Holaa~ saya comeback dengan sajian cerita baru yang tak kalah gajenya dengan Fic-fic saya yang dolo^w^)/ gara – gara kemasukan inspirasi cerita gaje, yang 2 Fic itu jadi pada hiatus udah keburu males dilanjutinnya hehee...
Cast:
Kim Ryeowook
Kim Jong Woon
Lee Sungmin
Cho Kyuhyun
Rated: T
Warning : AU, typo(s), gaje, bahasa kacau-tidak sesuai dengan EYD yang benar, alur agak memaksa (dan sepertinya agak ngaco-_-v) dan lain – lainnya
Happy Reading Nyaan~ *neko :3
.
.
.
.
Author PROV
"ANDWEE! aku tidak mau dijodohkan!"
Ryeowook terdiam mendengarnya. Ia hanya memainkan jari – jarinya sambil merapatkan bibirnya, mencoba untuk tetap bertindak diam dan menata etika. Ia mengalihkan padangannya kearah saudara kembarnya Sungmin lalu berpaling kepada Eomma dan Appanya, Leeteuk dan Kangin yang kini engah memberi tatapan tajam untuk mereka berdua. Ryeowook diam saja, walau sebenarnya ia ingin sekali menentang perkataan Eomma-nya seperti Sungmin tadi. Tapi sepertinya, Sungmin sudah mewakilinya disertai jeritan yang benar- benar menyatakan bahwa ia enggan mengikuti 'perjodohan' itu.
"kenapa harus seperti ini? Lagipula kami berdua masih saja kuliah! Kami belum siap untuk dijodohkan apalagi ditunangkan dengan... Namja yang tidak kami sukai," gumam Sungmin sambil mencoba menurunkan volume suaranya karena ia baru saja mendapati aura deathglare yang dipancarkan Eommanya. Ia mendekap bantal dan tertunduk. Matanya mulai berkaca – kaca dan hampir saja menangis. "kenapa harus secepat ini? Apa Eomma dan Appa tidak bisa memberikan waktu untuk kami berdua? Aku tahu kalau perjodohan ini untuk kebaikan kita... tapi, alangkah lebih baiknya kalau Eomma memberi waktu sehari saja untuk memikirkannya,"
Leeteuk menghela nafas kesal. Ia hanya melipat tangannya didada dan matanya mulai menyipit memandangi Sungmin dan Ryeowook secara bergantian. "ya, Eomma akan memberi waktu sampai calon tunangan kalian berdua datang. Pikirkan baik – baik masa depanmu Minnie... Eomma dan Appa sudah memberikan yang terbaik untuk kalian berdua," ucap Leeteuk sambil tersenyum tipis.
"tapi... kita akan dijodohkan dengan siapa?" tanya Ryeowook dengan suara datar dan tanpa ekspresi. Ia kembali memainkan jari – jarinya, menunggu Eomma-nya untuk menjawab pertanyaannya yang terkesan begitu sederhana. Sementara Sungmin hanya mendekap bantal sambil memandang Leeteuk lekat – lekat. Sebenarnya pertanyaan Ryeowook tadi ada bagusnya. Lebih baik kau lihat dulu saja orangnya sebelum kau dijodohkan. Siapa tahu kau bisa memilih~
Leeteuk mengambil tas tangannya dan mengeluarkan dua figura, satu berwarna hitam dan satunya lagi berwarna cokelat. Dimasing – masing figura itu, terselip dua foto Namja yang memakai pakaian formal sambil tersenyum lebar. Ia menyodorkan figura yang berwarna hitam kepada Sungmin sembari berkata. "Eomma sudah menentukan calon tunanganmu. Dia merupakan pewaris dari perusahaan teman Appa.. Eomma yakin, kau pasti akan segera menyukainya," ujar Leeteuk.
Sungmin mengambil figura itu dengan tangan gemetar. Dengan cepat ia mulai memerhatikan foto yang ada difigura itu. seorang Namja berambut hitam dengan pakaian formal yang terkesan simpel dan halus. Senyumnya memang sangat menawan, dan disudut figura itu tercantum nama Namja itu. 'Kim Jong Woon–– Yesung'. Ryeowook sempat sedikit mengintip foto yang diberikan Leeteuk untuk Sungmin, dalam hati ia terus bergumam, Aigoo... aku iri sekali dengannya. Calon tunangannya tampan, ––pikirnya sambil tersenyum – senyum sendiri.
"benarkah aku akan menjadi calon tunangan laki – laki ini?" tanya Sungmin dengan mata melebar, menandakan bahwa ia tak yakin dan ada kesan kesedihan yang tersirat dimatanya. Sejujurnya ia tidak mau,
Ryeowook langsung mendekap bantal, tak mau mendengar jawaban dari Ibunya yang pastinya akan menyatakan bahwa Namja itu akan menjadi calon tunangan Sungmin, bukan dirinya. Padahal dia sedikit berharap agar bisa bertukar calon dengan Sungmin. Itu pun kalau Sungmin mau.. tetapi kelihatannya ia sudah terlanjur menyukai Namja itu dan akan sangat sulit bagi Ryeowook untuk membujuknya.
"ne, tentu saja Minnie," jawab Leeteuk lembut. "kau menyukainya?"
"err... ya," jawab Sungmin cepat disertai senyum melebar, senyum palsu. "aku benar – benar seorang Yeoja yang beruntung,"
"aku senang mendengarnya," gumam Kangin sambil berdehem sebentar. Ia mengambil figura yang sedari tadi digenggam oleh Leeteuk dan langsung memberikannya kepada Ryeowook. "calon tunanganmu," ujarnya seraya menyodorkan figura itu dihadapan Ryeowook sambil tersenyum lebar meyakinkan putri kecilnya. Ryeowook tertegun, dengan tangan gemetar ia mengambil figura itu dan melihat foto yang tercantum disitu.
Foto Namja yang tak kalah kerennya dengan calon tunangan Sungmin–– Yesung. Namja difoto itu juga memakai baju formal yang sama dengan Yesung. Ia mempunyai mata kecokelatan yang lembut dan rambutnya yang berwarna cokelat itu pun tertata dengan begitu rapih. Selain mempunyai senyum yang menawan, kelihatannya ia juga gentle. Disudut figura itu juga tercantum sebuah nama 'Cho Kyuhyun'. Ryeowook tertegun melihatnya, ia sama sekali tidak tertarik dengan Namja yang satu ini. Tetapi ia mencoba untuk tidak membantah dan bersikap seadanya.
Sungmin mengintip sedikit foto calon tunangan adik kembarnya itu. tampaknya ia sedikit terpesona dengan Namja yang bernama Cho Kyuhyun. Dalam hati ia terus bertanya – tanya, benarkah ini calon tunangan Wookie? Seakan – akan ia tidak percaya dengan fakta realiti kehidupan. Sungmin terdiam menunduk sambil memandang foto calon tunangannya kemudian mendesah berat.
Kalau saja Wookie mau bertukar tempat denganku... pikirnya sambil melirik kearah Wookie sekilas. Tetapi ia begitu pendiam, sulit untuk diajak kompromi.. apalagi soal beginian. ––desahnya sekali lagi sambil menatap Eomma-nya dengan penuh harap, semoga aja ia diperbolehkan untuk bertukar pasangan dengan kembarannya. Tetapi ia ragu dan agak sedikit takut. Selain menyeramkan, Leeteuk ataupun Kangin senang sekali memberikan deathglare kepada siapapun yang membantah perkataan mereka yang dianggap selalu saja benar.
Setelah itu, suasanya hening mulai menyelimuti mereka. Tidak ada seorang pun yang berani untuk membuka pembicaraan. Masing – maisng terlarut dalam pikirannya. Begitu pula dengan dua anak kembar ini. Hati mereka terus bertanya – tanya, bolehkah mereka bertukar calon tunangan. Sepertinya mereka tidak bisa menerima satu dengan yang lain. Apalagi Ryeowook, begitu Leeteuk memberitahunya tentang masa depannya, ia langsung tercegang. Bagaimana bisa ia menjalani kehidupannya dengan orang yang tidak terlalu ia sukai? Mungkin ia bisa membayangkan betapa hancurnya rumah tangga mereka, dan terjadi keributan dimana – mana. Sungmin pun begitu... ia tidak terlalu menganggap serius permasalahan lain. Semua masalahnya bisa ia atasi, kecuali untuk yang satu ini tidak.
Kangin berdehem sebentar sambil memandang kedua putrinya secara bergantian. "jadi.. kalian tertarik?"
Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan Kangin. Dalam hatinya mereka terus mencoba meyakinkan diri bahwa ia tentu saja boleh menanyakan hal ini. Tetapi yang ditakuti hanyalah jawaban dan sebuah resiko. Leeteuk memang suka cepat naik darah, ia tidak suka dengan pertanyaan yang tidak masuk akal dengan rencananya. Begitu pula dengan pertanyaan yang direndam Ryeowook saat ini. Sebenarnya ia tidak berani tapi mulutnya terlanjut melontarkan pertanyaan aneh yang nyaris saja terdengar oleh Leeteuk.
"Wookie," panggil Leeteuk lembut.
"Ne?" sahut Ryeowook pelan memandang dalam sorot pandangan Ibunya. Ia merasa luluh dan dibuat tidak bisa berkata apa – apa hanya karena tatapan lembut yang selalu menghiasi kedua bola mata jernih itu.
"Eomma sudah memilihkan seorang laki – laki hebat untukmu. Dia seorang pemilik ruma sakit terbesar dan terhebat. Dia bersedia menolongmu kalau kau menjadi calon tunangannya nanti. Sewaktu Eomma sedang mengobrol dengannya, dia bilang.. dia bisa menyembuhkan penyakitmu," kata Leeteuk disertai senyum lebar. "Eomma senang, bisa menjodohkanmu dengan Tuan Muda Cho. Dia pasti bisa menjadi suami yang baik untukmu dimasa depan,"
"benarkah?" tanya Ryeowook dengan mata berbinar.
Sungmin memandangi adik kembarnya sekilas. Ia paham betul dengan binar mata itu. binar mata yang menjelaskan bahwa sebenarnya Ryeowook sama sekali tidak merasa senang karena dijodohkan dengan orang yang baru ia taksir. Ia mendesah berat mendengar ocehan Ibunya.
"dan Kau, Minnie...," gumam Kangin menyela pembicaraan. "Appa sudah menentukan suamimu. Ia pemilik perusahaan besar teman Appa. Appa harap kamu bisa menjadi istri yang baik baginya dan juga bisa meneruskan bisnis Appa dimasa depan nanti...," katanya sambil tersenyum tipis.
"N-ne...," ucap Sungmin cagung.
Keheningan memenuhi ruangan itu seketika. Sungmin sesekali mencuri pandang Ryeowook yang hanya bisa membisu sambil memandangi terus foto calon tunangannya. Ia paham betul situasinya saat ini. Seakan – akan bisa membaca pikiran Ryeowook, Sungmin terus memangut – mangut sambil memandangi wajah kembarannya tanpa berkedip. Satu yang bisa ia simpulkan; sebenarnya Ryeowook sangat terbebani dengan keputusan yang seperti ini. Ia pun begitu. Oleh karena itulah ia tidak boleh diam saja,
Sungmin menarik nafas dalam, bersiap meluncurkan (?) pertanyaan yang sedari tadi sudah dipendam dihatinya. Ia tahu ini memang konyol, tetapi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya tentang hal 'itu'
"Eomma," panggil Sungmin ragu.
"Ne, Waeyo Minnie?" tanya Leeteuk sambil memandang lurus kedalam mata Sungmin.
Seketika tubuhnya langsung membeku begitu mendapatkan tatapan seperti itu. rasanya ia ingin mengurungkan niatnya untuk menanyakan tentang itu. tapi, begitu melihat raut wajah Ryeowook yang mendadak menjadi murung akhirnya ia terus maju.
Tapi, ada satu yang menghalanginya. Ia tidak bisa menduga siapa yang mewakili untuk melontarkan pertanyaan gilanya untuk Eomma-nya. Ryeowook.
"eum... Eomma, bisakah kami bertukar tempat? Maksudku, aku ingin menukar calon tunanganku dengan Minnie... bolehkah?" tanya Ryeowook dengan suara pelan dan agak serak.
"maaf bisa kau ulangi lagi?"
"sebenarnya...,"
"boleh kami menukar calon tunangan kami?" sambar Sungmin dengan suara keras dan agak sedikit memaksa. Ryeowook langsung menoleh memandang kembarannya dengan alis terangkat, kaget. Sebelumnya ia tidak pernah menduga bahwa Sungmin akan melontarkan pertanyaan yang sama dengannya. Lagi – lagi Sungmin meranjuk sambil mengatubkan kedua tangannya disertai puppy eyes yang cukup maut bagi kedua orangtuanya. "Jebal... Eomma... Appa,"
Buru – buru Ryeowook mengatubkan kedua tangannya juga seraya menunduk dalam takut mendengar jawaban yang tidak diharapkannya. "Wookie juga memohon...," gumamnya dengan suara parau.
"..." keheningan kembali menyelimuti mereka. Si kembar terus memohon dengan pose yang itu – itu saja. Sementara bagi para orang tua (?) masih belum bisa memberikan jawaban yang tegas. Tetapi mereka ragu untuk menjawab pertanyaan yang benar – benar membuat pikiran kacau. Kalau 'Ya' ,kemungkinan salah satu masa depan mereka akan terancam buruk. Kalau menjawab 'Tidak' ,mungkin keduanya akan langsung merasa stress dan frustasi bahkan sampai jatuh sakit. Mereka tidak mau hal itu terjadi dan enggan menanggung resiko. Tetapi Sungmin terus memaksanya hingga Leeteuk pun menjawab pertanyaan itu dengan... sangat enggan. Disertai desahan yang terus menerus.
Ryeowook langsung mengubah pose memohonnya. Kemudian mendekap bantal sembari tertunduk. Sementara Sungmin, ia hanya mengelus punggung Ryeowook sembari berdoa dalam hati. Semoga.. semoga.. kali ini orangtuanya mengabulkan keinginan untuk menggapai masa depan yang bahagia.
"ehm," Leeteuk berdeham sebentar. Ia menarik nafas panjang dan bersiap untuk menjawab pertanyaan dari kedua putri kecilnya. "bagaimana pun juga, perjodohan ini memang harus dilaksanakan. Dan tidak ada lagi perkataan – perkataan yang menyatakan bahwa kalian ingin bertukar pasangan! Eomma tahu yang terbaik dan cocok untuk kalian. Jadi jangan membantah!"
"kenapa tidak bo...," elak Sungmin yang langsung diberi deathglare yang lebih tajam daripada yang tadi ia dapatkan. Kedua orangtuanya memandangnya dan kembarannya dengan tatapan melotot dan penuh amarah. Ia langsung mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang alasannya kemudian menunduk dalam – dalam, mendengarkan ceramah dari orangtua mereka (lagi)
"Eomma tidak akan mengulangi pernyataan yang sama. Lebih baik kalian siapkan diri kalian untuk esok! Siapkan mental dan nyalimu untuk bertemu dengan calon tunangan masing – masing," tegas Leeteuk sekali lagi. "pergi kekamar kalian,"
Dengan lesu, Ryeowook dan Sungmin langsung pergi kekamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Mereka terlalu terbebani oleh jawaban yang dilontarkan oleh Ibu mereka. Menurut mereka, itu benar- benar kejam. Bagaimana mereka bisa bertahan bila harus hidup berdua dengan seseorang yang tidak terlalu disukainya? Dengan cara apalagi mereka harus bisa meloloskan diri dari jebakan ini? Tidak akan ada yang tahu,
Ryeowook PROV
Begitu sampai dikamar Sungmin langsung menjerit – jerit frustasi sambil menjambak rambutnya kesal. Aku hanya merebahkan diri dikasur sambil memeluk bantal dan membelakangi Sungmin yang masih sibuk dengan acara pelampiasan rasa kesalnya terhadap foto Namja yang seharusnya menjadi calon tunanganku. Aku tidak ingin bertunangan dengan cowok yang gentle seperti Cho Kyuhyun. Aku lebih memilih untuk menikah dengan Kim Jong Woon, Yesung... argh, tetapi tidak ada cara yang bisa menghentikan pertunangan ini. Bahkan Ibu sudah mempertegas bahwa kami tidak boleh BERTUKAR pasangan. Bukankah itu kenyataan yang sangat menyebalkan?-_-"
Apa itu semua karena penyakitku? Ya, tadi dia bilang.. bahwa aku akan dijodohkan dengan seseorang pengusaha rumah sakit terkenal dan bisa menyembuhkanku. Apa hanya karena itu?
Kami berdua adalah sepasang anak kembar yang tidak terlalu identik pada awalnya dan sangatlah bertolak belakang. Lihatlah Sungmin sekarang, kau bisa langsung menebak sikapnya begitu ia melampiaskan rasa jengkelnya terhadap foto Yesung. Ia adalah seorang Yeoja manis yang terkenal tidak ingin kalah dari siapapun dan selalu ingin mengikuti jalannya sendiri, mempunyai banyak penggemar di sekolah, penyuka warna pink, penyuka musik.. terutama gitar. Dan yang paling utama adalah: pintar merayu cowok–– bahkan ia sudah menjalani berpuluh – puluh kencan buta dengan puluhan cowok yang berbeda sejak SMA. Aigoo... bukankah itu menjelaskan bahwa dia sangatlah perfect dimata laki – laki manapun? Dan mungkin, Yesung akan segera menyukainya. Dan Namja yang bernama Cho Kyuhyun pasti akan langsung jatuh hati dengannya dan enggan bertunangan denganku. Pasti.
Sedangkan aku, kalian mungkin akan mengerti dengan keadaan yang sesungguhnya. Aku hanya seorang Yeoja mungil, yang memiliki tinggi dibawah rata – rata dibandingkan perempuan normal lainnya. Seseorang yang kecil yang sepertinya harus menanggung beban hidup setiap detiknya. Kalian bisa menebaknya, aku seorang yang penyakitan, gampang sakit. Sejak kecil, tubuhku memang lemah dan gampang pingsan. Aku tidak tahu kenapa, tetapi yang jelas.. ini sangatlah memperlihatkan betapa berbedanya kami berdua. Wajah pun bisa menilai, aku terlahir dengan raut wajah datar dengan warna kulit yang pucat pasi. Menurutku begitu..
Aku heran, kenapa Eomma ingin sekali menjodohkan kami berdua disaat yang sama dan kenapa harus seperti ini? Kami baru saja berumur 24 tahun! Dan sama sekali belum mempunyai persiapan untuk bertunangan. Apalagi tunangannya akan dilaksanakan 3 hari lagi. Lalu disusul dengan pernikahan kami yang menurutku memang terlalu cepat. Ya, sangat cepat! Bagiku itu adalah akhir hidupku, beserta masa depan yang begitu suram yang sudah jelas terlihat. Apa aku akan menjadi nona muda Cho~ first Lady yang akan mengatur salah satu rumah sakit terkenal milik keluarga Cho? Sungmin juga kelihatannya akan bernasib sial sama sepertiku.
Sungmin ikut merebahkan dirinya disampingku dan mulai menarik – narik ujung jaket yang kukenakan sambil terus memanggil namaku berulang kali dengan nada yang tidak sabaran. "Wook... Wookie!" panggilnya sedikit mendesakku.
"ya?" sahutku sama sekali tidak membalikkan badanku. Malas.
"bagaimana menurutmu?"
Aku membalikkan badan, memandangnya dengan dahi berkerut. "bagaimana apanya?" sewotku.
Kulihat ia mendesah panjang hanya karena aku tidak mengerti dengan pertanyaan singkatnya. Ia mengambil figura foto calon tunanganku dan dibandingkan dengan foto calon tunangannya, kemudian tersenyum dengan senyum yang dipaksakan tentunya. "yaahh... tentu saja, tentang pertunangan kita,"
"mmm... menjengkelkan," komentarku singkat.
Sungmin memandangku lekat. "kau mau menikah dengan Namja yang bernama Cho Kyuhyun ini?"
"Aniya," dengusku. "aku tidak suka dengannya. Secara bentuk fisik, sepertinya ia memang bukan tipe-ku,"
"dia tampan," ucap Sungmin, menatap lekat – lekat figura cokelat itu dengan tatapan berbinar – binar. Terisat bahwa ada banyak sekali kesenangan dalam matanya. Oh, Yeoja itu sepertinya terpesona? Entahlah~ aku hanya membalikkan badan kembali memunggungi Sungmin. Biarlah ia tenggelam dalam sebuah senyuman maut milik 'Cho Kyuhyun' yang sama sekali tidak mempan terhadapku.
"sangat disayangkan sekali, Min.. sampai kapanpun, kau tidak akan pernah bisa menikah dengannya," ucapku mencoba menyadarkan kakak kembarku yang kini sudah ternggelam dalam khayalannya yang menjadi – jadi. Ia langsung terdiam sejenak, sepertinya dia sudah sadar? Baguslah.
Sungmin langsung terdiam, suara cemprengnya tidak lagi terdengar menggema dikamar. Sepertinya perkataanku tadi sedikit menekannya eoh? Tapi aku memang ingin menyadarkannya bahwa ini adalah kenyataan. Aku tahu dia tidak akan pernah mau, dan tidak akan sanggup kalau menikah dengan seorang Namja yang sama sekali tidak disukainya. Aku pun begitu...
Aku menghela nafas panjang, kenapa harus seperti ini? Kenapa aku yang harus menikahi Cho Kyuhyun itu? kenapa tidak Cho Sungmin––Sungmin–– panggilan yang terdengar cocok untuknya. Kkkk~ aku akan menjadikannya sebagai bahan ejekkan.
Lagi – lagi pikiran kacauku kembali terselip imajinasi gila. kenapa aku tidak dilahirkan menjadi Sungmin saja?
Dan sepertinya aku harus berterima kasih kepada Sungmin yang kini mulai menyadarkan lamunanku dengan penyataan gilanya yang lain.
"aku berpikir.. kalau kita tidak bisa bertukar pasangan, bagaimana kalau kita bertukar tempat saja?" tanya Sungmin yang sukses membuatku membalikkan badanku. Dan aku mulai melototinya dengan dahi berkerut? Aish, apa dia sudah gila? Bahkan sampai merencanakan hal yang senekat seperti itu...
Aku langsung bangkit dan duduk bersila dihadapan Sungmin. Kukepalkan tanganku dalam – dalam dan kujitak keningnya yang lebar sampai ia sadar dari pikiran dan ide gilanya. "Halo, Sungmin–– kembaranku, apa kau sudah tersadar dari mimpi buruk disertai pikiran gila yang nyaris membuatku berteriak kaget? Sadarlah Min!" desakku sambil mengguncang – guncangkan bahunya kasar.
"ya! Kim Ryeowook, aku juga sudah tersadar dari mimpi indahku. Setidaknya jangan seenaknya saja menjitak keningku," gerutu Sungmin yang juga mengubah posisi duduknya menjadi duduk bersila. Sambil mengelus keningnya yang mulai memerah, ia memandangku dengan tatapan ragu dan menanyakan kembali soal pendapatku mengenai ide gilanya. "jadi bagaimana?"
"bagaimana apanya?" cerocosku dengan dahi berkerut. Jujur, aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikirannya yang selalu mendapatkan ide gila dan super nekat seperti yang satu ini.
"aisshh... mengenai ideku! Kalau kita tidak bisa bertukar tempat, bagaimana kalau kita bertukar tempat saja?" tanya Sungmin mencoba mengontrol amarahnya. Ia menatapku lekat – lekat, sepertinya ia berharap akan mendapat pendapat dariku mengenai idenya dan aku bisa menebak isi pikirannya, ia ingin aku mengerti tentang maksud penjelasannya dan menyetujuinya itu saja. Tetapi, sebelum aku menjawab ia kembali mencerocos, "––maksudku.. aku akan berganti pelan menjadi kau. Dan kau menjadi diriku. Bagaimana?" ulangnya dengan nada yang meyakinkan.
Aku hanya mengangkat bahu dan menatap langit – langit kamarku dengan tatapan menerawang. "Hmmm.. bagaimana ya? Aku sendiri tak tahu bagaimana caranya menjadi kau," gumamku. "aku sedikit mengerti dengan rencanamu. Kau ingin aku berpenampilan seperti dirimu, memakai wig berwarna cokelat dan bertingkah laku sehingga telihat mirip seperti kau. Sementara kau hanya perlu merapatkan mulutmu diam – diam dan berpenampilan sederhana,"
"itu terlalu sulit," ujarku sambil menyimpulkan.
"tidak... tidak... ini tidak seperti yang kau bayangkan," sahut Sungmin semangat. Ia mencengkram pundakku tegang dan menarikku menuju meja rias dan menyuruhku duduk. "pertama – tama, akan kurias kau menjadi diriku dan sebaliknya pun akan seperti itu,"
Aku mengangguk. "aku paham," jawabku singkat. "alisnya pakai pensil. Dan juga kita harus menggunakan rambut palsu untuk setiap harinya. Warna cat rambut kita jauh berbeda," lanjutku sambil meraih sikat rambut dan menyisir rambutku yang berwarna kemerahan. (Author: kayak di MV A-cha ._.v)
"Yap ^^" sahut Sungmin sambil tersenyum lebar.
.
.
((Skip Time))
.
.
"ini benar – benar Minnie...,"
"Wookie...,"
Kami berdua langsung berpandangan, mencoba memerhatikan penampilan kami yang sudah cross-dressing sepenuhnya. Kami jadi terlihat begitu berbeda dan menemukan suasana yang baru. Kuperhatikan Sungmin yang kini engah merapihkan wig merah yang ia pakai untuk menyamai rambutku yang biasanya. Dan dikepalaku kini melekat wig berwarna kecokelatan dan baju yang memang lebih sedikit terbuka dan terkesan feminim. Mungkin Sungmin dengan mudahnya bisa berperan menjadi aku... tapi, bagiku ini lebih buruk dari yang kubayangkan!
Aku duduk diranjang sambil melepas high heel's Sungmin yang sempat kupakai. Kakiku jadi bengkak dan kemerahan. Aku memang tidak terbiasa dengan gaya seperti ini tapi... hal yang sangat disayangkan, aku sudah terlanjur berjanji akan bertukar tempat seperti ini. Selamanya... selama aku hidup sebagai Sungmin yang mempunyai kepribadian yang luar biasa aneh-_- menurutku,
"kita lihat saja besok akan berhasil atau berdampak buruk bagi kita berdua," gerutuku sambil mengganti bajuku dengan pijama panjang. Aku melepas wig lalu merapihkan riasanku. Sementara Sungmin, ia masih kelihatan asyik dengan gaya style-ku yang memang terkesan begitu tertutup. Sepertinya ia sangat menikmatinya. "kau sudah paham bagaimana caranya berdialog dengan seseorang 'kan? Jangan pernah mengajak siapapun untuk mengobrol atau itu akan menghancurkan seluruh image-ku,"
"yaahh... kuharap juga begitu," gumam Sungmin sambil melepas wignya dan ia juga langsung merapihkan riasanya. "aku paham dirimu... hmm.. ya, doakan saja aku berhasil bermain role-play menjadi dirimu,"
"ini role-play yang terburuk yang pernah kualami," dengusku. "kau harus tahu, begitu susahnya untuk menjadi dirimu yang amat-sangat... feminim,"
"lakukan dengan baik, Wookie~ kau hanya butuh beberapa hari sampai kau terbiasa menjadi 'aku'" sahut Sungmin disertai tawa kecil disela – sela perkataannya.
"kau yakin bahwa ini akan berhasil?" tanyaku mengalihkan pertanyaan.
"tentu saja! Aku sudah memperkirakan bagaimana jadinya nanti," sahut Sungmin disertai senyum lebar yang terlihat agak kekanak – kanakkan, tapi imut. "Happy Ending,"
"terserah," gumamku lagi. Kulempar badanku keranjang dan tanpa menunggunya selesai membersihkan riasanya. Aku menarik selimut dan langsung tanpa mempedulikan permintaan Sungmin yang meronta – ronta minta dibantu. Aku tidak mempedulikannya.
Sekarang yang kulakukan hanya memijat – mijat keningku mencoba meredakan rasa sakit yang datang secara tiba – tiba. Duh.. aku ini... benar – benar penyakitan! Aku benci merasa tidak berdaya seperti ini, sama saja seperti anak kecil yang diperlakukan manja.
Sungmin menoleh dan memandangku dengan alis berkerut. "kau kenapa Wookie?"
"kepalaku sakit lagi," jawabku. "dan aku merasa agak mual,"
"obatmu sudah kau minum?"
"sudah. Tapi rasa sakitnya tidak berkurang sama sekali,"
Sungmin memandangku sekilas lalu kembali membersihkan riasannya. "sebentar, aku akan menghapus riasanku dulu. Tahan sebentar ya," ia mempercepat geraknya sambil menghapus bedak yang ia pakai tadi. Kemudian, ia kembali kedalam wujud pijamanya. Dan dalam satu langkah, ia langsung melompat, menjatuhkan dirinya diranjang lalu merangkak mendekatiku. "mana? Mana yang sakit?" tanyanya khawatir.
"kepalaku... sakit sekali," desisku terdengar seperti erangan.
Dengan sigap, ia langsung mendekapku dan menenggelamkan tubuhku dalam pelukannya yang hangat. sebelah tangannya mulai mengelus – elus punggungku. Sama seperti cara Ibuku ketika aku sakit, beliau suka mengelus punggung atau mengusap kepalaku sampai aku merasa lebih baik. Aku terdiam sejenak, kupikir... ini sudah beribu – ribu kali dlakukan Sungmin ketika aku sakit. Dia kakak kembar yang sangat berarti. Dia.. selalu melindungi yang lemah, aku. Rasanya tidak mungkin aku bisa jauh – jauh darinya. Tapi bagaimana bila setelah menikah nanti? Apa ia bisa mengelus kepalaku seperti ini lagi? Saat – saat seperti ini pasti akan selalu dirindukanku ketika kami berpisah nanti.
"sudah merasa lebih baik?" tanya Sungmin lembut. Aku hanya mengangguk dalam dekapannya, tidak mampu berkata apa – apa lagi. "sekang tidurlah, aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu,"
Perlahan – lahan suara melodi lembut pun terdengar dari mulut Sungmin. Lagu pengantar tidur yang memang kusukai sejak kecil.. aku memejamkan mata, mencoba menjernihkan pikiranku. Rasa sakit itu sudah berkurang sekarang. Lagu Sungmin seakan – akan sebagai obat bagiku. Setiap malam ia selalu melantunkan lagu itu, berharap semoga kesembuhan datang kepadaku.
"Jaljayo... Wookie," ––– itu kalimat terakhir yang kudengar sebelum aku tertidur. Dan kehangatan pun menyebar keseluruh tubuhku, membuatku nyaman berada disampingnya.
.
.
.
Esoknya...
Sinar matahari langsung menembus dibalik tirai gorden, membuatku terus menggeliat diranjang. Samar – samar aku bisa mendengar suara kicauan burung yang sangat mengangguku dibalik jendela. Perlahan – lahan kuulurkan tangan kananku untuk meraih ponsel dan memerhatikan jam berapa sekarang. Jam setengah 9. Setidaknya ini hari libur, jadi tidak ada kekhawatiran mengenai keterlambatan kuliah karena hari ini kami Free dan bermaksud menghabiskan waktu kami dengan tidur sepanjang hari layaknya hewan mamalia yang tertidur disepanjang musim dingin. Well~ segera kutarik selimutku kembali dan mencoba memejamkan mata. Sebenarnya aku malas bangun dan mencuci muka. Dan aku memang berniat untuk melanjutkan mimpi indahku tadi malam.. benar – benar terasa nyaman.
Namun, setelah itu.. Mimpi burukku dan Sungmin datang dari balik pintu kamar. Aku hanya bisa menggerutu menanggapinya dan berpura – pura tertidur.
"Minnie, Wookie! Cepat bangun! Kalian sudah sangat terlambat untuk pengenalan dengan calon tunanganmu," ucap Leeteuk sambil membuka pintu kamar kami berdua dengan amarah yang menjadi – jadi. Tetapi ia berusaha untuk mengatur amarahnya karena memang ada tamu didalam. Ya, calon tunangan~~ mereka sudah datang untuk perkenalan dan itu sangatlah terkutuk bagiku!
"Wookie, cepat bangun!" ujar Leeteuk yang kini mengguncang – guncangkan bahuku keras dan sedikit memaksa. Kemudian ia beralih kepada Sungmin dengan menepuk – nepuk pipinya pelan sekaligus cubitan kecil pipi. Aku juga mendapat yang seperti itu. tetapi selalu kuusahakan agar tidak ketahuan oleh Ibu. Kau harus tahu, betapa malasnya aku menemui Namja – Namja itu-_-" kami sama sekali tidak menyiapkan mental dan belum mengatur lagi, aku belum mau berpisah dengan ranjang
Sungmin membuka matanya sebentar lalu mengerjap – ngejap. Ia kembali keposisi semulanya dan berkata. "aissh... ini 'kan hari libur. Kami akan menghabiskan waktu seharian untuk tertidur... jangan menganggu! ...tugas kuliahku sudah selesai. Berhentilah mengguncang – guncangkan badanku seperti itu," katanya lemas lalu kembali memejamkan mata, terdengar seperti mengigau pelan. Aku diam saja dengan posisiku yang super gawat ini. Sambil terus menutup mata, aku berusaha untuk tidak kelihatan pucat apalagi sampai gemetaran karena takut.
Leeteuk mendengus kemudian membentak, "CEPAT BANGUN ATAU AKAN KUPAKSA KALIAN UNTUK MELAKSANAKAN PERTUNANGAN ITU SECEPATNYA!" erangnya dengan amarah yang meluap – luap. Yaahh ini benar – benar menyebalkan. Sangat ––perkataan itu sukses membuatku ataupun Sungmin bangun dan mengubah posisi tidur kami menjadi duduk bersila. Mata kami berdua tersorot kearah Leeteuk dengan pandangan melotot sekaligus tidak percaya. apa ia benar – benar serius mengatakannya? Biasanya ia selalu menakut – takuti kami. Tapi untuk yang kali ini, sepertinya ia benar – benar serius, sangat terlihat dari mimik mukanya yang menyeramkan itu *Author dibacok Angels*
"Ya, Eomma...," sahutku dan Sungmin bersamaan dengan lemas dan kelihatan tidak bersemangat.
"cepat mandi dan ganti baju. Calon tunangan kalian sudah menunggu kalian sejak 20 menit yang lalu," gerutu Leeteuk sambil meninggalkan mereka berdua dikamar. Aku dan Sungmin hanya berpandangan kemudian mengeluh. Setidaknya Sungmin akan kelihatan baik – baik saja dengan style-ku. Tetapi aku, harus memakai dandanan yang menurutku norak dengan high heel's yang sangat mengutuk–– sampai membuat kakiku memar dan bengkak setelah memakainya. Benar – benar setan-_-
Ambil saja positive thinking-nya. Dengan begini, aku jadi bisa mengenal lebih lanjut tentang Namja yang bernama Kim Jong Woon itu. aku bisa tahu tentang kepribadiannya dan tentang kehidupannya. Membayangkan aku yang sudah akrab dengannya, langsung membuatku bersemangat untuk menemaninya. Dan tanpa aku sadari, aku mulai tersenyum – senyum sendiri memikirkannya. Ada apa ya...
Sungmin mulai merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia mengucek – ngucek matanya sebentar lalu berpaling kearahku yang masih tidak mau lepas dari kasur. "Ayo...," ujarnya sambil menahan dirinya menguap lebar. ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan kembali mengerjap – ngerjapkan mata. Aku hanya mengangguk mendengar perkataannya. Segera kugerakan tubuhku dan...
Aargh!
Tangan kananku refleks mencengkram bagian kanan kepalaku. Lagi – lagi rasa nyeri itu kembali datang secara tiba – tiba dan tanpa diduga – duga. Kupikir aku akan segera sembuh pagi ini, nyatanya tidak. Mimpi burukku kembali menghampiriku ketika mengingat perkataan Eomma tadi–– Namja itu... Namja yang akan menjadi calon tunanganku akan langsung menemuiku. Bagaimana bisa aku menemuinya dengan kedaan seperti ini? Fuck, dengusku dalam hati.
Aku membenamkan diri dalam selimut dan terus mengerang dalam hati. Rasa sakitnya menjalar sampai tubuhku sampai rasanya membatu, tidak bisa digerakkan. Sulit bagiku untuk melakukannya. Yang bisa kulakukan hanyalah merubah posisi tidurku menjadi miring kekanan, membelakangi Sungmin. Aku tidak mau ia khawatir lagi. Sambil berusaha menahan tangis dan rasa sakit itu, aku terus mencengkram selimutku kasar dan berharap rasa sakit itu pergi.
"Wookie?" tanya Sungmin sekali lagi. Mendengar panggilannya aku merasa tertekan.
"Kau mandi duluan saja. Aku masih ingin beristirahat dulu,"
"Ne...," katanya kemudian meninggalkanku. Sementara aku, terus mencoba bertahan dengan rasa sakit dikepalaku.
Beberapa menit kemudian Sungmin sudah keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos pink dan celana jeans. Ia mengeringkan rambutnya sambil memandangi seluruh penampilan di cermin. Kemudian ia menoleh kearahku yang masih berkutik dengan penyakitku.
Aku bisa merasakan bahwa saat ini ia engah merangkak naik keranjang dan duduk disampingku. Dengan kasar ia menarik selimutku dan tertangkap basahlah aku, yang sudah terlanjur menangisi tubuhku yang kembali di gerogoti penyakit. "masih sakit, eoh?" tanya Sungmin cemas. Ia menempelkan punggung tangannya didahiku kemudian menggeleng – gelengkan kepala pelan. "kau sepertinya terkena demam. Dengan kondisi yang seperti ini, sepertinya kau tidak bisa menemui calon tunangan-mu dulu,"
"tapi... Eomma bilang...,"
"istirahatlah. Biar aku yang berbicara kepada Eomma," tegas Sungmin. Tangannya kembali menyelimuti tubuhku yang mungil, kemudian membelai rambutku pelan. "kau adik yang kusayangi, aku tak tega bila melihatmu sakit,"
Aku terdiam, mengangguk pelan mendengarnya. Mencoba menuruti permintaannya.. "tapi, aku ingin bertemu dengannya," lirihku. Aku tidak bisa berbohong untuk kali ini.
"ssttt...," jari telunjuk Sungmin mendarat dibibir mungilku. "akan kupastikan kau bertemu dengannya. Kau istirahat saja disini. percayalah kepadaku,"
Aku memejamkan mata, mencoba menuruti permintaannya. Kurasakan ia turun dari ranjang dan mulai berjalan meninggalkanku. Langkah – langkah kakinya perlahan terdengar menjauh, lalu disusul dengan bunyi pintu kamar tertutup rapat. Aku hanya mendesah... sampai kapan aku akan terus terlihat menyedihkan seperti ini?
Aku tak suka.
Author PROV
Mau tak mau, Ryeowook memang harus menuruti permintaan saudara kembarnya yang menyuruhnya untuk beristirahat. Berkali – kali ia mencoba memberontak, menggerakan lengan dan kakinya. Itu sulit dan malah membuatnya semakin nyeri. Akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk berpura – pura tidur sampai Sungmin kembali dari pertemuannya dengan calon tunangannya.
Sementara itu, di lantai dasar atau lebih tepatnya ruang tamu, Sungmin duduk manis disamping Ibunya sambil menyunggingkan senyum lebar untuk dua orang Namja beserta orang tuanya yang baru berkenalan dengannya, mencoba menjaga baik image-nya.
"tak kusangka.. putri anda cantik sekali, sama seperti anda," gumam Mrs. Kim kepada Leeteuk, bermaksud memuji tentang kecantikan yang terpancar dari seorang Lee Sungmin. Leeteuk hanya tersenyum simpul mendengarnya. "saya merasa senang ketika putra kami akan dijodohkan dengan gadis secantik dia...,"
"eh? Jinjja? Gamsha ^^" potong Sungmin sambil menyengir lebar, memperlihatkan keimutannya.
Sementara para orang tua kembali kedalam perkenalannya masing – masing. Mereka masih bergurau satu dengan yang lainnya. Sementara Sungmin sendiri merasa dilupakan, ia bangkit dari tempat duduknya dan memberi isyarat kepada dua Namja yang duduk dihadapannya untuk pergi mengikutinya. Kedua Namja itu menurut dan mengikuti langkah Sungmin hingga akhirnya sampai ditaman belakang.
"mau kemana?" tanya Namja berambut cokelat ikal, Cho Kyuhyun.
"hmm... aku sendiri nggak tahu," gumam Sungmin sambil mengangkat bahu. "ada ide?"
"pertemuan orangtua selalu saja menyebalkan," gerutu Namja berambut hitam, Kim Jong Woon aka. Yesung. Ia melipat tangannya didada dan menyipit memandangi Sungmin mata menyipit tajam. "kalian kembar eoh? Mana adik bungsumu?" tanyanya dingin.
"dia sakit," jawab Sungmin seadanya. "badannya memang lemah... akhir – akhir ini ia memang sering terkena demam berat, jadi kusuruh ia beristirahat dikamar. Aku takut terjadi apa – apa dengannya,"
"seperti apa orangnya dia..?" Tanya Kyuhyun.
"mmmm...," Sungmin memandang langit dengan tatapan menerawang, mencoba mengingat – ingat bagaimana tentang adik bungsunya. Terlihat jelas bayangannya dibenaknya. "dia... kecil, mungil dan polos... ya, seperti itu,"
"kau yakin dia ada dikamarnya?" Yesung kembali bertanya.
"ada dikamar," jawab Sungmin singkat. "mungkin sedang tertidur... entahlah, aku tidak tahu sedang apa dia,"
"hum...," seperti ada kilatan jahil dimatanya, Yesung tersenyum menyerigai kearah Sungmin dan kembali bertanya. "tertidur?" ––Sungmin mengangguk pelan mendengarnya–––
"temui saja dia. Mungkin ia sudah sadar dari mimpinya," kata Sungmin akhirnya. "nah, ada yang ingin kubicarakan dulu dengan Kyuhyun Oppa,"
"eh?"
"baiklah," ucap Yesung langsung mengambil keputusan. Ia membalikkan badannya dan melambaikan tangannya kearah Kyuhyun singkat. "kau, bersenang – senang dulu dengannya,"
"kau akan apakan dia?" tanya Kyuhyun nadanya terdengar seperti menintrogasi seseorang, ia mulai curiga.
"...'menemuinya'" Yesung menekankan kata yang diucapkannya. ia langsung melangkah kecil dan tidak mempedulikan perkataan Kyuhyun selanjutnya. Hatinya tergerak, dalam pikirannya ia terus bertanya – tanya... seperti apakah Yeoja itu? samakah seperti yang dibayangkannya selama ini?
Derap – derap langkah pun terdengar. Namja itu berjalan menaiki tangga menuju lantai dua dengan langkah yang terburu – buru dan mengebu – ngebu tidak sabaran. Seketika langkahnya langsung terhenti didepan pintu yang tergantung papan bertuliskan 'MinWook's Room'. Dan tanpa basa – basi lagi ia langsung mengetuk pintu itu pelan.
Tidak ada sahutan yang terdengar. Kesal. Ia langsung membuka pintu itu seenaknya dan berjalan mendekati seorang Yeoja yang kini terlihat tertidur pulas di ranjangnya dengan selimut yang hampir menutupi seluruh badan Yeoja itu. nafasnya langsung tertahan, pikirannya kacau ketika melihat wajah yang sedang tertidur itu.
cantik, batinnya. Oh, sepertinya ia terpesona. Dalam beberapa detik, ia langsung ternggelam setelah melihat wajah polos Yeoja itu terlelap ––membangkitkan nafsunya, tetapi ia terus menahan diri karena paham dengan kondisi apa yang sekarang hadapi.
"..."
"sampai kapan kau akan tertidur seperti itu, eoh?"
Yeoja itu diam saja.
"jangan menggodaku,"
Yeoja itu masih terpejam. Sepertinya ia larut dalam mimpinya.
Namja yang sedari tadi berbicara kepadanya mulai kesal. Ia memikirkan bagaimana cara agar Yeoja ini tersadar. Suatu ide gila terbesit dalam benaknya. Tanpa berpikir panjang ia mulai melakukan 'itu'
Pelan. dengan gerakan lembut, ia naik ke ranjang itu dan berada diatas Yeoja yang terlelap itu. melihat wajahnya lebih dekat. Tiba – tiba saja tangannya langsung menarik selimut yang membungkus tubuh mungil itu. begitu ia berpaling ke Yeoja itu, ia masih dalam keadaan yang sama. Terlelap, disertai dengan butir – butir keringat yang menuruni pipinya ––menandakan bahwa dia memang benar – benar terkena demam berat.
Tangan kanan Yeoja itu sengaja ia kunci untuk berjaga – jaga (?). ia mulai mendekatkan wajahnya, mulai merasakan nafas hangat yang mulai menerpa wajahnya. Tak perlu menunggu lagi, ia memejamkan matanya. Wajahnya semakin dekat... dekat...
Sebelah tangannya mulai membelai pipi Yeoja itu pelan. dan tanpa perlu basa – basi lagi, ia langsung mendekatkan wajahnya. Benar – benar dekat.
Bibir merah Yeoja itu berhasil dilumatnya, seperti rasa kenikmatan menjalar lewat bibirnya. Ingin sekali ia memperdalam ciumannya, tetapi ini masih baru permulaan. Ia merasa tidak tega, apalagi dengan kondisi Yeoja itu saat ini. Demam berat. Ia bisa merasakan nafas yang terengah – engah meminta stok oksigen, yang menerpa wajahnya. Ia tidak peduli, ia akan terus melanjutkan ini.
Setelah cukup lama, ia mulai melepaskan ciumannya itu––– walau sebenarnya ia enggan melakukannya. ia melihat reaksi yang ia dapatkan sambil tersenyum puas. "sudah sadar eoh?" tanyanya disertai senyum menyeringai.
Yeoja itu membelakakan wajahnya. Rasanya seperti demamnya bertambah berat dibanding sebelumnya. wajahnya memerah dan bibirnya bergetar. ia mencoba memberontak dari Yesung tetapi tidak bisa, tubuhnya benar – benar kerkunci saat itu. matanya membulat, menatap lekat – lekat Namja yang kini tersenyum kearahnya tanpa 'rasa' bersalah.
"A-apa yang kau lakukan...? F-First Kiss ku...,"
.
.
.
.
TBC~~
FF baru nongol lagiii~~~
apa layak dilanjutkan atau di delete ajaa?
.
.
Review?
Thanks :3
