tangan Naruto yang hangat dan menggenggamnya erat. Lalu mengecupnya dengan penuh cinta. "Asal kau tau, Naruto. Lukamu, adalah lukaku. Sedihmu juga sedihku!"

"Tapi aku telah menjadi miliknya!" Itachi tersentak, suara serak Naruto membuat kakak Sasuke itu memalingkan wajahnya langsung ke arah si pemuda yang terbaring lemah tanpa daya. "Aku bukan milikmu lagi, aku resmi menjadi milik Sasuke..." bening membasahi kedua pelupuk mata si pirang.

"Lalu, aku harus menyalahkan siapa jika aku belum bisa menghapus perasaan suka ini? Jawab aku Naruto, jawab!" pinta Itachi yang entah sejak kapan sudah berada di atas tubuh tau seperti apa isi hati si pirang yang sesungguhnya lewat sepasang safir sang mantan kekasih. "Kenapa aku begitu mencintaimu? Kenapa aku tak bisa melupakanmu? Kenapa aku tak bisa merelakanmu untuk Sasuke?" Air mata jatuh lebih dulu dari kedua mata Itachi. Menetes jatuh tepat kedua pipi Naruto, yang refleks memejamkan mata.

"Lalu, kenapa kau mengkhianatiku?"

Deg!

Itachi terdiam. Meski hanya beberapa kata saja, kalimat Naruto tetap saja menohok hatinya. Mereka saling mencintai, bahkan sulung Uchiha pun masih memiliki perasaan yang sama hingga sekarang. Tapi harus dia akui, ia sempat mengkhianati Naruto dengan berselingkuh. Naruto yang tak terima memilih menyudahi hubungan keduanya, dan selang beberapa bulan kemudian, Naruto bertemu dengan Sasuke. Mereka hanya berpacaran dalam jarak waktu beberapa bulan saja. Sebelum Naruto memutuskan menikahi Sasuke dengan segala konsekuensinya. Meski Naruto tau, jika Sasuke adalah adik dari mantan kekasihnya. Naruto tulus mencintai Sasuke, bukan karena dendam pada Itachi atau alasan lainnya, semua murni karena cinta. Yeah, Cinta Naruto pada Itachi telah terhapus, dan seluruh perasaannya hanya ia curahkan kepada Sasuke yang kini entah berada dimana. Meski tak ia pungkiri jika ia masih merindukan kebersamaannya dengan Itachi, seperti saat mereka bersama dulu.

"Maafkan aku..." Itachi merengkuh tubuh lemah Naruto, mendekapnya erat tak peduli jika diantara mereka sudah tak ada apa-apa. Naruto balik memeluk Itachi meski sempat ragu. Membiarkan lelaki berambut panjang itu, menyembunyikan wajahnya diantara ceruk lehernya untuk saat ini. Mereka saling membutuhkan saat ini. Naruto butuh seseorang yang mampu melepaskan segala kesedihannya. Dan Itachi membutuhkan Naruto untuk menghapus kerinduan yang tak pernah pudar untuk Naruto. Walau sebenarnya, ini semua adalah sebuah kesalahan yang tak patut terjadi, mengingat status mereka saat ini.

._._. X ._._.

Tak ada yang berubah ketika Uchiha Sasuke kembali membuka mata. Ia masih berada di dalam 'kegelapan' yang disebut iblis sebagai tempat tinggal. Kepingan oniks indah Sasuke kembali tersembunyi, dan berharap jika ia membuka matanya sekali lagi, semua omong kosong ini akan berakhir. Tapi, berapa kalipun mengelak dan berusaha menghindar, kenyataannya semua yang Sasuke lihat, adalah sama. Kegelapan.

Oh Tuhan... Ia ingin pulang, melebur segala ketakutannya dalam pelukan Naruto. Menyudahi semua kekonyolan ini, dan menganggap pengalaman ini sebagai mimpi. Memaafkan Naruto, dan hidup damai dengannya seperti dulu. Bukankah permohonannya begitu mudah untuk dikabulkan? Lalu, mengapa ia tetap disini? Ataukah... Tuhan sudah tidak lagi berpihak padanya? Tapi dosa apa ia sampai Tuhan membencinya? Akh... Sasuke mencoba mengelak dari kenyataan rupannya. Mencoba melupakan dosa terbesarnya sebagai manusia yang melanggar kodrat dengan menikahi seorang laki-laki. Itulah dosa terbesarnya.

Ia sudah 20 tahun, dan telah berhenti menangis sejak ia jatuh dari sepedanya ketika sedang belajar saat masih di Taman Kanak-Kanak. Kalaupun menangispun,itu karena ia bahagia saat Naruto mempersuntingnya. Tapi, untuk kali ini. Tanpa peduli pada harga dirinya sebagai klan terhormat, untuk kedua kalinya, seorang Uchiha Sasuke, kembali menangis.

'Aku ingin bebas...'

Satu tetes air matanya jatuh ke bawah, posisinya saat ini masih sama. Terlentang dalam keadaan polos dan kondisi tubuh yang lemas, sendirian.

'Aku ingin kembali padanya, pada Naruto... Tuhan...'

Sebelum ratusan tetes air mata menyusul. Mengalir tanpa bisa dia tahan. Ia memejamkan kedua kelopak matanya, ia menggengam buku-buku jarinya sambil terus memohon pada Tuhan.

'Aku ingin pulang...' Raungnya frustasi, napas memburu, airmata masih mengalir bebas tanpa bisa ia cegah. Dan ternyata, Tuhan masih mau mendengar doanya. Mengabulkan keingannya. Menciptakan satu cahaya yang tak begitu besar di atas kepala sang Uchiha. Mungkin itu jalan untuk Sasuke kembali pulang. Dengan senyum cerah terkembang di wajahnya yang masih basah oleh air mata, Sasuke coba mengenggam cahaya di atas kepalanya yang terlihat dekat, namun jauh disaat bersamaan. Lengan putihnya terus menggapai-gapai ke atas, tepat ke arah sumber cahaya itu. Sempat mengerang karena tubuhnya begitu sulit diajak kompromi. Namun, Sasuke tak menyerah, demi bertemu dengan Naruto ia akan terus berusaha. Menggapai cahaya yang Tuhan tunjukkan padanya meski lengannya mulai letih. Terus mencoba meraih cahaya di atasnya, hingga tiba-tiba, sebuah telapak tangan mengenggam jari-jarinya yang mencoba menggapai cahaya asing itu. Tangan dingin yang meremas jemarinya, dan menurunkan lengannya. Jari-jemari milik sang Lucifer yang kini berada diatas tubuhnya dengan seringai lebarnya. Menghalangi pandangan Sasuke terhadap cahaya yang sempat memberinya harapan, dengan sosok tanpa busana Kurama.

"Kau tak boleh pergi kemanapun, Sasuke-sama..." Dan bersamaan dengan kata-kata Kurama, cahaya itu pun musnah, lenyap, dan kembali membuat ruangan ini gelap seperti sediakala. "Sebab jiwamu, telah menjadi milikku!"

Dan hanya keheningan yang membelenggu kedua mahkluk Tuhan itu. Dalam kegelapan yang masih memerangkap mereka. Kurama puas mendapatkan satu jiwa manusia lagi untuk 'makanannya'. Sementara Sasuke hanya dapat memandang kosong semua kejadiaan ini, dengan pasrah.

._._. X ._._.

TBC...

._._. X ._._.

Waduh, ada yang tak nyambung sama inti cerita ini? Kalau begitu baca ulang deh! #digorok. Intinya, Sasuke yang 'hilang arah' tiba-tiba mengucap kontrak pada si iblis alias Kurama yang saat itu mendengar semua keinginan Sasuke. Dan akhirnya dibawalah si Sukebe alias Sasuke ke 'tempat' Kurama. Mungkin tempat Kurama itu kaya ruang hampa, atau lebih gampangnya kaya dimensi ruang dan waktunya Madara tapi yang ini gelap dan tidak ada apapun, selain hitam. Dan untuk Naruto dan Itachi, sebenarnya mereka pernah pacaran, dan putus karena Itachi jatuh hati pada seseorang. Dan gitu deh pokoknya. Ini masih di flashback, dan menceritakan kejadian awal saat sebelum Sasuke kehilangan kesadaran.

Gimana? Terlalu OOCkah mereka? Terlalu abalkah fict ini? Layak dilanjutkan atau tidak? Pokoknya review saja. Flame, kritik, dan saran akan Fu tunggu. Sudah susah payah bikin fict ini, tapi gak ada yang apresiasi jadi males kalau mau lanjutin, hehehe. Yosh, yang terakhir...

Salam,

Happy-happy Fu... n_n