Eternity

Chapter 1

Summary :

Hinata memutuskan untuk pindah ke Konoha, kota terpencil dengan segudang vampire di dalamnya, untuk membalasdendamkan kematian ayahnya. Semuanya terasa pahit saat orang yang ia cintai, ternyata adalah seorang vampire, makhluk yang telah membunuh ayahnya sendiri…

Pairing : NaruHina x SasuSaku

Genre : Supranatural, Romance, Mystery, Hurt

Rating : T – M

Author : cherrystory

Disclaimer : Semua Casts/tokoh di sini hanyalah milik Masashi Kishimoto, dan cerita ini asli milik saya.


Author POV :

"Apakah kau yakin, Hinata?!" Neji mencoba menghentikan Hinata yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam koper besar miliknya. "Kenapa, Hinata? Kenapa?!"

Hinata menghentikan aktivitasnya. "Kakak, aku ingin membalaskan dendam ayah! Apakah kakak tidak bisa mengerti juga?!"

"Tapi tidak begini caranya, Hinata?!"

"Lalu bagaimana lagi?!" Hinata mulai meneteskan air mata. "Apakah aku harus membiarkannya begitu saja dan tak berbuat apa-apa? Aku tidak akan membiarkan ayah mati begitu saja!" Hinata kembali memberesi barang-barangnya, ia menyeka air matanya yang baru turun.

"Aku tak ingin kehilanganmu… Hinata." gumam Neji sedih.

Hinata menolehkan wajahnya. "Aku pasti akan kembali, kakak… aku janji…"

"Konoha adalah tempat yang menyeramkan Hinata. Kau tahu kan kabar miring tempat itu?" kata Neji pelan.

Hinata mengangguk. "Ya, aku tahu. Konoha… adalah tempat Vampire, bukan? Aku yakin sekali… yang membunuh ayah adalah vampire."

"Dan vampire meminum darah manusia… Dan kau memiliki darah itu…" Neji mulai berkaca-kaca, ia sudah tak mampu membayangkan hal-hal terburuk yang akan dialami adiknya itu bila ia sudah tiba di Konoha.

"Ya, aku tahu kakak. Tapi kakak tak usah khawatir, Konoha tidak didiami oleh para vampire saja, di sana juga banyak manusia." Hinata kembali membereskan barang-barangnya.

Neji duduk di ranjang Hinata. "Kau akan tinggal dengan siapa di sana?"

"Sakura."

Neji menaikkan satu alisnya. "Sakura? Haruno Sakura maksudmu? Teman masa kecilmu itu?"

Hinata mengangguk dan berhenti memasukkan barangnya. "Ya, lagipula dia tinggal sendiri di sana. Aku juga tidak menyangka ternyata ia tinggal di sana. Setelah kudengar dari dia, ternyata orang tuanya meninggal 2 tahun yang lalu, jadi sampai sekarang ia hidup seorang diri."

"Bagaimana kalian memenuhi biaya hidup kalian? Dari mana uangnya?"

"Sakura punya toko bunga dan warisan orang tuanya. Di Konoha, aku akan berusaha untuk mencari pekerjaan, sekaligus untuk membiayai sekolah."

Neji dan Hinata terdiam sejenak. Neji membuka suara, "Kau yakin Hinata? Kau juga masih muda… usiamu masih 17 tahun dan aku benar-benar takut terjadi sesuatu padamu."

Hinata tersenyum lemah. "Kakak tidak usah khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kami-sama pasti akan melindungiku. Lagi pula kakak juga bisa sering mengunjungiku di Konoha, kalau kakak rindu denganku."

Neji tersenyum dan memeluk Hinata, adiknya. "Aku pasti akan sangat merindukanmu, Hinata. Karena kau adalah satu-satunya keluargaku di dunia ini…"


Keeseokan harinya, Hinata sudah siap di depan mobilnya. Ia memasukkan 2 kopernya, yang satu besar, dan yang satu kecil, serta tas kecil yang selalu dibawanya.

"Kak Neji, aku pergi dulu…" Hinata memeluk Neji dengan erat, seakan takut kehilangan kakaknya.

"Jaga baik-baik dirimu Hinata… ingat, kalau terjadi sesuatu denganmu, jangan lupa telepon aku, oke?"

Hinata mengangguk. "Iya… jaga diri kakak baik-baik juga ya, aku sayang kakak."

"Aku juga menyayangimu Hinata."

Mereka pun melepaskan pelukan mereka. Hinata masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan sampai jumpa ke Neji sebelum ia berangkat menggunakan mobilnya.


Hinata sudah hampir sampai di kota Konoha, saat ia berada di perbatasan antara kota Konoha dengan Otogakure, ia menelepon Sakura.

"Moshi-moshi, Sakura? Kau dimana… ya, aku sebentar lagi sampai di dekat warung ramen yang terkenal itu… baiklah, sampai jumpa."

Hinata mematikan ponselnya untuk segera menemui Sakura di Restoran Ramen terkenal di perbatasan. Mereka berjanji akan bertemu di sana karena Hinata sama sekali tidak tahu apa-apa tentang jalan-jalan di kota Konoha.

Akhirnya ia pun sampai di depan Restoran Ramen. Ia turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran itu. Hinata menoleh ke sana kemari untuk menemukan Sakura, tapi sepertinya Sakura sama sekali tidak ada di sana. Akhirnya ia memutuskan untuk memesan satu ramen dan duduk di salah satu meja dekat jendela.

Saat ini, ia sedang menunggu pesanan yang belum juga di antar ke mejanya. Ia menghela nafas dan menopang dagu sambil melihat ke arah luar jendela. "Kemana kau Sakura? Kenapa kau belum datang juga…?" Hinata kembali menghela nafas.

"Hinata!"

Tiba-tiba, Hinata mendengar suara Sakura. Ia mengangkat wajahnya dan melihat Sakura yang sedang melambaikan tangannya.

"Sakura!" Hinata berdiri dan memeluk Sakura yang sudah tiba di depannya. "Aku merindukanmu, Sakura!"

"Aku juga Hinata!" mereka melepaskan pelukan mereka berdua. "Aku senang sekali kau di sini! Sudah lama sekali kita tidak bertemu."

Hinata mengangguk haru dan hampir menangis karena begitu merindukan sahabatnya itu. "Iya… aku juga senang sekali bertemu denganmu lagi, Sakura. Aku benar-benar merindukanmu selama beberapa tahun ini." Hinata dan Sakura kembali berpelukan. Setelah itu mereka kembali duduk di tempat Hinata tadi duduk.

"Aku tidak menyangka saat kau akan tinggal di Konoha, Hinata. Apa yang membuatmu datang ke kota Konoha? Kau tahu kan Konoha adalah kota kecil dan terpencil?"

Hinata mengangguk. "Ya, aku tahu itu, Sakura… sebenarnya, aku kesini untuk membalasdendamkan kematian ayahku…"

"A-apa? Balas dendam? Dengan siapa?"

Hinata berbisik, "Vampire."

Sakura membelalakkan matanya tak percaya. Ia memelankan volume suaranya. "Vampire? Bagaimana kau bisa…" Sakura tak melanjutkan kata-katanya.

"3 tahun yang lalu, ayahku mati dengan sangat misterius. Tak ada luka di bagian tubuh manapun kecuali… bekas gigitan di lehernya. Aku tak mengerti bagaimana ia bisa meninggal dengan meninggalkan bukti seperti itu… 3 tahun ini, aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah aku harus tinggal diam?"

Sakura menipiskan bibirnya dan berpikir sebentar. "Hinata, aku tidak tahu apakah ini benar atau cuma hoax… aku memang pernah mendengar bahwa kota ini adalah kota…"

"Vampire." lanjut Hinata serius.

"Hinata, darimana kau tahu?"

Hinata mengingat-ingat. "Ayahku meninggal di Konoha. Beberapa bulan yang lalu, aku menemukan buku tua di laci kerja ayahku yang dulu. Aku tahu dari buku tua itu, setelah aku membacanya beberapa lembar. Sepertinya, buku tua itu menyimpan banyak rahasia tentang Vampire."

"Buku tua? Apakah sekarang kau membawanya?"

"Ya, sekarang di koper di mobilku."

Sakura mengangguk mengerti. "Tapi, Hinata, aku tidak yakin apakah Konoha benar-benar dihuni oleh para vampire. Aku tinggal di Konoha dan tidak ada hal-hal aneh yang terjadi di Konoha…"

"Aku akan menyelidikinya, Sakura. Tujuan utamaku di sini adalah membunuh vampire yang telah membunuh ayahku. Siapa pun dia… aku akan balas dendam…"

TBC...