Aku cukup terkenal di sekolah. Aku juga cukup supel dalam bergaul. Punya banyak teman, juga selalu menjadi pusat perhatian di kelasku. Tidak begitu pintar, tapi karena kebodohanku inilah aku dapat menembus dinding-dinding tak kasat mata dalam pergaulan antar siswa di kelasku.
Hm, aku cukup hebat bukan?
Yeah, tentu saja. Siapa yang tidak tahu Naruto Uzumaki murid paling fenomenal di Konoha High School he? Kalau dia tidak kenal aku berarti dia benar-benar tidak punya mata atau matanya selalu dipasang kacamata kuda sehingga tak bisa melihat kehebohanku. Mfufufufufufu… fenomenal adalah jati diriku, kalau tidak fenomenal bukan Naruto Uzumaki namanya.
"Naruto-kuuuuun! Ke sini sebentar dech!"
Huh? Ada yang memanggilku? Hm, ohhh… ternyata salah satu anggota geng ku. Ahaha, kalian tentu saja tahu geng berisik dan nomor satu di sekolah ini, kalau tidak tahu berarti kalian adalah orang yang anti sosial atau bahkan seorang hikikomori*, iyuh, please deh ah.
"Ohaiyo Ino-chan, ada apaan sih?" Jawabku seraya berlari-lari kecil ke arah teman satu kelas sekaligus satu geng-ku itu.
"Tidak, hanya saja pagi ini… eh?" Gadis bersurai pirang yang selalu menyukai warna ungu itu sedikit terpana melihat ke arahku dan aku tentu saja tahu kenapa dia memasang ekspresi kaget dengan pipi merona seperti itu.
"Kenapa? Kau terkejut melihat penampilanku hari ini?"
"A—ano… a—ano Naru-kun… tentu aku terkejut… ta—tapi aku tak pernah menyangka kau akan begitu… begitu…" Ino sampai spechless dan tak tahu harus merespon apa yang baru saja dia lihat.
"Aku kenapa? Aku begitu…
.
.
…cantik hm?"
Jawdrop memenuhi wajah Ino ketika aku mengatakan kata itu bersamaan dengan anggukkan singkat dari teman satu geng-ku itu ketika dia baru bisa menerima kenyataan kalau aku, Naruto Uzumaki, tengah memakai seragam sailor.
Iya seragam sailor. Itu loh yang dipakai anak perempuan.
.
.
Aku… fenomenal kan? Hihihihi…
Naruto © Masashi Kishimoto
Free Punch! © Ikuto Kisaragi
Happy reading and enjoy ^^~
And do not forget to leave a riview, ne? ^^
"U—ZU—MA—KI!"
"Hai'! Sensei, saya hadir." Naruto mengacungkan tangannya seraya membenarkan syal seragam sailor yang melekat di tubuhnya.
"DO NOT 'saya hadir' ME WITH SUCH—with such…"
"With such apa Iruka-sensei? With such lovely sailor uniform pose?" Ucap Naruto seraya berdiri dan memasang pose malu-malu yang membuat satu kelas tertawa terbahak-bahak, bahkan ada yang sampai terjungkal ke belakang saking tak kuat menahan tawanya. Iruka-sensei sebagai guru bahasa Inggris hanya bisa menitikkan air mata di bawah meja sambil menggumamkan kata 'anak muda zaman sekarang,' 'ibu berkati aku dari surga,' 'tuhan cobaan macam apa ini?!' berulang-ulang.
"Sensei, Sensei! Apa bahasa inggrisnya 'Naru-chan cantik sekali hari ini?!'" seru salah satu anak laki-laki yang masih setengah terbahak di sudut ruangan.
"Naru-chan so pretty today…" jawab Iruka-sensei spontan dan kelas kembali meledak, sedang Iruka-sensei hanya bisa bengong.
"KYAAAAAAAA… selamat ya Naru-chan, sepertinya Iruka-sensei ada rasa sama kamu deh AHAHAHAHAHAHA!" tawa setan menggema dari Ino sembari memeluk leher Naruto yang ikut-ikutan tertawa keras.
"INI BUKAN SEPERTI ITU YAMANAKA! HEI KALIAN SEMUA DIAAAAM!" Iruka-sensei, 25 tahun, masih lajang selama masa hidupnya dan masih perjaka tentunya, terlihat hampir menangis kalau saja Kakashi-sensei, guru matematika, tidak masuk dan berhasil meredakan ledakan tawa di kelas X-1 ini.
"Kalian tidak boleh seperti itu pada guru baru kita, kalian setidaknya bisa menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua, tidak boleh bertingkah seperti anak kecil, umur kalian berapa sih sekarang?"
"Kita memang masih kecil kok Sensei, umur saja belum 17 tahun buuuu~~~"
"Bukan itu maksudku tapi…"
"NASIHAT DARI GURU MESUM YANG SUKA BACA NOVEL DEWASA SEPERTI KAKASHI-SENSEI TIDAK BISA DIPERCAYA!" Seru Naruto dengan suara TOA-nya sambil menggebrak meja dan langsung disambut dengan sorak sorai satu kelas yang lebih heboh dari yang tadi hingga guru yang tengah mengajar di kelas sebelah sampai keluar dan marah-marah. Kericuhan terus saja terjadi, begitulah yang selalu terjadi di kelas ini setiap harinya, kacau balau dan tidak teratur. Yah… setidaknya keributan ini akan segera berakhir sebentar lagi…
SREK!
Pintu kelas terbuka, bersamaan dengan itu pula lah kelas X-1 ini terdiam dalam kesenyapan yang aneh. Semua langsung memasang sikap duduk manis di kursi masing-masing.
TAP!
Satu langkah sepatu menggema di kelas ini karena begitu sunyi dan sedetik kemudian, sosok itu muncul. Sosok pemuda tinggi tegap dengan pandangan onyx menusuk yang konon katanya bisa membuat seluruh tubuh orang yang ditatap membeku seketika seperti menatap mata medusa. Seragam yang dipakai pemuda itu berantakan (seragamnya hanya dikancing satu, sisanya dibiarkan saja), rambutnya yang mirip seperti pantat ayam jago birahi memang sedikit konyol, tapi tak ada seorang pun yang berani mengucapkan kata 'pantat ayam' (apalagi ditambah embel-embel 'birahi') di depan Sasuke itu kalau tidak ingin mati muda.
Yeah…
Kecuali satu orang.
"Heyaaa… Tuan populer kita telat lagi eh?" Naruto yang sedari bersikap manis-manis manja kini berubah menjadi sedikit terganggu dan kesal.
"Hn?" Pemuda itu melirik Naruto, menatap si rambut durian itu kemudian pada seragam sailor yang dikenakan Naruto, beberapa saat kemudian, "Thce!" Helaan napas meremehkan keluar begitu saja dari mulutnya hingga membuat Naruto naik pitam.
"APA MAKSUDMU DENGAN AFUAGUAGAUAFUGU!" Mulut Naruto langsung ditutup oleh sebelah tangan Ino dan Sakura (salah satu teman satu geng Naruto) hingga ucapannya tidak jelas.
"Ohaiyo Uchiha, kau terlambat lagi hari ini. Apa alasanmu?" Iruka-sensei bertanya dengan tubuh agak gemetar pada pemuda bernama Uchiha itu.
"Bukan urusanmu." Jawab pemuda itu singkat yang berhasil membuat satu kelas membeku.
"Huhuhuhuhu… Kakashi-sensei, apa aku tak pantas jadi guru? Huhuhu…" Iruka menangis sungguhan dengan volume kecil pada koleganya itu.
"Tidak kok, bukan salahmu, toh semua guru memang takut dengan dia kan?" Jawab Kakashi-sensei dengan santai sembari menepuk pundak Iruka-sensei sebagai penambah semangat, "Yah, setidaknya Uchiha tukang buat onar itu bukan murid tanggunganku," lanjutnya dengan tatapan iba pada Iruka-sensei yang merupakan wali kelas X-1.
"WAAAAAAAAAAAAAAA! DUNIA INI MEMANG KEJAM!" Jeritan Iruka-Sensei menjadi penutup pelajaran Bahasa Inggris hari ini.
Jam istirahat siang datang. Di pinggir lapangan basket banyak siswa dan siswi duduk untuk makan siang atau hanya sekadar membunuh waktu untuk menunggu sampai jam pelajaran berikutnya. Di salah satu naungan pohon yang cukup rindang, ada lima orang tengah berkumpul (ngerumpi lebih tepatnya) sembari sesekali tertawa (cekikikan seperti nenek sihir lebih tepatnya) dan makan siang bersama. Mereka adalah Five Chicks, geng rumpi ternama di Konoha High school dengan Naruto Uzumaki si Melambai sebagai ketuanya.
"Haaahh…" Naruto merebahkan kepalanya pada paha Sakura sembari menghela napas begitu panjang.
"Kamu kenapa Naruto-chan?" Ucap Sakura agak kaget karena sedari tadi dia tengah berbincang dengan Hinata dan Tenten.
"Tidak apa-apa, hanya saja sedikit kesal dengan kejadian tadi pagi."
"A…ano… kejadian apa ya?" Tanya Hinata, salah satu anggota geng Naruto yang paling kalem, entah bagaimana akhirnya Hinata yang tidak suka rumpi bisa jadi salah satu geng ini.
"Yah, kejadian yang biasa-lah, apa lagi." Jawab Tenten asal setelah puas menatap body sepupu Hinata dari foto yang diambil sembunyi-sembunyi oleh Hinata. "Hinata-chan, kau punya foto yang lain tidak? Aku mau lihat Neji sedang tidur, nanti kau bisa ambilkan tidak fotonya?"
"Oo-oke… sepertinya aku bisa."
"Yay! Kau memang pahlawanku Hinata!"
"Ehehehehe…" Naruto, Sakura, dan Ino hanya bisa ikut tertawa hampa melihat hobi tidak wajar dari salah satu anggota gengnya itu.
"Tonikaku," Hinata bersuara demi memindahkan fokus dari foto Neji ke arah topik yang tadi, "Naruto-kun, apa kau benar-benar tidak merasa takut sama sekali dengan Sasuke Uchiha itu?" Tanya Hinata dengan suara yang begitu pelan, takut yang tengah dibicarakan nongol dari atas pohon.
"Mendokusai ne, Hinata-chan sudah beberapa kali kubilang jangan bawa nama itu dalam pembicaraan (rumpi) kita, dia itu manusia paling menyebalkan di seluruh jagat raya kau tahu itu?"
"Ee-to.. gomen ne…"
"Tak apa, tak apa." Ucap Naruto sembari mengibaskan tangannya, "Tapi… memang benar, aku merasa tidak senang dekat-dekat dengan dia."
"Hanya merasa tidak senang? Apa kamu tidak takut dengan dia?" Tanya Sakura sedikit terkejut dengan jawaban Naruto. Secara, yang tengah mereka bicarakan adalah Sasuke Uchiha, murid paling menakutkan satu sekolah yang bisa menghajar senior kelas 12 dengan mudah.
"APA? TAKUT? Sori lah yaw, akika mana bisa takut ama pecundang macam dia, nek." Jawab Naruto dengan logat banci yang selalu berhasil membuat teman-temannya tertawa terpingkal di tempat.
"Na—Naru-chan hahaha… bisa tidak memakai bahasa itu? Kau membuatku takut… hahaha…," Ino yang sedari tadi tengah bersolek ria membuat kesalahan ketika memaki lipstick yang tak hanya memoles bibirnya tapi juga wajahnya hingga dia terlihat seperti badut.
"Aposeeee? Kanua tinta sukiaki akika pakarena bahasa begindang?" (Apaaaa? Kamu tidak suka aku pakai bahasa begini?") Jawab Naruto semakin menjadi-jadi sembari melempar rambutnya ke atas sambil pasang pose menggelikan.
"CU—CUKUP HAHAHAHA!" Tawa mereka berempat meledak saat itu juga hingga membuat beberapa orang memperhatikan mereka.
"Ha... badut banci."
Tiba-tiba udara di sekitar mereka terasa dingin, ke empat anak perempuan itu terdiam ketika seorang yang baru saja mereka bicarakan lewat di depan mereka. Sasuke Uchiha tengah berdiri di depan mereka sambil memasang wajah datar dan dingin tiada tara. Sepertinya mitos kalau Sasuke itu keturunan medusa itu benar adanya, soalnya setiap orang yang ditatap pasti membeku seperti batu.
"Tch, apa maumu, cengeng?" Naruto menyandarkan punggungnya pada pohon di belakangnya sembari memasang senyum miring sedangkan ke empat temannya yang lain semakin ketakutan karena sambaran kilat tak kasat mata dari biru elektrik Naruto seperti kilat di siang bolong tak berawan.
"Hn?"
"Kau ini tuli atau apa sih, Sasuke-chan, hm?" Jawab Naruto dengan nada meremehkan, nada centilnya telah hilang dibawa angin, kini suaranya benar-benar seperti anak laki-laki yang siap berkelahi.
"Tch. Minggir kalian." Ucap Sasuke, kemudian ke empat anak perempuan itu menyingkir dengan takut-takut sambil memasang ekspresi khawatir pada Naruto. Sasuke kini berdiri di depan Naruto yang masih duduk bersandar pada batang pohon. Mereka berdua terdiam dalam senyap, hanya suara kerasak angin yang merobek kesenyapan menegangkan ini. Kemudian sebuah seringai miring mencemooh kembali terukir di wajah Naruto. Dan konsekuensi dari senyum itu, kini tengan Sasuke tengah menarik kerah seragam sailor Naruto, memaksa pemuda berkulit tan itu berdiri.
"Hm? Ada apa Sasuke-chan? Kamu naksir ya denganku?" Provokatif, nada yang begitu memancing amarah dikeluarkan Naruto begitu mudahnya. Entah kenapa dia senang membuat Sasuke marah, hal ini membuatnya begitu bersemangat.
"Brengsek." Sasuke menggeretakkan giginya, namun beberapa saat kemudian cengkeraman di seragam sailor Naruto dilepaskan dan dia bersiap kembali berbalik arah.
"Oh. Ada apa ini? Sasuke-chan si ketua geng Taka yang suka tawuran takut denganku yang kau panggil, banci? Wah wah… aku tak tahu kalau kau begitu penge—"
BUAK!
"NARUTO!" Keempat temannya menjerit, beberapa anak yang tengah bermain basket menghentikan kegiatannya karena melihat ada ribut-ribut.
"Brengsek, mulutmu sepertinya harus dibungkam dengan tinju eh, Dobe." Sasuke tersenyum penuh kemenangan beberapa saat sebelum melihat Naruto kembali berdiri dengan senyum merendahkan yang masih sama seperti sebelumnya walau kini di sudut bibirnya ada darah segar mengalir perlahan. Kembali pemuda bersurai raven itu menggeretakkan giginya.
"Ahahaha… ternyata hanya segini saja kekuatan Ketua Geng Taka! Ahahahahaha!" Naruto tiba-tiba tertawa terbahak hingga membuat semua orang yang melihat kejadian ini membeku. Selama ini tak ada yang pernah bisa berkutik setelah menerima pukulan dari Sasuke Uchiha, dan melihat si melambai Naruto masih bisa berdiri setelah satu pukulan telak, tentu itu merupakan sebuah kejutan besar.
"Omae!" Satu layangan tinju dengan kecepatan penuh kembali dilayangkan Sasuke pada Naruto.
BUAK!
Lagi-lagi kena telak tepat di pipi, namun hasilnya tetap sama. Naruto masih menyeringai di antara darah yang mengalir dari hidungnya.
"Tche…, ini yang kau sebut pukulan, Uchiha?" Uzumaki Naruto, masih berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tinju Sasuke yang masih menempel di pipinya yang kini lebam, dia sama sekali tidak bergerak satu inchi pun dari posisinya semula. Pandangan mata biru langitnya begitu tajam hingga membuat Sasuke sedikit terganggu.
"Ada apa? Sudah selesai? Kalau sudah aku ingin ke ruang kesehatan." Ucap Naruto sembari menurunkan tinju Sasuke dari pipinya, "Kau merusak wajah tampanku," lanjut Naruto kemudian berlalu dengan diekori keempat sahabatnya yang setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
…
"Tampan? Kau sama sekali tidak berubah dari dulu, kau masih tetap jelek."
Tep.
"A—ada apa Naruto-kun?" Tanya Hinata dengan gugup dan agak takut pada Naruto yang tiba-tiba berhenti.
"Na—Naru-chan!" Ino hendak menarik lengan Naruto ketika pemuda berbalik arah, namun sudah terlambat. Naruto kini tengah mencengkeram kerah baju Ketua Geng Taka yang kini memasang ekspresi kaget.
Terdiam begitu lama dengan pandangan biru elektrik yang temaram, lurus kedalam ke dalam onyx yang dingin kemudian dia kembali tersenyum. Dengan senyum yang sedih.
"Aku masih jelek, ya?" Tanya Naruto dengan nada datar.
"Eh?" Sasuke yang masih membeku dengan kerah baju masih dicengkeram Naruto hanya bisa memasang ekspresi bingung.
"Sepertinya tidak ada yang berubah sejak saat itu, ne?" Tanyanya lagi, biru elektriknya seperti memudar menjadi pucat dengan senyum sedih yang membuat Sasuke risih sebelum akhirnya Naruto berlalu bersama ke empat temannya meninggalkan Sasuke Uchiha yang masih berdiri di bawah pohon.
Onyx itu masih terus memperhatikan punggung lelaki yang memakai seragam sailor yang terlihat konyol itu sebelum akhirnya lenyap ketika memasuki gedung sekolah. Dengan getir, Sasuke menendang batang pohon dengan keras sembari mengumpat.
"Tch… baka."
Naruto PoV
"AKU TAK MAU BERTEMAN DENGAN ORANG JELEK SEPERTIMU!"
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Kadang-kadang muncul di saat yang tidak tepat hingga membuatku dongkol dan tak tahu harus berbuat apa. Kata-kata itu begitu tajam, aku bahkan masih ingat bagaimana dia mengatakan kata-kata itu didepanku dengan begitu mudahnya. Yah, walaupun saat itu kami masih berada di bangku sekolah dasar dan ejekan seperti itu tentunya adalah hal yang wajar. Tapi entah kenapa, kata-kata itu seperti menghantuiku sampai sekarang. Sehingga aku bekerja dengan keras dan giat agar mengubah image-ku, berusaha dengan keras membuat wajahku tidak berjerawat dan selalu terlihat segar, selalu melakukan perawatan khusus pada kulit, selalu pergi ke salon dua minggu sekali agar penampilanku selalu terlihat sempurna. Agar aku terlihat fenomenal…
Agar aku tak disebut jelek lagi olehnya…
Agar setidaknya…
Setidaknya… dia melihatku tanpa pandangan meremehkan. Tapi nyatanya, semua yang kulakukan tidak ada gunanya. Yang kulakukan hanya membuat diriku terlihat seperti sampah. Sampah tak berguna. Apa yang aku lakukan hari ini pun terlihat bodoh. Memakai seragam sailor? Untuk apa? Untuk terlihat fenomenal? Untuk terlihat mencolok? Untuk terlihat begitu 'wah'?
Tidak… aku menyadari banyak orang mencemoohku di belakang. Tapi aku tetap memakai kostum sinting itu satu hari penuh. Berharap setidaknya dia melihatku… walau dengan kebodohanku.
Yah, berhasil. Dia bahkan bicara denganku, walau konteks bicara di sini sama sekali bukan seperti happy chit chat tapi setidaknya dia mau bicara denganku.
Tapi apa?
Apa?
Aku tetap jelek. Yah… tak ada yang berubah.
Tak ada…
"Baka..."
.TBC TBC TBC.
O—oke… ini fic pertama saya… dan ini kacau parah hahahaha…
Maaf kalau alurnya terlalu cepat…
Maaf juga kalau gaje…
Dan akhir kata…
Salam kenal, Minna!
Mohon kritik dan sarannya ya ^^~
